DENPASAR, kanalbali.id- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menerangkan, terjadinya peristiwa gempa beruntun di Pulau Bali, yang terjadi dari Rabu (26/11) hingga Kamis (27/11) di wilayah Kabupaten Buleleng, Bali.
Dalam kurun waktu sekitar 12 jam, tercatat 9 kali gempa bumi mengguncang kawasan tersebut.
Bali young farmer : pandemic is a momentum
Ketua Kelompok Kerja Info Dini Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Wilayah III Denpasar, Dwi Hartanto menerangkan berdasarkan analisis BMKG menunjukkan bahwa telah terjadi 9 kejadian gempa bumi di wilayah Buleleng, Bali sejak tanggal 26 November 2025 pukul 20.33 WITA hingga tanggal 27 November 2025 pukul 09.00 WITA.
“Lokasi gempa bumi berada di darat dengan rentang magnitudo 1.8-2.9,” kata Hartanto, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/11).
“Menyala Wiii” Getarkan Denpasar Selatan, Koster-Giri dan Jaya-Wibawa Kawal Program Pro Rakyat
Ia menyebutkan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter-nya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif.
“Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif,” imbuhnya.
Dwi juga menyampaikan, bahwa soal rentetan gempa ini juga perlu diwaspadai. Karena bisa saja jadi pemicu gempa swarm yang terjadi terus menerus.
“Jadi kalau dia gempanya terus menerus kecil, itu gempanya namanya gempa swarm, itu pernah terjadi di Bali tahun 2017. Di Tejakula, (di Kabupaten Buleleng) kalau tidak salah,” ujarnya.
“Itu gempanya kecil, tapi agak lama. Nah, ini kita lihat, kan ini baru dua hari. Nanti kalau dia terus menerus, mungkin gempa swarm,
Mudah-mudahan sih cuma gempa biasa,” jelasnya.
Ia menyebutkan, bahwa gempa swarm itu adalah gempa kecil tapi bisa berlangsung lama dan bisa seminggu.
“Jadi kalau gempa swarm itu, gempanya kecil terus, tapi lama bisa seminggu. Dan itu terjadi karena aktivitas tektonik seperti gempa-gempa biasa sih,” ujarnya. (*)


