Made Mawut Gandeng Nosstress Kritisi Parahnya Kemacetan di Bali

DENPASAR, kanalbali.id  – Bali memang populer akan wisata alam dan budaya namun di sisi lain pembangunan fisik nir kontrol kian masif berdiri. Wajah Bali kini yang katanya paradise island serupa Ibukota, Jakarta. Kemacetan tersaji setiap hari, kala musim penghujan dikepung banjir. Pula panas menyengat lantaran minimnya ruang terbuka, pohon perindang dibabat diganti beton.
Kemajuan sepertinya hanya dilihat dari berdirinya mall megah mentereng. Berbicara sarana dan prasarana pendidikan, itu prioritas nomor sekian. Kemajuan di sisi membangun manusia dan keadilan sosial seperti dilupakan.
Menciptakan sistem angkutan umum yang baik hanya janji penguasa, lantaran keuntungan pajak kendaraan pribadi lebih menggiurkan. Sehingga kemacetan menjadi makanan sehari-hari, akses instan memecah macet dari aparat menjadi sarana yang punya kuasa dan mampu membayar, Sekolah ambrol diacuhkan dan maraknya alih fungsi lahan.
Keresahan kolektif ini ditangkap kemudian dituangkan solois blues Made Mawut, Nosstress dan beberapa kawan musisi lainnya dengan merilis single “Macet Menggelora”. Karya kolaborasi ini telah dirilis di sejumlah platform musik digital, Senin, 12 Februari 2024.
Made Mawut menuturkan, ide membuat lagu “Macet Menggelora” muncul saat nongkrong sembari bertukar cerita tentang Bali di Taman Bermain Nosstress. Berangkat dari keresahan bersama melihat tanah kelahiran, Made Mawut, Nosstress sepakat menjadikan sebuah lagu.
“Di antara topik yang dibahas, ada satu postingan Instragam saya tahun lalu tentang kemacetan. Itu lantas disepakati sebagai dasar lagu yang irama musiknya dibuat sedikit wiggle wiggle,” ungkapnya.
Dalam proses pengerjaan lagu ini, kata Made Mawut, ada peran buah hatinya yang kerap melontarkan komentar saat mendengarkan draf lagu. Dari komentar sang anak muncul ide baru dan kian memperkaya arti lagu.
“Anak saya rajin berkomentar kala draft lagu ini saya perdengarkan. Ada satu respon positif yang jarang terjadi, membuat saya bergegas ke Studio Nosstress bertemu Man Angga dan Guna Warma untuk melanjutkan aransemen,” ungkapnya.
Tak hanya itu, ide artwork single “Macet Menggelora” juga muncul dari putrinya itu. “Putri kecil saya menyelipkan ide lucu buat artwork lagu ini. Untuk mewakili situasi Bali terkini, pose berdesak-desakan saling serobot tanpa ada yang mau mengalah, entah mau kemana atau dari mana,” jelasnya.
Pun dalam proses aransemen musik, Made Mawut dibantu additional player Nosstress, yaitu Noriz Kiki mengisi drum, Gede Yudis mengisi keyboard dan Fendy Rizk mengisi bass yang sekaligus mengoperatori proses rekaman hingga mixing dan mastering.
Untuk lebih memperkaya musik dan memperkuat pesan lagu, Made Mawut mengajak teman-teman disabilitas dari grup perkusi Yayasan Cahaya Mutiara, Gianyar. Adalah I Komang Gede Karisma Jembawan, I Wayan Sukarmen, Ni Putu Suarmi, I Komang Sukatriadnyana, I Wayan Gde Kartika Putra, I Nyoman Master dan Ni Nengah Nuriati mengisi jimbe di lagu “Macet Menggelora”.
“Ada hal yang perlu kami sisipkan dalam lagu ini untuk menjadi pesan, bahwa pembangunan infrastruktur di negeri ini bisa dikatakan mengabaikan pandangan disabilitas dalam perencanaannya. Sehingga infrastruktur menjadi sulit diakses oleh mereka secara mandiri. Begitu juga bagi manula, ibu hamil, anak-anak maupun pejalan kaki yang haknya rentan diserobot,” imbuh Made Mawut. (kanalbali/RLS)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.