Pameran Tribute to Made Wianta Digelar di Bali International Hospital

Karya Made Wianta bertajuk Symphony of Calligraphy (2011) yang turut dipamerkan di Bali International Hospital - IST
Karya Made Wianta bertajuk Symphony of Calligraphy (2011) yang turut dipamerkan di Bali International Hospital - IST

SANUR, kanalbali.id– Perjalanan kehidupan Made Wianta, seniman modern dan kontemporer asal Bali yang diakui luas di Indonesia maupun mancanegara kembali dirayakan.

Kali ini melalui forum bersahabat bertajuk “Journey of Light: Tribute to Made Wianta” di Bali International Hospital (BIH). Acara ini berlangsung di Auditorium Lantai 2 BIH, dalam bentuk talkshow dan pameran beberapa karya-karya lukis Wianta. Acara ini dihadiri oleh kolektor, pengamat, pemilik galeri, kurator dan sahabat alm. Wianta.

Dalam sambutan pembuka, Dr. Noel Yeo, MBA, PBM, Chief Commercial & Operations Officer BIH, menyampaikan keterkaitan budaya dan penyembuhan holistik. “Kami ingin mengintegrasikan nilai-nilai seni dan budaya ke dalam lingkungan penyembuhan,” katanya.

 Dr. Noel Yeo, MBA, PBM, Chief Commercial & Operations Officer BIH saat pembukaan acara - IST
Dr. Noel Yeo, MBA, PBM, Chief Commercial & Operations Officer BIH saat pembukaan acara – IST

Melalui inisiatif ini, BIH tidak hanya mengapresiasi kecemerlangan seni Made Wianta, tetapi juga menegaskan kembali komitmennya untuk menjadikan Bali bagian penting dari kesejahteraan dan pemulihan pasien.”

Made Wianta adalah salah satu tokoh utama seni rupa modern Indonesia. Ia lulus dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dan pada tahun 1976 melanjutkan studi seni di Brussels, Belgia.

Sebagai seniman dengan jejaring global, Wianta pernah berpameran di Amerika Serikat, Prancis, Belanda, Italia, Singapura, Jepang, dan berbagai negara lainnya.

Pencapaian puncaknya adalah ketika ia tampil di Venice Biennale tahun 2003, yang meneguhkan posisinya di panggung seni internasional. Di New York, karyanya juga ditampilkan di Mike Weiss Gallery pada 2005.

Sepanjang hidupnya, Wianta menghasilkan ribuan karya dalam beragam bentuk – mulai dari sketsa, grafis, lukisan, patung, hingga puisi visual.

Dalam karya berwarnanya, ia bereksperimen dengan abstraksi yang menggunakan titik-titik kecil warna, berpadu dengan kontur linear dan bidang datar.

Perjalanannya berkembang menuju konstruksi geometris yang menggabungkan sapuan kaligrafi spontan.

Selain melukis, Wianta juga menghasilkan karya instalasi dan performance art untuk menyuarakan keprihatinannya terhadap perubahan sosial dan budaya.

Wianta dikenal sebagai sosok intelektual yang gemar membaca filsafat, dari Buddhisme hingga Nietzsche, yang kemudian banyak memengaruhi pandangan estetikanya.

Selain itu, akar tradisi agraris Bali juga memberi warna kuat pada karya-karyanya. Dokumentasi perjalanannya terekam dalam sejumlah buku seperti Made Wianta (1990), Made Wianta: Universal Balinese Artist (1999), Made Wianta: Art and Peace (2000), dan Wild Dogs in Bali: The Art of Made Wianta (2005).

Ki-ka: Jean Couteau (budayawan), Heri Dono (seniman), Savitri (kurator seni) dan Yoke Darmawan (moderator) dalam forum diskusi - IST
Ki-ka: Jean Couteau (budayawan), Heri Dono (seniman), Savitri (kurator seni) dan Yoke Darmawan (moderator) dalam forum diskusi – IST

Forum dan Pameran

Dalam talkshow, budayawan Jean Couteau menyebut Wianta sebagai sosok yang “selalu meledak dengan energi grafis, tetapi tetap berakar pada filosofi Bali yang dalam.”

Ia menekankan bagaimana Wianta berani menantang batas tradisi dan modernitas, menciptakan bahasa visual yang orisinal sekaligus global.

Seniman besar Indonesia Heri Dono menambahkan bahwa perjalanan Wianta sebagai seniman performans membuka jalan bagi banyak seniman muda.

“Ada kesadaran sentuhan di setiap karya Made Wianta. Ia tidak sekadar menciptakan bentuk, tetapi memberi jiwa pada setiap garis dan warna,” ujarnya.

Dia menekankan kesadaran sentuhan dalam karya Wianta serta peran pentingnya dalam membuka jalan bagi seni performans di Indonesia.

Sementara itu, Savitri Sastrawan, seorang kurator dan penulis, menyoroti pentingnya tonggak perjalanan seni Wianta, termasuk partisipasinya di Venice Biennale, yang disebutnya sebagai puncak pengakuan internasional.

Ia juga menggarisbawahi simbol “titik” dalam karya Wianta yang menandai awal, pertemuan, dan transformasi.

Pameran ini menampilkan sejumlah karya monumental Wianta, termasuk the Symphony of Calligraphy (2011), sebuah lukisan luar biasa yang menjadikan keindahan huruf kaligrafi mengalir seperti sebuah simfoni penuh harmoni, ritme, dan sukacita.

Karya lain seperti Happiness Calendar, Colorish Pathway, Moonlight, dan Prosperity Calendar mencerminkan optimisme Wianta, dialognya dengan spiritualitas, serta tafsirnya atas perjalanan hidup manusia.

Selama beberapa bulan ke depan, masyarakat dapat menyaksikan karya-karya Wianta dalam ukuran besar yang dipamerkan di Lobby Lantai 2 BIH.

Pameran ini memungkinkan publik menikmati karya maestro seni rupa kontemporer Bali sekaligus mengenal lebih jauh fasilitas rumah sakit Bali International Hospital – berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, yang ditujukan sebagai pusat wisata medis kelas dunia.

Journey of Light: Tribute to Made Wianta adalah perayaan yang menegaskan hubungan erat antara seni, masyarakat, dan penyembuhan, sekaligus penghormatan terhadap perjalanan panjang seorang seniman besar Bali di panggung dunia.( kanalbali/RLS/RFH)

 

Apa Komentar Anda?