Keberhasilan Transformasi Digital Bergantung Kesiapan Masyarakat

pixabay by ptra

MANUSIA hakekatnya adalah makhluk sosial dan dinamis dan kedinamisan manusia mengharuskan adanya suatu gerak transformasi diri  akibat dampak perkembangan teknologi. Abad ke-21 dikenal dengan abadnya masyarakat jejaring atau masyarakat digital dengan demikian masyarakat diarahkan pada transformasi digital.

Demikian dikatakan oleh Wilibrordus Cornelis Usboko, S.Fil, M.Pd, Wakil Ketua Bidang Administrasi STP St.Petrus Kelamenanu dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Jumat 6 Agustus 2021.

Menurut Wilibrordus, untuk menjawab kebutuhan digital yang mengglobal ituah Kemkominfo di tahun 2021 membuat roadmap literasi digital dan menghasilkan kurikulum literasi yang memuat empat kompetensinya.

“Langkah Kemkominfo di tahun 2021 dengan program digital literasi merupakan suatu terobosan yang luar biasa. Pertanyaannya sudahkah masyarakat Indonesia paham dan cakap dalam menggunakan teknologi digital?” ujar Wilibrordus dalam webinar yang dipandu oleh Tony Thamrin ini.

Pasalnya, keberhasilan transformasi digital bergantung pada kesiapan masyarakat untuk go digital. Masyarakat digital adalah masyarakat yang elemen di dalamnya terhubung melalui jaringan teknologi informasi dan komunikasi sehingga mempengaruhi pola interaksi yang terjadi

“Manuel Castells, seorang profesor sosiologi dari university of Catalunya, Spanyol menyebut istilah masyarakat digital dengan sebutan masyarakat jejaring,” imbuhnya.

Diterangkannya lagi, menurut Manuel Castells ada 11 karakteristik digital society yaitu the network enterprise (jaringan perusahaan), cultural consequences (konsekuensi budaya), the space of flows (ruang arus), timeless Time, the power of identity (kekuatan identitas), new forms of stratification (bentuk-bentuk paru stratifikasi), the demise of the working class (runtuhnya kelas pekerja), meritocrasy (meritokrasi), the persistence of propertied class. Serta the Origins of information of capitalism (asal usul kapatilisme informasi) dan epochal change (era perubahan).

Terkait hal ini ada dampak positif dan negatif dari teknologi digital bagi masyarakat. Untuk dampak positif nya adalah iinformasi yang dibutuhkan mudah dan cepat dan tumbuhnya inovasi dalam berbagai bidang yang berorientasi pada teknologi digital. Selain itu dampak positif yang lain adalah adanya media massa berbasis digital dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

pixabay by Free-Photos

Sementara itu sejumlah dampak negatif juga wajib kita tahu untuk diantisipasi yaitu ancaman pelanggaran hak kekayaan intelektual (HKI), ancaman terjadinya pikiran pintas di mana anak-anak seperti berlatih untuk berpikir pendek dan kurang konsentrasi.

“Ada juga ancaman penyalahgunaan pengetahuan untuk melakukan tindak pidana seperti menerobos sistem perbankan, dan lain-lain (menurunnya moralitas) dan tidak mengaktifkan teknologi informasi sebagai media atau sarana belajar,” katanya.

Untuk menghadapi ancaman dampak negatif dunia digital, pembicara yang lain Fajar Sidik, seorang Podcaster mengatakah ada sejumlah langkah yang harus dipersiapkan yaitu untuk cybercrime bisa dengan merahasiakan data, ganti kata sandi, jangan buka apapun dan jangan percaya jika ada yang mengirimkan link untuk menawarkan produk atau mengirimkan gambar.

Sedangkan langkah antisipasi untuk menghadapi cyber bullying adalah bersikap tenang, bisa mengabaikan daja atau mengumpulkan bukti sebelum melaporkan kejahatan tersebut dan blokir akun pembuly.

Sementara untuk menghadapi kasus fraud atau penipuan bisa dengan membatasi informasi, selektif dan verifikasi, periksa testimoni dan simpan bukti-bukti yang ada.

Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Grace M.Moulina, Head of Marcomm Financial Company dan Ichsan Colly sebagai Key Opinion Leader.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (kanalbali/RLS)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.