
JAKARTA, kanalbali.id – Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada 31 Mei 2025 menjadi momen penting untuk mengingatkan ancaman iklan rokok.
“iIndustri rokok sering sekali memanipulasi anak-anak muda, melalui iklan-iklan yang tampak keren,” kata Ketua Indonesian Youth Council For Tactical Changes (IYCTC) Manik Marganamahendra.
Antara lain, seperti memiliki inspirasi saat merokok, dan menjadikan produk tersebut sebagai bagian dari gaya hidup.
Lewat Online, Memenuhi Rasa Keadilan
Menurutnya, iklan rokok menjadi alat manipulasi, sehingga banyak orang menormalisasi rokok, khususnya di kehidupan anak muda.
“Industri rokok tidak pernah berhenti menyusup ke kehidupan orang muda dengan berbagai cara yang manipulatif, dari iklan terselubung di media sosial, sponsorship acara musik dan olahraga, sampai klaim ‘lebih aman’ dari produk-produk nikotin baru,” ungkap Manik.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang, dengan 7,4% di antaranya perokok berusia 10-18 tahun. Angka prevalensi perokok aktif di Indonesia terus meningkat.
Anak Muda Menjadi Kelompok Perokok Terbanyak
Sementara itu, data SKI 2023 menunjukkan bahwa kelompok usia 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak (56,5%), diikuti usia 10-14 tahun (18,4%).
Manik menambahkan bahwa perusahaan rokok selalu memasang strategi melalui iklan, agar orang yang rokok tetap tampil keren dan wajar. Namun, di balik citra itu, ada intervensi industri yang sengaja menormalisasi adiksi dan merampas masa depan generasi anak muda.
Menurutnya, Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) menjadi momentum yang tepat untuk menyadarkan anak-anak muda agar lebih kritis menghadapi taktik industri rokok agar tetap produktif di masa depan dan tidak sakit-sakitan pada masa produktif.
Hari ini jadi bukti nyata bahwa orang muda juga adalah penggerak utama dalam kebijakan, meminta keberpihakan dan perlindungan yang adil dan konkret dari negara.
Dalam kesempatan yang sama, Program Manager Komite Nasional Pengendalian Tembakau, Nina Samidi mengatakan bahwa Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2025 mengingatkan kembali pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap strategi dan taktik industri rokok dalam memasarkan produk adiktifnya.
Setiap orang yang harus memiliki daya kritis dan berani menolak produk yang menyebabkan candu.
“Kemunculan produk nikotin baru seperti vape dan tembakau dipanaskan membuat industri semakin kreatif, menarasikan produk mereka seakan aman. Ini harus dihentikan, dan pemerintah harus segera menerapkan standarisasi kemasan untuk mencegah manipulasi anak-anak dengan kemasan manis dan menarik yang saat ini sangat masif dan tak terbatas,” tutur Nina.
Beladenta Amalia, Project Lead for Tobacco Control CISDI mengatakan bahwa Hari Tanpa Tembakau Sedunia menjadi waktu yang tepat bagi regulator untuk mengambil Langkah penting dalam melindungi anak dan generasi muda, seperti menaikkan Harga rokok. Dia mengatakan bahwa harga rokok murah menjadi salah satu faktor mudahnya dijangkau oleh anak muda di Indonesia.
“Studi kami yang dirilis bulan April menunjukkan bahwa kenaikan harga rokok sebesar 10% berpotensi mengurangi kemungkinan orang muda untuk mulai merokok sebesar 20%,” ungkap Bela.
CISDI terus mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah perlindungan, seperti menaikkan harga rokok. Hari Tanpa Tembakau Sedunia semestinya dirayakan setiap hari karena hak setiap orang untuk sehat dan bebas dari bahaya rokok. ( kanalbali/RLS/RFH )