
GIANYAR, kanalbali.id – Direktur Utama PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU), Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo mengatakan, untuk pembangunan Bandara Bali Utara, di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, pihaknya sudah berkoordinasi dari sejumlah kementerian.
“Hampir semua kementerian terkait. Dari mulai Bappenas, Kementerian Perhubungan, Kementerian Investasi, Kementerian KLHK yang paling penting dan Kementerian KKP. Karena ini kan lokasi di laut, semua rekomendasi sudah kami dapatkan terutama yang KKP itu, wilayah laut itu sudah komunikasi semuanya (dan dapat persetujuan),” kata Erwanto, di Puri Agung Blahbatuh, Gianyar, Selasa (21/5).
Ia juga menyebutkan, bahwa pembangunan Bandara Bali Utara dari banyak studi dan kajian memang sebuah kebutuhan untuk di Bali agar menyeimbangkan pembangunan antara Bali Utara dan Bali Selatan.
“Ada 16 studi dan 18 kajian dan dua feasibility study di dalam negeri dan luar negeri menyatakan, bahwa Bandara Bali Utara ini ada sebuah kebutuhan sebuah keniscayaan, harus dibangun untuk menyeimbangkan perekonomian Bali Selatan dan Bali Utara,” katanya.
“Jadi, saya menyakini siapapun pemimpinnya suatu hari akan terketuk hatinya, ini kebutuhan terlebih kami semua di sini masyarakat seluruh lapisan, memang menyatakan bahwa iya kita butuh bandara ini,” lanjutnya.
Pembangunan Bandara Bali Utara harus dieksekusi secepatnya sebelum tahun 2026. Karena, menurutnya dalam dua tahun hanya bisa membuat satu runway atau landasan pacu pesawat dan desain di Bandara Bali Utara ada dua runway dan untuk dua runway itu butuh waktu lima tahun.
“Jadi kita harus eksekusi ini, sebelum tahun 2026. Artinya, kita punya waktu dua tahun secara teknis bisa satu runway. Desain kita itu dua runway tapi dalam dua tahun insyallah kita bisa selesaikan dalam satu runway dan sudah berbagi tugas dengan Bandara I Gusti Ngurah Rai. Kalau untuk dua runway itu lima tahun,” ujarnya.
Sementara, saat ditanya kapan akan dimulai pembangunan Bandara Bali Utara, ia menjelaskan kalau secara timlene setelah ground breaking di Bandara Bali Utara butuh waktu tiga bulan untuk melakukan studi Detail Engineering Design (DED).
“Setelah kami melakukan DED tiga bulan, kami langsung gaspol, tidak ada waktu lagi buat tidur, buat istirahat, kita gaspol. Karena apa, DED selesai kita langsung kerja untuk mengejar itu (waktu) 18 bulan menyelesaikan satu runway agar bisa digunakan di Oktober 2026,” ujarnya.
Ia mengatakan, untuk membangun satu bandara membutuhkan dana hingga Rp 17 triliun. Tetapi, untuk di Bandara Bali Utara ada tiga hal yang penting untuk di bangun. Pertama tentu bandaranya sendiri, kedua adalah pembangunan aerocity dan aerotropolis hingga Baliwood yang totalnya sekitar Rp 50 triliun.
Ia juga menerangkan soal pembangunan aerotropolis, yaitu sebuah kota mendukung perkembangan Bandara di Bali Utara, dan di sana ada rumah sakit, perumahan, perhotelan dan tempat pariwisata serta lainnya.
“Di situ juga ada pusat film dunia yang saya sebutkan Baliwood bukan cuma ada Hollywood dan Bollywood nanti ada Baliwood dan kita akan bangun pusat film dunia di Bali Utara. Betul-betul ada perkembangan yang luar biasa untuk kesejahteraan bersama, totalnya itu Rp 50 trilun. Jadinya gabungan antara bandara, aerocity dan aerotropolis, kurang lebih 50 trilun dan kami menggunakan dana investasi, tidak menggunakan dana APBN,” katanya.
Sementara, untuk luas lahan yang digunakan di Bandara Bali Utara sekitar 900 hektar dan konsep pembangunan runway dan aerocity itu berada di atas laut.
“Konsep bandara kami semuanya di laut dengan pola restorasi abrasi. Ada tiga hal, tidak akan menggusur lahan produktif, tidak menggusur pura-pura dan situs, tidak menggusur tempat tinggal dan masyarakat. Jadi, semua kita kerjakan di laut sepenuhnya di laut terminal runway dan erocity semuanya di laut,” ujarnya.
Sementara, untuk erocity itu adalah kawasan seperti pergudangan, catering, kargo, service pesawat dan lain-lainnya,”Jadi erocity itu, ada di sebelah kiri dan kanan bandara, dan masing-masing 100 (atau ) 200 hektar. Itu semua kebutuhan bandara disupport di situ. Kalau di darat ada aerotropolis akan meliputi suatu kota baru di situ ada perumahan, perhotelan, rumah sakit dan seluruh kebutuhan ada di situ,” ujarnya. ( kanalbali/ KAD )
Be the first to comment