Wisman Bakal Dimintai Kontribusi untuk Jaga Alam dan Budaya Bali, Tahun Ini Targetnya Raup 31,5 Miliar

Wisman Australia saat tiba di Bali - IST

DENPASAR, kanalbali.id – Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Bali menargetkan bisa meraup penerimaan kontribusi perlindungan alam dan budaya Bali dari wisatawan mancanegara (wisman) sebesar Rp 31,5 miliar di tahun 2023.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun mengatakan, bahwa pihaknya mengasumsikan kontribusi wisman di tahun 2023 bisa mencapai 5 persen dari target 4,5 juta wisman yang datang ke Bali.

“Asumsi kami, kontribusi wisatawan ini lima persen dari target sebanyak 4,5 juta wisatawan asing ke Bali, yakni akan mampu menyumbang sebanyak Rp 31,5 miliar PAD Bali di tahun 2023 ini,” kata Pemayun, saat memberikan sosialisasi program kontribusi wisatawan kepada pelaku industri di Kantor Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Bali, Jumat (3/2).

BACA JUGA: Investasi Rp 104 Triliun Bakal Ditarik ke Pulau Serangan, Yuk Simak untuk Apa Saja

Ia juga menyebutkan, kebijakan kontribusi pariwisata ini sudah diluncurkan pada tanggal 29 Juli tahun 2022, dan kebijakan ini tidak memberatkan pelaku maupun industri pariwisata.

Para pelaku maupun industri pariwisata ini hanya mendorong dan mengarahkan para wisatawan untuk berkontribusi sebagai upaya ikut andil dalam menjaga alam, budaya, dan lingkungan Bali hingga meningkatkan destinasi.

Selain itu, ia menyampaikan untuk menjaga kelestarian Budaya Bali serta menjaga kelestarian alam Bali, Pemerintah Provinsi Bali mengharapkan semua pihak ikut terlibat. Modal utama pariwisata Bali adalah alam Bali yang dilengkapi oleh budaya yang begitu adiluhung.

Maka dari itu keberlanjutan pariwisata Bali sangat tergantung dari kelestarian alam dan budaya Bali.

“Tujuan dari mengumpulkan para pelaku industri pariwisata ini adalah untuk mempercepat berjalannya program kontribusi wisatawan khususnya wisatawan mancanegara sesuai dengan Perda, Nomor 1 tahun 2020 tentang kontribusi wisatawan, dan Pergub Nomor 27 tahun 2020,” imbuhnya.

Sosialisasi kontribusi wisman yang datang ke Bali – IST

Ia juga menyebutkan, kebijakan ini dilakukan mengingat sebagai destinasi wisata, perekonomian Bali hanya mengandalkan sektor pariwisata dan tidak memiliki sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas seperti provinsi lainnya.

Sementara, di sisi lain Pemerintah Provinsi Bali, belum mendapatkan secara signifikan pendapatan dari jasa pariwisata dan APBD Bali hanya bersumber dari pajak kendaraan bermotor.

“Ini sifatnya sukarela, tidak ada unsur pemaksaan. Wisatawan menyumbang langsung dengan cara men-scan barcode aplikasi We Love Bali yang sudah disediakan di hotel-hotel, mobil transport, daya tarik wisata, restoran dan lain-lain, yang ada di seluruh Bali, dan mereka tinggal mentransfer nominal yang disumbangkan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Tim Percepatan Kontribusi Pariwisata, I Gusti Agung Rai Suryawijaya mengatakan, pihaknya telah melakukan testimoni kepada sejumlah wisatawan dan menurutnya wisatawan menyambut dengan antusias.

“Mereka sangat antusias membantu sepanjang kontribusi mereka itu kegunaannya dilakukan secara transparan,” katanya.

Kontribusi Bersifat Sukarela

Sementara, Ketua Indonesia Hotel Manager Association (IHGMA) Bali, Yoga Iswara mengatakan kontribusi ini sifatnya sukarela bagi wisatawan, emosi kepedulian untuk menjaga alam, budaya, dan lingkungan Bali secara berkelanjutan.

“Ini bukan hanya tugas dari masyarakat maupun Pemerintah Bali, akan tetapi semua pihak, termasuk wisatawan. Sifatnya yang sukarela ini untuk mengajak wisatawan yang memiliki emosi khusus, dalam merestorasi Bali. Ini langkah yang sangat luar biasa untuk bersama-sama menjaga,” ujarnya.

Pihaknya mencontohkan beberapa kondisi Bali yang perlu diperhatikan. Mulai dari ketersedian air bersih, sampah, hingga menjaga sumber air. Menurut dia, hal ini membutuhkan komitmen bersama untuk bisa menghasilkan yang lebih baik. “Nah inilah yang kita ajak secara bersama-sama dengan mengajak wisatawan untuk ikut berpartisipasi secara positif menjaga Bali,” ujarnya.

Disinggung kebijakan ini terlalu cepat diterapkan mengingat pariwisata Bali baru saja pulih dari pandemi Covid-19, Yoga Iswara menegaskan, bahwa kebijakan ini tidak memaksa akan tetapi sifatnya sukarela.

“Karena banyak negara lain yang menggunakan sistem seperti ini. Misalnya di Maldive, di Jepang, dan negara lainnya. Di Indonesia, nah di Bali baru memulai kontribusi wisatawan yang sifatnya sukarela,” ujarnya. (kanalbali/KAD)

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.