Dinas Pariwisata Provinsi Bali membentuk tim khusus guna memastikan penerapan protokol kesehatan berjalan dengan baik. Tim khusus itu, memantau langsung penerapan protokol kesehatan di setiap industri pariwisata yang telah selesai di verifikasi dan mulai dibuka.
“Kita sudah bentuk tim khusus untuk melakukan surveilance kepada industri pusat-pusat pariwisata yang sudah mulai dibuka,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa, Kamis (8/10).
Tim khusus tersebut bertugas melakukan survei ke pusat pariwisata itu. Diturunkannya tim tersebut tidak pariwisata terlepas yang dari banyaknya obyek wisata yang sudah mendapat verifikasi. Hingga Kamis (8/10), jumlah industri pariwisata yang sudah mendapat verifikasi mencapai 644 obyek pariwisata.

“Jumlah itu masih akan bertambah, makanya perlu tim khusus yang kemudian mereka berkejasama dengan Satpol PP. Kalau waktu kapan dilakukan survei, itu insidentil,” jelasnya.
Kendati demikian, Astawa mengatakan, pihaknya tetap melakukan kerjasam dengan sejumlah desa adat di Bali untuk memastikan penerapan Protokol Cleanliness, Health, Safety, Environment (CHSE) selalu dijalankan di obyek pariwisata. Langkah itu, lanjut dia, merupakan langkah bersama serta saling bantu antara stakeholder.
“Karena kedisiplinan penerapan protokol kesehatan di objek wisata itu kan mustahil dapat diwujudkan tanpa terjalinnya kebersamaan para pemangku kepentingan dengan pengelola kawasan wisata, termasuk desa adat. Makanya tim khusus yang kami buat ini, akan sifatnya akan terus menjalin kerjasama dia dengan elemen yang lain untuk melakukan pemantuan,” tegasnya.
Disinggung mengenai pelanggaran protokol kesehatan, Astawa mengaku selama ini, sejak objek wisata di Bali dibuka untuk wisatawan domestik, angka pelanggarannya terbilang minim. “Kadang hanya kita temukan pengunjung yang tak bermasker dan kita langsung berikan imbauan, kalau secara keselurhan sudah berjalan dengan baik,” terangnya.

“Kedepan ini juga masih banyak obyek pariwisata yang perlu di verifikasi lagi, jadi masih perlu waktu penyesuaian karena harus dilakukan dengan sangat hati-hati layak tidaknya sebuah obyek wisata itu dibuka,” tuturnya.


