
JEMBRANA, kanalbali.id – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) langsung melakukan nekropsi pada dugong yang terdampar di Pantai Perancak, Jembrana, Bali, Sabtu (19/7/2025)
Nekropsi,dilakukan untuk mengetahui penyebab satwa mati terdampar.
Hasil nekropsi tersebut secara fisik menunjukkan adanya abnormalitas (tidak normal) pada sistem respirasi (pernafasan), berupa peradangan dan perubahan warna.
Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab kematian pada satwa tersebut.
Apa itu Nekropsi?
Nekropsi adalah istilah yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun sebenarnya memiliki peranan penting dalam dunia kedokteran hewan dan ilmu forensik.
Nekropsi adalah proses pemeriksaan menyeluruh terhadap tubuh hewan yang telah mati, untuk menentukan penyebab kematian, kondisi penyakit, atau cedera yang mungkin dialami sebelumnya.
Secara sederhana, nekropsi adalah autopsi versi hewan. Prosedur ini dilakukan oleh dokter hewan atau ahli patologi veteriner.
Mereka memeriksa bagian luar tubuh seperti luka, pembengkakan, atau perubahan warna, kemudian membuka bagian dalam tubuh untuk meneliti organ-organ seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal, usus, dan otak.
Sampel jaringan juga biasanya diambil untuk pemeriksaan mikroskopis atau uji laboratorium lebih lanjut.
Mengapa Nekropsi Penting?
Nekropsi memberikan banyak informasi penting, terutama dalam situasi berikut kematian mendadak hewan peliharaan atau ternak, penyelidikan kasus hukum atau kekerasan terhadap hewan.
Lalu, nekropsi penting untuk penelitian penyakit dan pengendalian wabah serta evaluasi pengobatan atau eksperimen
Proses Nekropsi
Prosedur nekropsi umumnya dilakukan di laboratorium veteriner dengan peralatan steril. Prosesnya meliputi pemeriksaan eksternal: luka, pendarahan, atau cacat fisik.
Kemudian, pembukaan rongga tubuh: toraks dan abdomen, evaluasi organ internal: warna, ukuran, tekstur, atau kelainan lainnya, dokumentasi dan pengambilan sampel: foto, catatan, serta pengambilan jaringan untuk analisis histopatologi. (kanalbali/RFH)