
DENPASAR, kanalbali.id – Bencana banjir di Bali diminta menjadi pelajaran untuk menghentikan laju alih fungsi lahan di Bali. Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq meminta kepada Gubernur Bali, Wayan Koster melakukan hal tersebut.
“Saya sangat berharap Bapak Gubernur segera menghentikan konversi-konversi lahan di Bali. Penting sekali ini,” kata dia, saat jumpa pers usai menggelar rapat terkait penanganan banjir, di Denpasar, Sabtu (13/9) malam.
“Berarti artinya harus ada optimalisasi, gedung-gedung, peningkatan kapasitas dan lain-lain. Tapi tidak boleh melakukan perubahan peluasan, karena posisinya sudah tidak cukup kuat kita menahan kalibrasi alam,” imbuhnya.
Kemudian, terkait pembangunan di kawasan aliran sungai dan bagi bangunan yang sudah berdiri itu nantinya tentu akan ditangani oleh Pemprov Bali.
“Nanti, pak gubernur akan tangani, tentu tidak bisa frontal yah ini masyarakat. Jadi nanti Pak Gubernur dan Forkompimda merumuskan langkah-langkah penting di dalamnya. Kemudian menjaga resiliensi ketahanan lingkungan di Bali ini,” jelasnya.
Kemudian, terkait reboisasi atau memulihkan kembali hutan akibat ahli fungsi lahan, nantinya Kementerian LH dan Pemprov Bali serta Pemerintah Daerah (Pemda) kabupaten dan kota di Bali, untuk melalukan desain dan evaluasi.
“Tadi sudah Bapak Gubernur sampaikan, besok Senin tim dari Kementerian Lingkungan Hidup akan turun bersama dengan tim dari provinsi dan kabupaten kota untuk mendesain, melakukan evaluasi terhadap kajian lingkungan hidup strategis dari tata ruang Provinsi Bali. Bali ini tidak boleh sembarangan, karena menjadi kacamata kita semua di dunia internasional,” ujarnya.
Sementara, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, untuk menindaklanjuti upaya penanganan pasca banjir yang terjadi di Bali, terutama di Kota Denpasar yang menimbulkan korban dan juga timbulan sampah yang cukup besar di Tukad Badung, serta di Pasar Badung dan Pasar Kumbasari harus segera ditangani dengan tuntas.
Kemudian, yang kedua berkaitan dengan upaya pencegahan yang harus dilakukan ke depan agar kejadian banjir tidak terjadi di masa yang mendatang pihaknya akan melakukan penelusuran sungai-sungai di Pulau Bali.
“Pertama adalah Tukad Badung dari hulu sampai hilir. Apakah terjadi penggundulan hutan, kemudian mengurangi resapan air, sehingga ketika ada hujan lebat itu potensi banjirnya menjadi lebih besar. Tentu saja ke depan tidak hanya Tukad Badung, juga Tukad Unda, maupun juga tukad (sungai) lainnya di Bali yang memang harus kita jaga karena sungai itu adalah sumber air,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan, bahwa sudah ada Peraturan Gubernur (Pergub) Bali tentang perlindungan danau, mata air, sungai dan laut. Namun itu, belum berjalan secara optimal dan dengan ada peristiwa banjir yang begitu besar ini, supaya menjadi pelajaran berharga bagi seluruh elemen.
“Untuk memiliki tanggung jawab, bagaimana menjaga alam Bali ini agar ekosistemnya terjaga dengan baik. Sehingga tidak mengganggu kehidupan masyarakat dan mengancam generasi ke depan kita,” ujarnya.
Sebelumnya, sebanyak 5 orang korban banjir besar di Pulau Bali, masih dilakukan pencarian dari Rabu (10/9) saat kejadian hingga Sabtu (13/9).
I Wayan Suryawan selaku Kepala UPTD Pengendalian Bencana Daerah BPBD Provinsi Bali mengatakan, untuk korban meninggal dunia tercatat 17 orang. Diantaranya, 11 orang di Kota Denpasar, 3 orang di Kabupaten Gianyar, 2 orang di Kabupaten Jembrana, dan 1 orang di Kabupaten Badung.
“Dalam pencarian 5 orang. (Diantaranya)
di Kota Denpasar 2 (orang), di Kabupaten Badung 3 (orang). Ini update kami sampai pukul 06.00 WITA,” kata Suryawan, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/9).(kanalbali/KAD)