Kisah Jatuh Bangun Ajik Cok di Masa Pandemi Dibukukan

Ajik Cok (3 dari kiri) bersama Forkompinda Bali saat peluncurna buku Ajik Cok: Pandemi Membawa Berkah di Nusa Dua, Bali - IST

NUSA DUA, kanalbali.id – Sebuah buku setebal 278  yang mengisahkan perjuangan Ajik Cok dan istrinya, Bu Jero, dalam menjalankan perusahaan pada masa pandemi Covid-19 diluncurkan Minggu (17/3/2024) di Nusa Dua Bali.

Peluncuran buku yang diberi judul Ajik Cok: Pandemi Membawa Berkah dihadiri Pj. Gubernur Mahendra Jaya bersama sejumlah pejabat dan tokoh Bali lainnya. Antara lain Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatama, Pangdam XI/Udayana Bambang Trisnohadi, Kapolda Bali Irjen Pol. Ida Bagus Kade Putra Narendra, Kajati Bali Ketut Sumedana.

Hadir pula  Walikota Denpasar IGN Jaya Negara, Bupati Jembrana Nengah Tamba, Pj. Bupati Klungkung I Nyoman Jendrika, Ketua PHRI Bali Tjok Oka Sukawati serta beberapa tokoh masyarakat lainnya.

BACA JUGA: Sandiaga: Pungutan Wisatawan Asing Ditarget Capai Rp 500 Miliar di Tahun 2024

“Saya salut dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada  Gusti Ngurah Anom yang telah berbuat banyak hal untuk kemajuan pariwisata Bali dan membantu dalam mengatasi persoalan sosial yang ada di masyarakat khususnya kemiskinan,” kata Mahendra Jaya.

Dia mengungkap, pada saat pandemi Covid-19 perekonomian Provinsi Bali mengalami kontraksi yang dalam pada tahun 2020 sebesar -9,33% (yoy), untuk tahun 2021 sebesar -2,46% (yoy).”Secara nasional untuk provinsi kontraksinya terdalam,” katanya.

PJ Gubernur Bali Sang Mahendra Jaya saat memberikan sambutan – IST

Tokoh sepeti Aji Cok, menurut dia, sangat membantu kebangkitan ekonomi Bali seiring dengan hadirnya kembali wisatawan manca negara setelah berakhirnya pandemi.

Sementara dalam talkshow yang dipandu Andi F Noya, Aji Cok menyatakan, seperti pengusaha Bali lainnya, mereka juga mengalami kesulitan besar dengan tidak adanya turis yang datang ke Bali. Terpaksa mereka merumahkan 2.500 karyawannya.

“Padahal saat itu saya barusaja melakukan investasi miliaran rupiah untuk pengembangan usaha,” katanya.

Ajik Cok mengakui dalam situasi itu dia stres. Dia bukan mengkhawatirkan keluarganya, tetapi nasib ribuan karyawan, supplier, dan keluarga mereka. “Saya pernah hidup susah. Pernah tinggal di pos satpam. Makan susah. Jadi kalau kembali susah tidak masalah karena masih punya aset,” ucap Ajik Cok yang pernah jadi tukang cuci mobil dan tenaga serabutan di perusahaan konfeksi.

Keprihatinan Bu Jero dan Ajik Cok akhirnya menggerakkan hati mereka untuk membantu para karyawan dan masyarakat lainnya. Bu Jero yang tak pernah menarik tabungannya sejak puluhan tahun, akhirnya mencairkan tabungannya untuk membelikan sembako bagi karyawannya beberapa kali.

“Pas, pertama bagi sembako itu saya nangis. Nangis bahagia bisa memberikan sembako buat anak-anak,” aku Bu Jero. Anak-anak yang dimaksud adalah para karyawannya. Bu Jero dan Ajik Cok menganggap para karyawan sebagai anak-anak mereka.

Ajik Cok saat menyerahkan buku kepada penulis Bobby Pr – IST

Untuk menghilangkan stres pada masa pandemi Covid-19, Ajik Cok mengajak teman-temannya bertani di Pengulon, Singaraja. Dari bertani inilah Ajik Cok kemudian mengembangkan berbagai produk camilan dengan bendera Serba Ajik. Setelah pandemi mulai mereda, Ajik Cok terus menggenjot pengembangan usahanya di berbagai tempat.

Ajik Cok dan Bu Jero tak pernah membayangkan bahwa kini perusahaannya berkembang pesat. Mereka mulai merintis usaha dari bawah dengan membuka Cok Konfeksi. Setelah Cok Konfeksi berjalan, mereka mencoba peruntungan dengan membuka Krisna Oleh-oleh Bali di Jl. Nusa Indah pada tahun 2007.

Setahun kemudian mereka mendirikan toko kedua di Jl. Nusa Kambangan. Setelah itu, Krisna terus bertambah dari tahun ke tahun.  Dalam waktu singkat, pria yang sempat menjadi tukang cuci mobil itu berhasil mengembangkan usahanya menjadi toko oleh-oleh terbesar di Asia Tenggara. Karyawannya pun ribuan. Belakangan mulai merambah ke bisnis restoran, wahana permainan, dan rental.

Bu Jero mengaku tak pernah membayangkan perusahaannya berkembang demikian pesat. Latar belakangnya bersama Ajik Cok sebagai orang susah menjadi pemicu dia untuk bekerja keras dari hari ke hari. “Kami jalani hidup biasa aja. Nyesel juga ndak. Jalani berdua aja. Saya sama Ajik berusaha saling membantu, saling mendukung. Ndak pernah nyesel. Ndak pernah pengen kaya. Mengalir aja,” tambah perempuan yang hanya sempat mengenyam pendidikan sampai bangku SMP itu.

( kanalbali/ RLS/ RFH)

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.