WWF Sebut Tekanan untuk Sawit Berkelanjutan Semakin Kuat

Dewi Lestari Yani Rizki, Direktur Konservasi Yayasan WWF Indonesia dalam acara jumpa pers usai pembukaan Konferensi Internasional tentang Minyak Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) 2025, Rabu (12/2/2025) di Sanur, Bali - RFH
Dewi Lestari Yani Rizki, Direktur Konservasi Yayasan WWF Indonesia dalam acara jumpa pers usai pembukaan Konferensi Internasional tentang Minyak Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) 2025, Rabu (12/2/2025) di Sanur, Bali - RFH

DENPASAR, kanalbali.id – Tekanan untuk membuat pola produksi kelapa sawit yang berkelanjutan semakin menjadi tantangan. Apalagi dengan meningkatnya regulasi global yang melarang produk-produk yang tak berkelanjutan.

Hal itu ditekankan Dewi Lestari Yani Rizki, Direktur Konservasi Yayasan WWF Indonesia dalam acara pembukaan Konferensi Internasional tentang Minyak Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) 2025, Rabu (12/2/2025) di Sanur, Bali

“Kita perlu membuktikan bahwa kelapa sawit berkelanjutan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan ekonomi melalui pendekatan berbasis bukti ilmiah,” ujarnya saat diwawancari pada rabu 12 Februari 2025.

Dewi menyoroti pentingnya inklusivitas, terutama bagi petani kecil yang mengelola lebih dari 40% perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

BACA JUGA: Buka ICOPE 2025 di Bali, Wamentan Sudaryono Sebut Sawit Berkelanjutan Bisa Jadi ‘Telur Emas’

WWF sendiri pun telah membantu 2.500 petani kecil, dengan 1.300 di antaranya telah memperoleh sertifikasi RSPO.

Selain itu, aplikasi keterlacakan Hamurni dikembangkan untuk memastikan kelapa sawit yang diproduksi tidak berasal dari kawasan hutan.

Selain itu,  bekerja sama dengan berbagai universitas, seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Palangkaraya, dan Universitas Jambi, untuk mengembangkan riset terkait pertanian regeneratif dan rehabilitasi ekosistem hutan.

Keterlibatan  WWF-Indonesia juga sangat intens dalam perumusan kebijakan keberlanjutan, termasuk dalam pengembangan skema Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).

Peluang Masa Depan Dengan berkembangnya skema seperti kredit karbon dan kompensasi keanekaragaman hayati, industri kelapa sawit memiliki peluang strategis untuk mengadopsi konsep modal alam.

“Kelapa sawit tidak hanya sebagai komoditas, tetapi juga aset ekologi bernilai tinggi di pasar global,” kata Dewi.

Melalui ICOPE 2025, para pemangku kepentingan diundang untuk bersinergi dalam pengembangan teknologi dan kebijakan guna memastikan bahwa industri kelapa sawit Indonesia dapat berkembang secara berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. ( kanalbali/RLS/RFH)

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.