46 Perusahaan Produsen Vaksin dari 17 Negara Berkembang Kumpul di Bali

Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono ( 3 dari kiri) saat jumpa pers usai pembukaan DCVMN di Sanur, Bali - IST
Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono ( 3 dari kiri) saat jumpa pers usai pembukaan DCVMN di Sanur, Bali - IST

DENPASAR, kanalbali.id – 46 perusahaan produsen vaksin dari 17 negara berkembang berkumpul di Sanur, Bali dalam pertemuan Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN) . Tujuan pertemuan adalah untuk meningkatkan peran mereka untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara maju.

“Pertemuan ini sudah yang ke-26 jadi jauh sebelum COVID-19 sudah ada kebutuhan untuk pencegahan penyakit,” kata Wakil Menteri Kesehatan RI adalah Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, usai membuka acara itu, Rabu (29/10/2025).

Negara-negara yang hadir berasal dari benua Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Diantaranya adalah Argentina, Bangladesh, Brazil, China, Ghana, India, Indonesia, Saudi Arabia, Senegal, Serbia, South Africa, South Korea, Thailand, dan Vietnam.

Sejak didirikan pada tahun 2000, DCVMN bertujuan memperkuat kapasitas produsen vaksin di negara berkembang melalui advokasi, peningkatan kolaborasi, perluasan pangsa pasar, pengembangan teknologi, riset dan pengembangan, transfer pengetahuan, serta pelatihan profesional di bidang kesehatan masyarakat.

Rajinder Kumar Suri yang menjabat sebagai CEO DCVMN menyatakan, pertemuan ini akan mendorong kolaborasi antaranggota melalui advokasi, pengembagnan kapasitas, pelatihan profesional serta inisiatif riset bersama.

Diharapkan langkah itu akan memperkuat program imunisasi global bekerja sama dengan organisasi kesehatan dunia seperti WHO, UNICEF, GAVI, CEPI, PATH, CHAI dan Gates Foundation.

“Kami berupaya memastikan setiap negara memiliki kemampuan untuk memproduksi dan menyediakan vaksin yang terjangkau dan menyelamatkan jiwa,” katanya.

Peran Indonesia daalam DCVMN

Perjalanan Indonesia bersama DCVMN sudah berlangsung lebih dari dua dekade.

Sejak pendirian DCVMN di Noordwijk tahun 2000, Bio Farma menjadi salah satu dari 10 anggota pendiri yang membentuk pondasi kolaborasi global negara berkembang di bidang vaksin.

Setahun kemudian, pada 2001, Bandung menjadi tuan rumah AGM ke-2 DCVMN, di mana struktur kelembagaan dan tata kelola jaringan pertama kali disepakati. Itu adalah tonggak sejarah yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu hub kolaborasi dan pengetahuan bagi produsen vaksin dunia.

Selain itu, pada tahun 2004 Bio Farma bersama anggota DCVMN lainnya berperan dalam meningkatkan akses terhadap vaksin kombinasi DPT-HepB-Hib, hasil kolaborasi transfer teknologi dengan Netherlands Vaccine Institute. Keberhasilan ini menunjukan  bahwa kontribusi Bio Farma dalam jejaring DCVMN bersifat konkret dan teknis, bukan hanya simbolis.

Kemudian, pada tahun 2012, Indonesia kembali dipercaya menjadi tuan rumah AGM ke-13 DCVMN di Bali, dimana Mahendra Suhardono, salah satu Direksi Bio Farma pada saat itu terpilih sebagai Presiden of the Executive Committee Member DCVMN  periode 2013 – 2014.

Dan kini, setelah 13 tahun, Bio Farma kembali dipercaya menyelenggarakan pertemuan ke-26, menandai kontinuitas kepemimpinan dan kredibilitas Indonesia di mata dunia.

Kepemimpinan Indonesia semakin diakui saat Bio Farma dipercaya menjabat sebagai Chair of The Board DCVMN periode 2023 – 2025, menjadikan perusahaan ini sebagai jembatan antara anggota jejaring dan arah strategis global serta simbol kapasitas Indonesia dalam memimpin industri vaksin negara berkembang.

( kanalbali/RLS/RFH )

Apa Komentar Anda?