
DENPASAR, kanalbali.id – Satu karya Komang Loster yang lolos bertajuk “Main Layangan” akan mengikuti Pameran lukisan Bali Kandarupa 2025.
Pameran digelar serangkaian dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 yang dibuka pada pada 21 Juni 2025 mendatang.
Bagi perupa yang lahir pada pada 9 September 1981 itu, pilihan kurator pada karyanya adalah hal yang istimewa. Teruatama karena kondisi dirinya sebagai penyintas skizofrenia.
Forum Guru Besar Universitas Udayana Dideklarasikan, Diharap Lahirkan Pemikiran Strategis
Cita-cita menjadi pelukis sudah tertanam jauh saat masa kecil. Kemudian, ia menempuh pendidikan di SMK Seni Rupa Sukawati, Gianyar.
Corak lukisannya berkembang dalam gaya tradisional Bali, khususnya gaya Keliki yang dikenal dengan detail halus dan narasi yang padat simbol.
Terkena Skizofrenia
Namun pada awal 2010-an, hidup Komang Loster berubah. Ia mengalami gangguan jiwa yang kemudian didiagnosis sebagai skizofrenia.
Proses kreatifnya sempat terhenti. Dunia yang sebelumnya penuh warna mendadak redup. Ia menjalani perawatan dan masa pemulihan yang panjang, termasuk berkegiatan di Rumah Berdaya Denpasar, sebuah komunitas bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang mendorong proses pemulihan berbasis kegiatan seni dan sosial.
“Seni jadi semacam terapi buatku. Dulu sebelum sakit aku sudah melukis, dan setelah pulih, kupegang lagi kuas-kuas itu. Ternyata rasanya seperti bernafas kembali,” katanya, pada Selasa (17/6/2025).
Dalam proses pemulihannya, Loster bergabung dengan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) simpul Bali. Komunitas ini adalah cikal-bakal dari Rumah Berdaya Denpasar, berdiri pada 2015.
Di sana, ia menemukan kawan-kawan senasib yang memiliki semangat untuk bangkit dan berkarya. Komunitas ini bukan hanya tempat berbagi cerita, tapi juga ruang yang mendukung ekspresi dan penguatan diri melalui seni.
Perjumpaannya kembali dengan kawan sekolah lamanya, Budi Agung Kuswara — seorang seniman visual Bali dan pendiri KETEMU Project — membuka kesempatan baru. Di KETEMU Project, Batubulan, Gianyar,
Loster terlibat dalam program-program seni inklusif yang mempertemukan penyintas dengan publik seni arus utama. Ia sempat mengikuti pameran bersama di Singapura, Amerika Serikat, dan Jakarta. Karyanya juga tampil di Museum Puri Lukisan Ubud, salah satu institusi seni paling prestisius di Bali.

Karya Komang Loster di Kandarupa PKB 2025
Karya “Main Layangan” yang akan dipamerkan di Bali Kandarupa mengandung narasi yang personal dan simbolis.
Ia menggambarkan anak-anak yang sedang bermain layangan, dengan benang panjang yang seolah menyambungkan bumi dan langit. Layangan menjadi simbol kebebasan, kendali, dan mimpi yang melayang tinggi.
“Aku ingin menunjukkan bahwa setelah mengalami skizofrenia, bukan berarti hidup berhenti. Kita bisa punya mimpi, dan seni itu membantuku meraih mimpi itu kembali,” ujarnya.
Lukisan berbentuk lingkaran ini, menampilkan seekor ikan mas besar berwarna oranye keemasan yang menonjol sebagai fokus utama.
Di atas punggung ikan, duduk santai seorang anak kecil, memberikan kesan keceriaan dan kebebasan.
Yang menarik dan menjadi interpretasi kunci dari judul adalah sulur atau ‘tali’ yang menjuntai dari mulut ikan. Alih-alih layangan konvensional, Loster sepertinya menggunakan ikan mas sebagai simbol atau metafora untuk layangan itu sendiri, atau sebagai kekuatan yang mengangkat.
Figur-figur manusia telanjang yang berjuang menggapai dan bergelantungan pada sulur tersebut dapat diinterpretasikan sebagai anak-anak yang mencoba “menggapai” atau “mengendalikan” layangan,
Atau, representasi dari berbagai upaya dan tantangan dalam bermain layangan. Figur-figur di bagian bawah yang menari atau berpose dengan tangan terangkat semakin memperkuat nuansa permainan dan kegembiraan yang tercampur dengan usaha.
Latar belakang lautan berombak dan langit mendung yang dramatis mungkin bukan sekadar latar belakang, melainkan juga simbol dari tantangan atau kondisi alam saat bermain layangan—angin, cuaca, dan luasnya alam. Kehadiran kapal di kejauhan bisa jadi elemen yang menambah kedalaman narasi, melambangkan kebebasan melayang atau petualangan.
Secara keseluruhan, lukisan ‘Main Layangan’ ini jauh dari representasi harfiah sebuah layangan, melainkan sebuah interpretasi simbolis dan imajinatif dari Komang Loster.
Ia menggambarkan esensi dari permainan layangan—perjuangan, kegembiraan, dan kebebasan—melalui metafora visual yang kaya, mencerminkan gaya khas pelukis Bali yang seringkali memadukan mitologi, fantasi, dan kehidupan sehari-hari dalam karya-karya mereka.
( Kanalbali/Angga Wijaya)