DENPASAR, kanalbali,id – Kematian turis China atau Tiongkok, bernama Deqing Zhuoga (25) di sebuah hostel di daerah Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, dipastikan tidak mengalami gejala keracunan akibat makanan dari restoran hostel.
Kasat Reskrim Polres Badung AKP Azarul Ahmad mengatakan, setelah dilaksanakan pemeriksaan dan penyelidikan scientific crime investigation (SCI) dan rekaman CCTV di tempat kejadian perkara (TKP) dan hasilnya juga telah ditunjukkan kepada pihak keluarga Deqing Zuoga.
4 Alasan Kenapa UMKM Harus Go DIgital
“Kita sudah tunjukkan juga kepada keluarganya melalui bukti rekaman CCTV. Korban ini, tidak makan di restoran (hostel). Sehingga, kita tidak bisa memastikan dari mana korban ini mendapatkan gejala diare yang telah disebutkan sebelumnya,” kata dia, saat konferensi pers di Mapolres Badung, Senin (24/11).
“Karena, kita sudah tunjukkan juga kepada keluarganya bukti rekaman CCTV di TKP, maupun di restoran (hostel) bahwa korban ini tidak makan di restoran,” katanya.
Kemudian, terkait rumor keracunan ia menyatakan secara pemeriksaan SCI tidak terdeteksi di tubuh korban yang melalui pemeriksaan laboratorium forensik.
“Terkait dengan keracunan, bahwa racun ini sudah dibuktikan secara scientific investigation. Dokter juga menjelaskan, setelah dilakukan pemeriksaan laboratoris kriminalistik bahwa racun itu sudah tidak terdeteksi dalam pemeriksaan laboratoris kriminalistik,” ujarnya.
“Jadi, racun, pestisida, arsen, sianida maupun metanol dan alkohol tidak terdeteksi. Sehingga bahasa yang berkembang, racun, itu sudah terpatahkan secara scientific investigation,” jelasnya.
Kemudian, terkait saat itu ada beberapa orang yang mengalami gejala yang sama dengan korban, itu ada sekitar lima orang pada saat itu.
“Terkait dengan gejala orang yang mengalami gangguan yang sama seperti diare itu, ada beberapa orang sekitar lima orang yang mendapatkan gejala yang sama,” ungkapnya.
Namun, ada keterangan yang sudah didapatkan dari saksi yang mengalami gejala yang sama dan saksi ini mengalami gejala diare itu karena dia tidak makan juga di hostel tersebut.
“Korban yang meninggal dunia ini dia tidak makan di hostel setelah kita tunjukkan, ini bukan pendapat kita namun kita sudah cek ini dia tidak makan di hostel. Kami, ambil keterangannya sempat kami interogasi (saksi) dan menyampaikan bahwa dia sempat makan ada satu restoran di wilayah tertentu, di luar wilayah (Kabupaten) Badung,” ujarnya.
“Dia (saksi) makan di sana dan tidak makan di restoran hostel seperti itu. Jadi kita tidak bisa pastikan satu orang ini, karena berbeda-beda tempat dan saling berbeda tempat makan seperti itu. (Para) Korban makan di tempat yang berbeda-beda,” jelasnya.
Selain itu, para korban merupakan turis yang melakukan perjalanan wisata seorang diri atau solo travel. Mereka tidak saling kenal dan tidak pernah makan bersama. Bahkan korban Deqing tercatat hanya satu kali makan di hostel itu.
“Konsep hostel itu satu kamar, ada diisi enam sampai delapan orang. Sehingga korban ini datang solo traveler, dia sendiri, dia tidak saling mengenal satu sama lain. Sehingga dia antara satu dan teman yang lainnya yang ada di hotel itu tidak saling kenal. Jadi tidak bersamaan dia,” jelasnya.
Kemudian, terkait hostel yang ditempati oleh para korban layak atau tidaknya itu masih dalam penyelidikan pihak kepolisian dan saat ini pihak kepolisian sudah melakukan pemeriksaan 15 saksi.
“Masih tetap kita laksanakan penyelidikan pendalaman. Nanti kita akan cari lagi saksi-saksi, sementara sampai dengan hari ini kita sudah periksa sebanyak 15 orang saksi. Tidak menutup kemungkinan kita akan periksa saksi lebih dalam karena kita akan masih dalami peristiwa ini,” ujarnya.
Sementara, Dokter Forensik RSUP Prof IGNG Ngoerah, Denpasar, Bali, dr. Kunthi Yulianti mengatakan, bahwa pihaknya menerima jenazah korban Deqing Zhuoga pada tanggal 2 September 2025 sekitar pukul 14:40 WITA dan langsung melakukan pemeriksaan luar jenazah.
“Dari pemeriksaan jenazah. Pertama ada pemeriksaan luar tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Dari pemeriksaan dalam atau otopsi kami menemukan beberapa hal. Pertama adalah adanya pelebaran pembuluh darah permukaan pada seluruh organ dan pembesaran beberapa kelenjar getah bening yaitu yang di daerah penggantung usus, antara usus dan lambung,” ujarnya.
