 
Sepanjang 2025, Minikino merangkul dan memperkuat jejaring film pendek Indonesia melalui tiga inisiatif utama: Indonesia Raja 2025, S-Express 2025 Indonesia, dan Begadang 9 Tahun.
Ketiga program ini berangkat dari kolaborasi antarkomunitas dan kerja lintas generasi, memperlihatkan bagaimana film pendek bukan hanya sebentuk karya, tetapi juga ruang tumbuhnya talenta dan solidaritas kreatif.
Dengan ratusan karya yang masuk dan puluhan komunitas yang terlibat dari berbagai provinsi, program-program ini tidak hanya mendistribusikan film pendek, tetapi juga membentuk national network dan talent pool yang hidup, berkelanjutan, dan berbasis pada semangat saling dukung.
Indonesia Raja 2025: Peta Kolektif Film Pendek di Indonesia
Diluncurkan sejak 2015, Indonesia Raja hadir sebagai proyek pertukaran film pendek antarwilayah Indonesia yang memperlihatkan dinamika komunitas lokal melalui lensa masing-masing programmer wilayah. Kurasi dilakukan oleh penggiat dari berbagai daerah yang memahami karakter sosial-budaya wilayah mereka.
Indonesia Raja terinspirasi dari gerakan kolaborasi Asia Tenggara S-Express, namun konteks Indonesia yang luas dan beragam membuatnya semakin penting. Film pendek dan layar alternatif memiliki kekuatan unik sebagai jalur komunikasi dan pertukaran budaya, yang kini dibutuhkan untuk mengimbangi polarisasi akibat laju teknologi.
Programmer Indonesia Raja 2025 tahun ini antara lain Kardian Narayana untuk program Bali Nusra yang membawakan tema Tekanan Sosial; Kamala Astika untuk program Jawa Barat dengan topik Luka dan Jalan Pulang; Gerry Junus untuk program DI Yogyakarta yang membahas Jogja sebagai habitat; Nosa Normada untuk program Jakarta Metropolitan dengan tema Kota & Korpus; dan Petrus Kristanto untuk Jawa Tengah yang membahas keadaan sosial dari perspektif masyarakat.
Berperan sebagai penghubung penting yang menjadi mata dan telinga para talenta filmmaker Indonesia di kotanya masing-masing, para programmer ini turut memetakan perkembangan film pendek di Indonesia.
“IR2025 Yogyakarta menjadi semacam jendela dari generasi yang lebih baru untuk regenerasi supaya suaranya terdengar ke permukaan. Seluruh karya yang terpilih tahun ini adalah karya mahasiswa film,” ungkap Gerry Junus, programmer Indonesia Raja 2025: DI Yogyakarta.
Indonesia Raja menjadi ajang penting untuk mengukur perkembangan ekosistem lokal serta membuka kemungkinan baru untuk kolaborasi produksi, distribusi, hingga pertukaran pengetahuan.
S-Express 2025 Indonesia: Membawa Suara Lokal ke Asia Tenggara
Sebagai bagian dari jaringan pertukaran film pendek se-Asia Tenggara, S-Express memungkinkan film-film pendek Indonesia untuk bersanding dengan karya dari negara tetangga. Tahun ini, enam film Indonesia dikurasi mewakili berbagai gaya, tema, dan pendekatan:
- Kontapati / Sutradara: M. Raflie Maulana / Penulis: Magnis Putri Exela, M. Raflie Maulana, M. Ridwan
- How to be a Man / Sutradara & Penulis: William K
- NGGAK!!! / Sutradara & Penulis: Oktania Hamdani, Winner Wijaya
- Urip Mung Mampir Ngombe / Sutradara & Penulis: Rizqullah Panggabean
- Samu the Terrible and His Sin / Sutradara & Penulis: Dhiwangkara Seta
- Perfected Grammar / Sutradara & Penulis: Andrea Suwito
Keenam film membicarakan relasi manusia dengan sistem sosial dan warisan kultural secara subtil tanpa kehilangan ketajamannya. Minikino berperan sebagai jembatan yang tidak hanya mempresentasikan film, tetapi juga menyisipkan konteks dan ruang diskusi dalam jaringan pemutaran lintas negara ini.
Begadang 9 Tahun: Ruang Uji Talenta dan Energi Kolektif
Di tahun ke-9, kompetisi produksi film pendek dalam waktu 34 jam Begadang berhasil menarik 53 kelompok produksi dari seluruh Indonesia.
Bukan hanya syarat waktu yang menjadi tantangan kompetisi ini, tetapi tim penyelenggara juga memberi ketentuan elemen-elemen sinematik yang wajib ada dalam film tepat pukul delapan pagi WITA tanda kompetisi dimulai.
Dari seleksi-seleksi partisipan, delapan film resmi terpilih dan diputar di Minikino Film Week (MFW) 11 sebagai bagian dari program tahunan Minikino. Dari kedelapan film terpilih, empat akan dipilih untuk nominasi, dan satu akan dipilih menjadi pemenang.
Sebelum pelaksanaan kompetisi, Minikino membuka diskusi dan temu daring Begadang Malam Jumat yang mendatangkan para partisipan tahun lalu. Acara ini menjadi catatan penting akan semangat kolektif antar peserta.
Beberapa topik seperti ketahanan produksi di daerah dengan akses terbatas dan pentingnya sinergi antaranggota tim muncul secara organik, menunjukkan bahwa proses ini bukan sekadar membuat film, tetapi juga membentuk karakter dan melatih kreativitas generasi baru pembuat film Indonesia.
Fransiska Prihadi, Direktur Program Minikino, menambahkan, “Rangkaian program ini bukan hanya tentang seleksi dan pemutaran. Yang lebih penting adalah ekosistem, interaksi, dan keberlanjutan. Program-program film pendek ini menjadi bagian dari arsip sejarah film Indonesia yang terus hidup.”
Membentuk Masa Depan Bersama
Tiga program ini menunjukkan semangat kolaborasi dan bercerita pegiat film Indonesia. Minikino merawat jaringan-jaringan antardaerah dan antarnegara dengan terus menghubungkan dan menyebarkan karya-karya film pendek yang layak mendapat perhatian.
Dengan keterlibatan lintas komunitas, kerja kuratorial yang cermat, dan ruang eksperimentasi yang aktif, niscaya tercipta ekosistem yang menyatukan cerita, pembuat, dan penonton dalam satu gerakan nasional yang kolektif.
Info lengkap mengenai film-film terpilih, jadwal pemutaran, dan arsip diskusi dapat diakses melalui situs resmi Minikino https://minikino.org.
Program-program ini juga akan hadir di Minikino Film Week 11 – Bali International Short Film Festival (September 2025), 17th Seoul International Extreme-Short Image & Film Festival (Oktober 2025), dan Thai Short Film & Video Festival (Desember 2025), memperluas jangkauan cerita dan suara pembuat film Indonesia ke audiens internasional.
(kanalbali/IST)
*Tulisan merupakan rilis dari Minikino
Dampak Penggunaan Sistem Paylater



 
		 
		