DENPASAR, kanalbali.id – Seratus tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali kemudian melakukan kerja-kerja kreatif yang berpengaruh hingga saat ini. Fiksi dokumenter mengenai kehidupannya telah dibuat dalam bentuk film yang berjudul ROOTS.
Menariknya, film ini dikemas juga sebagai bentuk kritik terhadap perkembangan pariwisata Bali sebagai salah-satu warisan dari Spies. Bahkan ‘Hantu’ Spies pun diajak untuk merenungi kejadian genosida 1965 di pulau ini.
Menanggapi hal itu, arsitek dan budayawan Bali Popo Danes menganggapnya sebagai hal yang wajar saja. “Justru ini bisa jadi medium untuk melakukan refleksi atas perjalanan bali saat ini,” katanya.
Dia melihat, peristiwa-peristiwa yang telah berlalu bersama seluruh narasi maupun artefak yang diwariskan haruslah disikapi dengan bijak. “Artinya, kita tarik pelajaran dan kalau ada yang dianggap salah, jangan sampai diulangi,” katanya.
Mengenai perjalanan kebudayaan Bali, dia melihat memang banyak hal yang harus dibenahi. Dalam hal arsitektur misalnya, bangunan-bangunan tradisional Bali sebenarnya dibangun dengan semangat keberagaman di masing-masing desa dimana setiap desa punya maestronya sendiri.
Wardhani Sutjidra Ajak Deteksi Dini Kanker

“Karena itu jaman dulu, setiap banjar akan berbeda balai banjarnya karena tergantung dari undagi desanya seperti apa dan itu menjadi kekayaan Bali,” sebutnya. Belakangan karena politik dana hibah maka terjadi penyeragaman balai banjar dengan pesanan yang sudah jelas. “Mungkin pemborong pun sudah disiapkan,” sebut pemilik Danes art Veranda yang juga akan menjadi Venue pemutaran film ROOTS.
Tentang Film ROOTS
Film “ROOTS” merupakan karya Michael Schindhelm yang berusaha kembali menghadirkan Walter Spies dimana dia kembali ke masa kini, dengan realitas masa kini di Pulau Dewata, Bali.
Perubahan paradigma dan perubahan ruang yang diakibatkan perkembangan pariwisata tentunya telah banyak menyita perhatian banyak orang. Pembangunan secara massif yang diakibatkan kebutuhan tingkat hunian dan fasilitas pariwisata tidak sedikit telah menimbulkan dampak yang mengkawatirkan.
Melalui film “ROOTS” Michael Schindhelm menampilkan Walter Spies dalam sejarah sebagai seniman Eropa di Bali, sekaligus memadukan dengan perkembangan Bali kontemporer dari sudut pandangnya.
Selain itu, ia mempertanyakan secara kritis perkembangan pariwisata di Pulau Dewata, serta persoalan-persoalan penting seperti degradasi lingkungan, sosial dan budaya serta sejarah kelam kemanusiaan yang pernah ada di Bali.
Pemutaran film yang menjadi satu bagian pameran ROOTS di Arma akan diputar di beberapa tempat di Bali. Pemutaran perdana akan dilakukan di Kulidan Art Space pada 21 Mei 2025 disusul di Danes Art Veranda (23/5) disusul ARMA (25/5), Taman Baca Kesiman (27/5), ISI Bali (28/5), STIKOM Bali (3/6), Uma Seminyak (8/6), serta di tutup di ARMA (14/6).
Disamping pemutaran film di beberapa tempat, juga diadakan kompetisi mengulas film ROOTS bagi siswa sekolah. ( Kanalbali/ RLS/RFH )


