
JIMBARAN, kanalbali.id – Untuk mendorong pengembangan Blue Energy di Indonesia, Pertamina tengah menjajaki kemungkinan penempatan solar panel di tepi pantai.
“Ini untuk solusi karena begitu mahalnya harga lahan dalam pembangunan solar panel di wilayah daratan,” kata John Anis, Chief Executive Officer Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) di sela Bali Ocean Days di Jimbaran, Bali, Jumat (7/2/2025).
Dia menyebut, potensinya sangat besar karena wilayah laut Indonesia adalah 75 persen dari wilayah Indonesia. Namun selama ini ada masalah untuk penempatan solar panel di laut karena kondisi yang kurang stabil.
“Ini sedang kita cari solusinya bersama sejumlah partner, kalau yang sudah dicoba adalah solar panel di danau,” ujarnya.
BACA JUGA: Promosikan Blue Economy, Bali Ocean Days Kembali Digelar
Solusi lain yang dijajaki adalah kerjasama dengan pihak Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tengah mengembangkan pemanfaatan suhu panas di laut dalam penelitian Ocean Thermal Energy. “Minggu depan saya akan bertemu mereka,” ujarnya.
Selama ini, kata dia, pengembangan blue energy sudah dilakukan melalui eksplorasi gas di lepas pantai seperti di blok Masela di kepulauan Tanimbar. Aksi kongkrit lainnya adalah dengan pengembangan CSR di bidang konservasi lautan.
Sementara itu untuk pengembangan renewable energy di darat, geothermal energy menjadi salah-satu pilar utamanya. “Potensinya sangat besar mencapai 24 Gigawatt dan baru kita manfaatkan sebesar 11 persen saja,” jelasnya.
Di Bali potensi geothermal juga sangat besar dan salah-satunya sudah siap dikembangkan, yakni di kawasan Bedugul, Tabanan. Namum pihaknya menyadari masih adanya kearifan lokal yang perlu didiskusikan dengan warga setempat.
Mengenai rencana Pemprov Bali untuk mengembang Liquid Natural Gas (LNG), menurutnya, bisa dimaklumi dalam skema transisi energi. Sebab, emisi karbon dari LNG jauh lebih rendah dibandingkan dengan batubara atau energi fosil lainnya. ( kanalbali/RFH)
Be the first to comment