Yuk Waspada, Anak dan Remaja Lebih Rentan Kecanduan Internet

pixabay by Elf-Moondance

BERAPAKAH waktu yang Anda habiskan setiap hari di depan layar laptoh atau ponsel dengan memakai internet? Sadarkah bahwa selama ini bisa-bisa tanpa kita sadari diri kita sudah kecanduan internet?

Mungkin tanpa sadar juga kita memang tak bisa hidup tanpa internet. Menurut I Made Lesmana Wijaya, S.Pd, Guru TIK SMA 1 Dawan Klungkung dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis 14 Oktober 2021, setiap pengguna ruang digital harus mengenali apakah kita sudah kecanduan internet.

Dikatakannya, sebelum mengenalinya, ada baiknya pahami dulu pengertian kecanduan internet atau internet addiction. Internet addiction adalah gangguan yang terjadi akibat penggunaan internet, individu menghabiskan banyak waktu pada aktivitas online demi menimbulkan perasaan senang.

“Rasa senang ini berlangsung sehingga tanpa sadar mengganggu kegiatan lain seperti mengganggu studi, mengganggu hubungan keluarga dan partisipasi pada kegiatan masyarakat dan sosial,” ujar Lesmana dalam webinar yang dipandu Yulian Noor ini.

Lebih lanjut,  kata Lesmana, seperti kecanduan lainnya internet addiction dipandang sebagai gangguan fisik psikofisiologikal yang melibatkan tolerance, withdrawal symptoms, gangguan afeksi dan terganggunya hubungan sosial.

 7 dari Top 10 Pekerjaan Masa Depan Terkait Teknologi Digital

Untuk jenis internet addiction bisa media sosial,  cybersex dan cyberporn, online shop, game online ataupun judi online dengan taruhan di suatu situs. Untuk itu kita harus bisa menjaga kendali saat kita belanja online misalnya. Agar kita tidak merugikan diri sendiri atau keluarga. “Belilah barang yang sangat kita perlukan saja yang membuat kita produktif,” imbuhnya.

Dan faktor kecanduan ini ada yang berasal dari faktor internal seperti gender dimana laki-laki lebih rentan menjadi pecandu game dan wanita lebih rentan menjadi pecandu media sosial dan online shop.

Ada juga factor komorbiditas atau gangguan jiwa lain yang menyertai depresi cemas ADHD, factor capaian akademik yang rendah dan rendahnya minat terhadap hal lain. Selain itu faktor lain adalah faktor usia, dimana usia anak-anak dan remaja lebih rentan menjadi pecandu. Ana-anak lebih rentan karena mereka tidak banyak memiliki kesibukan seperti mencari nafkah.

Faktor kurangnya dalam regulasi, emosi dan membuat keputusan serta faktor citra diri yang rendah dan tidak percaya diri bisa menjadi faktor penyebab internal.

Selain yang internal, ada juga faktor eksternal antara lain yaitu pengaruh teman sebaya, lingkungan saat bermain, pengaruh keluarga yang jarang berkomunikasi apa lagi fokus hanya dengan gadget dan faktor pernah trauma.

Selain Lesmana juga hadir pembicara lainnya yaitu Azizah Zuhriyah, SE, MM, Division Head Finance TC Invest, Andrew Paulo, Forex Trader dan Ainun Auliah sebagai Key Opinion Leader.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (kanalbali/rls)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.