Kesuksesan SDGs Desa akan Sumbang 74 Persen SDGs Nasional

Menteri Desa PDTT saat menggelar jumpa pers virtual terkait Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa _ IST

JAKARTA –  Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menyatakan, pencapaian SDGs Desa akan sangat penting bagi pencapaian SDGs Nasional.

Hal itu disampaikan dalam jumpa pers terkait SDGs Desa, Kamis (10/12/20200 secara virtual di Gedung Kemendes PDTT. “SDGs Desa itu akan berkontribusi 74 persen terhadap pencapaian tujuan nasional berkelanjutan. Jadi ini hal yang sangat penting untuk benar-benar kita terapkan,” kata tokoh yang akrab disapa Gus Menteri ini.

Angka 74 persen itu karena berdasarkan aspek kewilayahan, 91 persen wilayah Indonesia adalah wilayah desa dan 11 tujuan pembangunan nasional berkelanjutan berkaitan erat dengan kewilayahan desa.  Sementara dari aspek kewargaan, 43 persen penduduk Indonesia ada di Desa. Jadi, bila dirata-ratakan, kata dia, akan diperoleh angka 74 persen

BACA JUGA : Gus Menteri: SDGs Desa Mulai Diberlakukan pada 2021

Gus Menteri menekankan bahwa SDGs desa adalah pembangunan total atas desa. “Seluruh aspek pembangunan harus dirasakan manfaatnya oleh warga desa tanpa ada yang terlewat,” tegasnya.

Selain 17 tujuan SDGs yang dibumikan dari SDGs Global, pihaknya menambah SDGs ke 18 yakni desa yang dinamis dan adatif. Ini untuk membuka ruang bagi berbagai perubahan, tetapi di sisi lain juga untuk mempertahankan berbagai nilai dan warisan budaya yang sudah baik dan dimiliki oleh desa.“Disini ada nilai kebhinekaan dan penghargaan terhadap keberagaman desa di seluruh Indonesia,” tegasnya.

Sementara itu untuk menerapkan SDGs Desa, pihaknya telah mengeluarkan panduan Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa sehingga akan ada panduan yang jelas untuk menerapkannya di lapangan. “Ini juga bisa menjadi acuan untuk visi dan misi calon kepala desa,” ujarnya.

Kemendes juga mengajak tiga perguruan tinggi untuk mengontrol pengukuran, yakni Universitas Negeri Surabaya, UIN Sunan Kalijaga dan Universitas Negeri Jogyakarta. Peran serta perguruan tinggi diharapkan agar ada obyektifitas dalam penilaiaan terhadap metodologi dan pengukuran pencapaiannya. (kanalbali/RLS)

Apa Komentar Anda?