Kemudian, juga ada bercak-bercak pendarahan di selaput pembungkus hati dan selaput lendir lambung serta pada lambung ditemukan adanya cairan berwarna hitam kehijauan. Ada juga beberapa bercak kemerahan pada usus halus dan di dalam usus halus, tidak menemukan cairan atau hasil pencernaan dari lambung.
“Jadi ususnya kosong termasuk juga di usus besar tidak ditemukan adanya tinjah. Kami ambil sample pemeriksaan untuk toksikologi, untuk patologi anatomi dari pemeriksaan toksikologi yang dilakukan oleh laboratorium forensik Polda Bali,” ujarnya.
Kemudian, dari hasil yang didapatkan, pertama pada seluruh sedian atau sample tubuh itu tidak terdeteksi adanya pestisida dan organ-organ yang diperiksa ke laboratorium forensik Polda Bali, dari sample yang dikirim seperti darah, urine dan cairan lambung dan hati, paru dan ginjal itu juga tidak ditemukan adanya pestisida pada seluruh sedian.
“Pada seluruh sedian tidak ditemukan atau terdeteksi adanya narkoba, methanol dan etanol juga tidak ditemukan pada seluruh sedian. Kemudian, labfor juga melakukan uji kertas pikrat dan arsen, uji kertas pikrat itu untuk mendeteksi sianida dan didapatkan pada seluruh sample juga tidak terdeteksi, uji arsen begitu pula pada seluruh sample tidak terdeteksi,” jelasnya.
Sedangkan, untuk pemeriksaan patologi anatomi dikonfirmasi memang benar secara tingkat seluler ditemukan pelebaran pembuluh darah pada hampir semua organ. Kemudian dari kelenjar getah bening yang diambil ternyata tidak ditemukan hal yang spesifik.
Kemudian, dari jantungnya dalam batas normal dan ada sedikit penebalan dinding di
arteri koroner tapi tidak bermakna untuk menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah jantung.
“Dari hasil pemeriksaan tersebut agak sulit saya menyimpulkan sebab kematian secara pasti. Karena kalau dia mengalami diare, biasanya kematiannya diakibatkan oleh kekurangan cairan dan elektrolit,” ujarnya.
“Namun, pada pemeriksaan patologi anatomi kurang mendukung adanya tanda-tanda dehidrasi berat, biasanya ditemukan adanya nekrosis tubular akut pada ginjal, sementara pada patologi anatomi tidak ditemukan hal tersebut,” jelasnya.
Ia menyatakan, bahwa kematian korban Deqing Zhuoga masih belum diketahui secara pasti. Tapi pemeriksaan secara mikroskopik dari autopsi, kematian korban karena iritasi saluran pencernaan yang menimbulkan diare dan mengakibatkan kekurangan cairan dan elektrolit memang tidak dapat disingkirkan.
“Maka saya menyimpulkan secara pasti sebab kematian ini memang masih abu-abu. Hal ini, bisa jadi karena pertama kematian antara gejala sampai yang bersangkutan meninggal itu waktunya relatif sempit. Sehingga organ-organ dalam tingkat seluler, organnya mungkin merespon tapi dalam tingkat seluler itu tidak bisa mendukung, karena waktunya masih terlalu sempit,”
Selain itu, adanya gangguan elektrolit yang bisa menimbulkan fibrilasi pada jantung itu juga tidak bisa terdeteksi dengan pemeriksaan patologi anatomi. Karena fibrilasi jantung itu sangat cepat kejadiannya tidak bisa terekam dalam sel-sel dalam waktu terlalu sempit seperti itu.
“Dan itu memang kesulitan pada kematian yang terlalu dekat karena penyakit. Kemudian, kematiannya terlalu dekat itu tingkat sel-nya kadang-kadang tidak bisa merekam dengan cukup baik,” ujarnya.
Pihaknya juga menyampaikan, jika dari pemeriksaan yang telah dilakukan tidak ditemukan zat-zat yang diperiksa mengarahkan kematian ini pada keracunan.
“Karena tidak ada buktinya. Jadi dari pemeriksaan toksilogi semua dinyatakan tidak terdeteksi baik pestisida, sianida, arsen, narkoba sampai alkohol dan methanol itu tidak terdeteksi,” ujarnya.
Sebelumnya, seorang turis perempuan asal Warga Negara Asing (WNA) China atau Tiongkok, meninggal dunia dan juga ada enam turis lainnya mengalami sakit muntah-muntah, saat menginap di sebuah hostel atau penginapan yang berlokasi di Jalan Kayu Tulang, Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali.
Peristiwa itu, juga menjadi pemberitaan di salah satu media asing, bahwa ada seorang turis tewas dan beberapa lainnya dirawat setelah diduga mengalami keracunan saat makan di hostel.
Sementara, kepolisian Polres Badung, Bali, menerangkan soal kronologis seorang perempuan bernama Deqing Zhuoga (25) asal WNA China yang meninggal dunia.
Pejabat Sementara (PS) Kasubsipenmas Polres Sihumas Polres Badung, Aiptu Ni Nyoman Ayu Inastuti mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Selasa 2 September 2025 lalu sekitar pukul 13:00 WITA.
“Pihak kepolisian mendatangi TKP dengan adanya informasi warga negara asing meninggal dunia,” kata Aiptu Ayu, Jumat (21/11) sore.


