Profil Pelawak Bali Petruk: Maestro Lawak Bali yang Tetap Bersinar di Era Modern

Petruk dalam suatu kegiatan bersama De Gadjah - ist
Petruk dalam sebuah kegiatan bersama De Gadjah

DENPASAR, kanalbali.id – Inilah profil Petruk pelawak Bali yang tengah menjadi buah bibir, namanya kembali mencuat ke publik usai tim kurator Pesta Kesenian Bali 2025 mencegahnya untuk tampil.

Di tengah gemerlap kesenian Bali, nama Petruk bagaikan bintang yang tak pernah redup. Sosok di balik nama panggung ini, I Nyoman Subrata, adalah seniman legendaris asal Bangli yang telah menghidupkan drama gong dengan humor khas dan karisma yang memikat.

Bersama mendiang Dolar, ia membentuk duet ikonis yang menghibur ribuan penonton di Bali dan luar daerah, menjadikan drama gong sebagai salah satu hiburan paling populer di era 1980-an hingga 1990-an.

Awal Kiprah Sang Pelawak Ulung

Lahir di Bangli, Bali, pada 1 September 1949, I Nyoman Subrata memulai langkahnya di dunia seni pada 1975 dengan menggeluti drama gong, sebuah seni pertunjukan tradisional Bali yang memadukan teater, musik tradisional, dan komedi.

Dengan bakat akting dan humor yang alami, Subrata cepat menarik perhatian. Puncaknya, pada 1983, ia meraih gelar juara umum lomba lawak se-Bali, sebuah pencapaian yang mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pelawak terbaik di Pulau Dewata.

Duet Legendaris Petruk dan Dolar

Pada 1979, Subrata berpasangan dengan Dolar, membentuk duet yang menjadi legenda dalam dunia drama gong. Chemistry mereka di atas panggung menghadirkan tawa dan kehangatan, membuat drama gong kian digemari masyarakat. Penampilan mereka tak hanya memikat penonton di Bali, tetapi juga di berbagai daerah lain.

Sayangnya, duet ini berakhir pada 2002 akibat perbedaan pandangan. Meski begitu, kenangan akan kebersamaan mereka tetap terpatri di hati penggemar. Dolar meninggal dunia pada Juli 2016, meninggalkan duka sekaligus warisan besar dalam kesenian Bali.

Tetap Relevan di Era Digital

Meski usianya kini tak lagi muda, semangat Petruk dalam berkarya tak pernah padam. Ia masih aktif tampil dalam pertunjukan bondres, komedi tradisional Bali yang kaya akan humor lokal. Lebih dari itu, Subrata berhasil menembus batas zaman dengan merambah dunia digital.

Ia tampil sebagai model dalam video klip lagu pop Bali seperti Pipise Mekada Bagus karya Ary Kencana dan Sruit Kintil Tel Byos milik Dek Pekir. Kehadirannya di podcast dan serial YouTube menjadi bukti bahwa ia mampu beradaptasi dengan selera generasi muda, menjaga relevansi seni tradisional di era modern.

Menghibur di Berbagai Penjuru

Kiprah Petruk tak hanya terbatas di Bali. Ia sering diundang tampil di berbagai kota, mulai dari Lombok, Jakarta, Bogor, hingga Palu, Palembang, Bontang, dan Pontianak. Penampilannya yang enerjik dan penuh humor menunjukkan bahwa drama gong tetap memiliki pesona, bahkan di tengah gempuran hiburan modern. Setiap panggung yang ia naiki menjadi bukti bahwa seni tradisional Bali mampu bersaing dengan tren kekinian.

Kehidupan Pribadi yang Sederhana

Di luar sorotan panggung, I Nyoman Subrata adalah suami dari Ni Nyoman Sudiati dan ayah dari dua anak, Ni Luh Putu Sri Pramesti dan Kadek Tresna Budi. Kehidupannya yang sederhana mencerminkan kerendahan hati seorang seniman besar yang tetap setia pada akar budayanya. Meski telah menjadi ikon, Subrata tetap menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan.

Inspirasi bagi Generasi Penerus

Kisah Petruk adalah cerminan dedikasi seorang seniman terhadap budaya leluhur. Dengan kemampuannya beradaptasi di era digital, ia membuktikan bahwa seni tradisional seperti drama gong tetap relevan dan mampu menarik perhatian generasi muda. Semangatnya dalam berkarya menjadi teladan bagi para seniman muda untuk terus melestarikan budaya Bali, sembari berinovasi agar tetap selaras dengan perkembangan zaman.

Warisan Abadi untuk Bali

I Nyoman Subrata, atau yang lebih dikenal sebagai Petruk, bukan sekadar nama dalam dunia seni Bali. Ia adalah simbol ketangguhan budaya lokal di tengah arus modernisasi. Dengan humor, bakat, dan semangatnya yang tak pernah luntur, Petruk terus menginspirasi, mengingatkan kita bahwa seni tradisional Bali memiliki tempat istimewa di hati masyarakat, kini dan selamanya. ***

Apa Komentar Anda?