Sampai Tahun 2025, Temuan Kasus HIV di Bali Masih Didominasi Anak Muda  

menggelar Puncak Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) 2025, Selasa (27/5), bertempat di Ballroom SMAN 2 Kuta Utara
Puncak Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) 2025, Selasa (27/5), bertempat di Ballroom SMAN 2 Kuta Utara

DENPASAR, kanalbali.id –  Berdasarkan data kumulatif temuan kasus HIV/AIDS di Bali dari tahun 1987 hingga awal tahun 2025 total kasus HIV yang terlaporkan adalah 31.880 kasus. Dari jumlah tersebut, angka temuan pada kelompok anak muda usia 15 hingga 29 tahun masih mendominasi.

Ketua Forum Peduli AIDS (FPA) Bali Made Oka Negara menyebutkan, temuan pada pada kelompok usia 20–29 tahun adalah sebanyak  11.582 kasus, atau sekitar 36,3% dari total.

“Itu adalah angka yang paling besar di antara kelompok umur yang lain,” tegasnya dalam keterangan tertulis, Rabu (3/7/2025).

Angka itu menjadi lebih besar lagi bila ditambahkan dengan temuan di kelompok usia 15–19 tahun sebanyak 743 kasus  atau 2,3%.

“Maka, total untuk kelompok anak muda usia 15–29 tahun mencapai 12.325 kasus, atau sekitar 38,7% dari total kasus HIV di Bali,” sebutnya.

Hal itu, kata dokter yang juga menjadi dosen di Universitas Udayana ini, menunjukkan bahwa anak muda merupakan kelompok paling terdampak dan menjadi tulang punggung epidemi HIV di Bali saat ini.

Kenapa Ini Terjadi?

Banyak faktor yang menyebabkan anak muda sangat rentan terhadap HIV. Salah-satunya ada;ah perilaku seksual berisiko, yakni seks bebas tanpa menggunakan kondom dengan pasangan tetap maupun kasual. Kemudian, banyak pula anak muda yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual, dan tidak semuanya sadar akan pentingnya penggunaan kondom.

Penyebab lainnya adalah kurangnya edukasi Seksual Komprehensif dimana Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang masih belum menjadi bagian utama kurikulum sekolah.

“Remaja banyak mendapat informasi dari media sosial atau teman sebaya, yang sering kali tidak akurat atau bahkan menyesatkan,” kata Oka Negara.

Faktor lainnya adalah disinformasi dan hoaks. Misalnya, banyak yang masih percaya HIV hanya menular lewat kontak fisik biasa, atau hanya menyerang kelompok tertentu misalnya gay atau pengguna narkoba)

Selain itu, menurutnya, penghambat pencegahan HIV di kalangan anak muda adalah masih adanya stigma dan diskriminasi sehingga masih ada ketakutan untuk tes HIV karena takut dikucilkan.

“ODHIV (Orang dengan HIV) sering kali mendapatkan diskriminasi di masyarakat, sekolah, dan tempat kerja, sehingga enggan terbuka,” katanya. (kanalbali/AWJ/RFH)

Apa Komentar Anda?