5 Perilaku Konsumen dan Pelayanannya dalam Bisnis Digital

pixabay by Danny144

Sebelum datang era digitalisasi, kita berkomunikasi dan beraktivitas secara langsung. Aktivitas bisnis pun banyak dilakukan secara offline.

Berbeda dengan masa kini, bisnis cenderung dilakukan secara digital atau online yang memanfaatkan teknologi dan koneksi. Bisnis digital adalah jenis barang dan jasa yang memanfaatkan teknologi saat membuat produk, memasarkan, atau menjualnya. Jenis bisnis ini banyak menggunakan metode daring.

Beberapa bisnis digital ini di antaranya, online shop, content creator, influencer, web developer, online teacher, SEO consultant. Dalam bisnis digital, kita tidah hanya bisa menjual produk secara fisik, tetapi juga konten, jasa, dan skills.

“Sebelum berbisnis digital, kita harus memahami perilaku konsumen untuk menggunakan etika pelayanan,” ungkap Aiya Lee seorang Travel Blogger dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Selasa (12/10/2021).

Ai membagi perilaku konsumen ke dalam lima golongan.

  1. Baby Boomers

Konsumen generasi baby boomers sifatnya cenderung lebih konservatif. Di era digitalisasi saat ini tidak terlalu konsumtif untuk belanja secara online karena lebih senang berbelanja secara langsung.

  1. Generasi X

Yuk Waspada, Anak dan Remaja Lebih Rentan Kecanduan Internet

Generasi kelahiran 1961-1980 ini merupakan generasi yang sangat selektif, karena perilakunya sudah bergeser dari konsevatif menjadi sedikit konsumtif. Akan tetapi, tingkat konsumtifnya diseleksi dengan baik sesuai kebutuhan.

  1. Generasi Y (Milenial)

Konsumen generasi milenial sedikit lebih instan dan loyal terhadap brand. Generasi ini lahir di zaman transisi teknologi, jadi perlahan menjadi lebih instan dibandingkan generasi sebelumnya. Generasi ini pun merasakan dampak positif dari kemajuan teknologi yang memudahkan kehidupan.

  1. Generasi Z

Generasi Z sangat cepat dalam mengambil keputusan untuk membeli sesuatu. Hal ini hanya tergantung pada tren yang sedang berlangsung. Generasi ini pun lebih nyaman untuk berbelanja secara online karena instan dan praktis.

  1. Generasi Alfa

Hampir mirip oleh generasi Z, generasi alfa ini tidak membutuhkan sesuatu yang tren untuk memutuskan membeli sesuatu. Meski belum ada kebebasan dalam menggunakan uang, generasi ini sudah mulai memutuskan apa yang ingin dibeli.

“Kalau kita ingin jualan dan membuka akun media sosial untuk mempromosikan usaha kita, butuh integritas, standar pengemasan, deskripsi, dan visual yang jujur,” jelasnya.

Di samping itu, pembeli atau konsumen lebih senang dengan transparasi harga, tingkat quality control yang baik, respon yang cepat, komunikasi, hingga kepercayaan konsumen. Menurut Ai, hal-hal tersebut harus kita lakukan sebagai penjual sekaligus mencerminkan etika pelayanan yang baik.

Ai mengatakan, saat berjualan pastikan apa yang kita tampilkan sesuai dengan yang kita jual. Misalnya, foto produk asli bukan mengambil dari stok foto atau Google.

Hal lain yang tidak boleh dilakukan ketika kita berbisnis digital yaitu tidak mengumbar data konsumen, memalsukan identitas usaha, memalsukan deskripsi, menolak saran dan kritik, menipu konsumen, dan perilaku komunikasi yang pasif.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Selasa (12/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Andrew Paulo (Forex Trader), Sofia Sari Dewi (Fashion Designer), dan Fisca (Key Opinion Leader).

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (kanalbali/rls)

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.