Sajak Kiri untuk Sahabat, Catatan tentang Luka Batin

Ilustrasi - Penyair dengan luka batin - Meta AI
Ilustrasi - Penyair dengan luka batin - Meta AI

Mungkin kalian belum bangun, tidur dini hari, setelah lelah bekerja seharian; atau susah tidur karena banyak pikiran; scrolling medsos mencari quotes penguat hati—tetap saja masih terjaga.

Bisa jadi kalian butuh obat penenang; tapi malu untuk datang ke psikiater. Aktivis, seringkali anxiety, melihat orang di depan gang, dikira mengintainya.

Ia pengemudi ojol yang tak pandai membaca google maps–hendak mengantar makanan bagi perempuan malam yang baru pulang–nasib kita sama; kaum proletar yang gemetar ditelepon penagih utang pinjol. Utang-utang tak terbayar.

Aku duduk di depan warung di Canggu–desa yang menjadi kota, ramai perantau yang sulit mencari kos karena dianggap menganggu ketentraman.

Mentari makin tinggi–dan aku merasa sendiri. Buku-buku tentang revolusi di dalam tas tak aku baca. Aku sedang ingin menghayati hidup yang jarang ditulis para penulis cengeng. Hidup di media sosial dan jarang keluar rumah. Katak bersuara keras dalam kolam internet—di luar, amat pendiam.

Tak ada revolusi hari ini, selain narsisisme. Ideologi telah lama mati bersama waktu. Kita semua borjuis dalam bentuk berbeda. Sajak ini kutulis di ponsel pintar, kuunggah di media sosial–buatan kapitalis.

Aku ingin ngopi dengan sederhana, bukan di bulan Juni yang telah lewat, sajak abadi itu. Kabari aku jika kalian telah bangun—aku bosan sendirian! (kanalbali/Angga Wijaya)

Apa Komentar Anda?