Ide Pembangunan Kasino di Bali Kembali Mencuat, Duitnya Bisa Atasi Masalah Sampah

Sampah di TPA Suwung, Denpasar - Bali

DENPASAR, kanalbali.id -Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Provinsi Bali, Agung Bagus Pratiksa Linggih mengusulkan pembangunan kasino bertaraf internasional di Pulau Bali.

Ia menilai, pembangunan tempat judi di Bali sangat dibutuhkan karena Bali hari ini memiliki beberapa masalah, salah satunya untuk biaya pengelolaan sampah di Bali. Kemudian, dengan adanya kasino itu bisa menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bali, yang per tahun ini hanya mendapatkan Rp 4 triliun.

“Memang sekarang sangat dibutuhkan (Pembangunan kasino). Karena PAD (Bali) sekitar Rp 4 triliun dan masalah Bali ada beberapa. Salah satunya, pengolahan sampah saja kan kita membutuhkan sekitar Rp 3 triliun untuk mengelola sampah 100 persen yang dihasilkan sampah di Bali ini,” kata Bagus Pratiksa, saat dikonfirmasi Senin (5/8).

“Belum lagi kita mencoba untuk mengurangi sampah-sampah yang ada. Jadi, Bali butuh PAD tambahan yang cukup besar dalam waktu yang cukup singkat sehingga muncullah ide ini,” imbuhnya.

Menurutnya, dengan adanya kasino di Bali, bisa seperti di Singapura yang berpotensi menambah PAD Bali sekitar Rp 12 hingga Rp 13 triliun per tahun.

“Kalau kita mengacu kepada Singapura, potensi pendapatan PAD yang akan diterima Bali itu bisa sampai Rp 12 dan Rp 13 trilliun per tahunnya. Itu, baru sisi perjudiannya saja belum kita ngomong hotel, restoran dan juga ekonomi di sekitar (kasino) dan juga pajak pajak dari pegawai-pegawai yang bekerja di kasino tentunya,” katanya.

Ia juga mengusulkan, pembangunan kasino di Bali bertaraf internasional yang bisa mengundang turis asing berkualitas datang ke Bali.

“Harus bertaraf internasional untuk mengundang turis asing yang berkualitas masuk ke Bali. Jadi kalau bisa malah brand-brand top dunia masuk ke Bali,” ungkapnya.

Ia juga menerangkan, bahwa memang pembangunan kasino belum bisa dilakukan di Bali. Hal itu, harus dilakukan di tingkat Undang-undang dan masyarakat Bali juga tidak perlu khawatir dengan adanya pembangunan kasino di Bali bila nantinya itu terwujud.

Selain itu, dia mengharapkan pembangunan kasino di Bali nanti dibuat kawasan tertentu ibaratnya seperti kawasan Injourney Tourism Development Corporation (ITDC) dan dibuat di salah satu kawasan miskin di Bali, sehingga ada pemerataan perekonomian.

“Saya rasa masyarakat Bali itu tidak usah khawatir apa yang menjadi usulan saya. Saya, mengusulkan itu sebenarnya untuk menjaga kelestarian adat juga. Kenapa saya bilang begitu, saya juga melihat, istilahnya begini, kita kan punya ITDC kan ada kawasan, dan harapannya kasino nanti itu dibentuk sebuah kawasan salah satu daerah termiskin di Bali, sehingga adat istiadat lokal itu tidak tergerus oleh adanya kasino,” katanya.

Selain itu, ia juga meminta nantinya bila pembangunan kasino terjadi di Bali, masyarakat lokal atau warga Bali dilarang bermain judi di kasino untuk menghindari efek yang minim.

“Malah kalau perlu ada pelarangan untuk masyarakat lokal untuk bermain di kasino. Iya (hanya untuk turis asing). Kalau memang itu yang ditakuti oleh masyarakat Bali, sekalian saja tidak boleh main masyarakat Bali, kayak di Malaysia kan begitu, masyarakatnya tidak boleh main di kasino,” ujarnya.

“Jadi, saya rasa namanya adat istiadat Bali justru malah (efeknya) sangat minim. Kalau misalnya masyarakatnya tidak boleh main dan ada di kawasan termiskin di Bali, saya rasa justru ada pemerataan ekonomi dan ada kawasan pariwisata baru dan menambah PAD,” jelasnya.

Selain itu, ia mengusulkan untuk pembangunan kasino itu ada di wilayah Kabupaten Buleleng, Karangasem, Klungkung, atau Bangli.

“Misalnya itu Buleleng dan Karangasem mungkin antara Bangli atau Klungkung. Saya rasa lebih kepada Buleleng dan Karangasem, dan Bangli,” jelasnya.

Selain itu, ia juga kembali mengusulkan bila pembangunan kasino terjadi suatu saat nanti di Bali, maka 50 persen manajemen yang bekerja di kasino tersebut adalah warga Bali.

“Saya pengen usulan saya itu minimal 50 persen dari manajemen itu orang Bali nantinya. Jadi apa, orang Bali itu tidak menjadi penonton di kawasan yang baru ini.
Jadi, saya mau komitmen siapapun yang berinvestasi di kawasan tersebut 50 persen memanajemen (orang Bali),” ujarnya.

Pihaknya juga berharap, pembangunan kasino bisa terwujud, karena ia menilai bahwa situasi Bali saat ini sangat urgen karena terjadi overcapacity atau lonjakan kunjungan turis di destinasi wisata dan semuanya menumpuk di Bali Selatan dan tidak ada pemerataan ekonomi di kabupaten Bali lainnya dan solusi pengelolaan sampah juga belum ada.

“Ini suda sangat urgen kalau namanya penyakit, Bali ini sudah kronis kalau kita kronis itu kan harus pakai antibiotik ataupun langkah-langkah ekstrem. Semakin ekstrem situasinya, semakin ekstrem juga solusinya.
Sekarang Bali itu overcapacity di selatan, tidak ada pemerataan ekonomi, terus solusi mengenai sampah belum ada,” ujarnya.

“Kalau misalnya pemda tidak punya uang, apalagi dengan Undang-undang hak-hak APBD yang baru itu, yang namanya APBD Provinsi Bali itu akan berkurang karena pajak kendaraan bermotor yang tadinya 70 dan 30 persen dibagi ke kabupaten menjadi 60 dan 40 ke kabupaten sehingga apa ini menjadi ketimpangan di Bali Selatan dan di Bali Utara ini akan semakin tinggi,” ujarnya.

Menurutnya, dengan hal tersebut kabupaten di Bali yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Karena dari Pemerintah Provinsi Bali, tidak bisa melakukan pemerataan infrastruktur pariwisatanya karena dengan budget yang sangat terbatas.

“Iya tentu ini bukan satu-satunya solusi. Saya mengerti ada pro dan kontra di masyarakat walaupun saya lihat memang banyak yang pro. Tapi ini bukan satu-satunya solusi yang saya tawarkan tentu diantara lain seperti family office dan lain-lainnya,” ujarnya. ( kanalbali/KAD )

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.