DENPASAR, kanalbali.id – Bali Blockchain Summit 2024 di Dharma Negara Alaya, Denpasar menghadirkan momentum penting bagi ekosistem teknologi Bali. Melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan sejumlah perguruan tinggi, inisiatif pengembangan talenta digital resmi memasuki fase baru.
Bali Blockchain Center (BBC), yang diwakili Executive Director Ananda Priantara dan Chairman I Putu Gede Rahman Desyanta, menandatangani MoU dengan lima institusi pendidikan: STIKOM Bali, Institut Desain & Bisnis Bali, Universitas Dhyana Pura, Universitas Udayana, dan Universitas Warmadewa.
Kerja sama ini mencakup pengembangan kurikulum, riset, pelatihan, hingga inkubasi inovasi berbasis blockchain. Dengan kolaborasi ini, teknologi blockchain tidak hanya menjadi konsep industri, tetapi mulai diintegrasikan ke ruang belajar dan riset akademik untuk mendukung talenta muda Bali.
Selain penandatanganan MoU, sesi Youth Panel turut menjadi sorotan. Dalam diskusi bertajuk “Bali Next Gen: Digital Democracy”, para pemuda dan pembuat kebijakan membahas peran generasi muda dalam demokrasi digital. Hadir sebagai narasumber: I Nyoman Parta, SH (DPR RI Komisi X), Ida Bagus Yoga (Wakil Ketua DPRD Denpasar), I Gede Putu Rahman Desyanta (CEO Baliola), serta Gede Adrian Mahaputra-Baliinggih. Diskusi dimoderatori oleh Tegar Syarifuddin Baharsyah, S.I.Kom dan menyoroti cara baru keterlibatan politik generasi muda melalui teknologi, literasi digital, dan partisipasi publik berbasis platform digital.
Pada kesempatan yang sama, suasana kompetitif dan antusias terlihat dalam final kompetisi pelajar Bali Blockchain Summit, mulai dari lomba cerdas cermat teknologi hingga turnamen Mobile Legends: Bang Bang. Para pemenang menerima penghargaan secara langsung dari Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap talenta digital muda.
UMKM Go Digital: Mulai Saja Dulu!
Bali Blockchain Summit 2025 hari kedua menegaskan bahwa transformasi digital bukan hanya agenda industri, tetapi juga pendidikan dan partisipasi publik. Melalui kolaborasi pemerintah, perguruan tinggi, komunitas teknologi, dan generasi muda, Bali terus memperkuat posisinya sebagai pusat inovasi digital berbasis budaya dan masyarakat.
Hasil riset
Sesi pembukaan hari kedua diisi dengan presentasi hasil penelitian penerima Bali Blockchain Research Grant (BBRG), sebuah inisiatif untuk mendorong inovasi berbasis blockchain dari kampus untuk masyarakat. Setiap peneliti hadir tidak hanya membawa data dan teori, tetapi juga kegelisahan dan cinta pada tanah Bali, bagaimana teknologi dapat menjawab persoalan nyata di lingkungan kita.
Ir. I Gede Arie Mahendra Putra dari Universitas Udayana membuka sesi dengan penelitian mengenai traceability dan jaminan halal pada rantai pasok unggas Bali. Di tengah meningkatnya kesadaran konsumen, teknologi blockchain digagas sebagai penjaga kepercayaan publik.
Dari sektor keuangan tradisional Bali, Putu Ayu Trisna Febrianty (Undiknas) menyoroti urgensi transparansi dan efisiensi bagi LPD. Dengan blockchain, ia menawarkan masa depan di mana lembaga desa adat mampu menjaga integritas dan kepercayaan masyarakat.
Dua peneliti dari Undhiksa, I Gusti Ngurah Agung Dananjaya dan Gd. Pandya Wicaksana Gara, mengeksplorasi aplikasi blockchain dalam pertanian berkelanjutan dan perlindungan karya seni ogoh-ogoh. Dari lahan pertanian Tabanan hingga studio seniman lokal, blockchain diposisikan bukan sekadar teknologi, tetapi penjaga identitas dan kreativitas Bali.
Sementara itu, dari Warmadewa, I Komang Triska Ananda Dilivianugraha Priantara menghadirkan studi kasus Sustainix, sebuah inisiatif sertifikasi pengelolaan limbah berbasis blockchain untuk mendorong kebijakan lingkungan yang lebih tegas dan transparan.
Hari ini, riset bukan sekadar dokumen akademik. Ia menjadi kompas bagi masa depan pembangunan Bali yang berkelanjutan, transparan, dan kompetitif. ( kanalbali/RLS )


