
Ada kegundahan di kalangan seniman tua, keberlanjutan Pekan Kesenian Bali (PKB) kurang diminati seniman dari generasi muda yang mulai tergerus digitalisasi. Kurator PKB pun berupaya memitigasinya dengan mengawal sekaa (sanggar) melalui para pembinanya untuk tak lelah meregenerasi dan melestarikan budaya Bali bersama-sama.
Penulis: Ayu Sulistyowati
HINGGA menjelang penutupan PKB ke-47 di 2025, Sabtu (19/7), pementasan tari maupun tetabuhan hingga acara disukusi seni budaya, sanggar-sanggar masih antusias menampilkan kolaborasi generasi muda dan tua.
Mereka tampil menawan dan kompak didepan puluhan penonton di setiap pementasan. Penonton pun mengapresiasi penampilan kolaborasi mereka.
Gita (24), penari dari Sanggar Genta Manik, Kabupaten Gianyar, Bali, bangga bisa terpilih berpartisipasi di pementasan PKB.
“Duh, seneng dan bangga banget. Bisa pentas PKB itu bergengsi sekali dan membanggakan buat saya yang tergolong muda juga pemula,” katanya, sebelum pementasan di Senin (14/7/2025).
Puluhan masyarakat menyaksikan pementasan Drama Tari Topeng Prembon dari Sanggar Genta Manik, Serongga, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin (14/7/2025), di salah satu panggung Pesta Kesenian Bali ke-47.
Mereka merupakan kolaborasi penari muda dan tua dalam menyajikan tari berjudul Sri Maha Wakarta. (KanalBali.id/Ayu Sulistyowati)
Kurator PKB I Wayan Dibia membenarkan adanya kegundahan dan khawatir adanya degradasi generasi muda pengisi acara di perhelatan tahunan unggulan Bali ini. “Tapi pecayalah, generasi itu terus ada. Separuh pengisi (PKB) atau senimannya berusia muda,” kata Dibia, saat jumpa pers, di Pelatihan Jurnlistik oleh ABCid, Hotel Ibis Denpasar, Jumat (20/6/2025).
Soroti Ekologi Bali dalam Tantangan Zaman, ITB Stikom Bali Gelar Konferensi Internasional

Dibia menjelaskan generasi Z ini masih menyala semangatnya untuk berkesenian. Sekaa (sanggar) tari dan tetabuhan gamelan masih terjaga kelestariannya di banjar-banjar (setara RW di daerah luar Bali) se-Bali.
Tahun ini, PKB ke-47 mengusung tema Jagat Kerthi : Lokahita Saudaya (Harmoni Semesta Raya). Pelaksanaanya setiap tahun berlangsung selama sebulan dari 21 Juni hingga 19 Juli 2025, dengan beragam acara mulai sendratari, drama gong, tetabuhan, yang melibatkan ribuan seniman dari sembilan kabupaten/kota di Bali.
Koordinator Sanggar Seni Majalangu Anom Santika bangga dapat berpartisipasi dalam perhelatan tahunan ini. Ia bersemangat mendapat tugas mewakili Kabupaten Badung di parade budaya pembukaan PKB dan pentas di arena PKB.
“Kami ini muda-muda dan tetap cinta kesenian Bali. Kami tetap eksis ditengah kegelisahan anak muda di era digital tak peduli tradisi,” ujar Anom Santika.
Jegeg Buleleng Cista dan Bagus Buleleng Andika menyanggah jika mereka tidak lagi peduli dengan kesenian tradisional. Keduanya mengatakan generasi muda itu tidak hanya melulu bermain media sosial dan bergaya kebarat-baratan, tanpa mengingat seni Bali.
“Kami masih menjaga. Kami masih belajar berkesenian Bali. Hanya saja terkadang tidak harus selalu eksistensinya di jalan tradisional atau klasik. Kami pun memiliki gaya dan jalan lain juga dalam melestarikannya. Namun, kami berusaha untuk tidak keluar dari pakem-pakem yang ada,” kata Jegeg Buleleng Cista. (kanalbali/KYB)***
*Liputan dan tulisan ini merupakan bagian dari Pelatihan Jurnalistik yang didukung oleh ABCid.