Anggara Kasih Tambir Bertemu dengan Kajeng Kliwon Uwudan di Bali

anggarakasih dan kajeng kliwon bertmu
ilustrasi sarana upacara dalam Hindu Bali yang berkaitan dengan Anggarakasih dan Kajeng Kliwon di Bali/ Pixel/ kanalbali.id

DENPASAR, kanalbali.id – Ada banyak jenis rahinan yang dilaksanakan umat Hindu khususnya di Bali salah satunya Anggara Kasih Tambir dan Kajeng Kliwon. Kedua rahinan ini datang bersamaan dan tentunya akan memberikan kesan yang lebih dari rahinan biasa.

Meski berjalan secara bersamaan, nyatanya kedua rahinan ini memiliki arti dan cara tersendiri dalam pelaksanaannya. Meski demikian, tentu tetap memperhatikan desa kala patra dan juga kemampuan masing-masing umat.

Kedua hari suci ini memiliki keunikan tersendiri dalam tradisi Hindu Bali, mengandung nilai-nilai keramat yang masih dijalankan hingga kini. Artikel ini akan mengupas makna keduanya, upacara yang dilakukan, serta pentingnya menjaga tradisi ini untuk harmoni hidup.

Apa Itu Anggara Kasih Tambir dan Kajeng Kliwon?

Anggara Kasih, sering disebut sebagai hari kasih sayang versi Bali, adalah momen di mana umat Hindu merayakan cinta kasih terhadap diri sendiri, sesama, dan Tuhan Yang Maha Esa. Hari ini terjadi ketika Saptawara Anggara (hari Selasa) bertemu dengan Pancawara Kliwon, yang dikenal sebagai Anggarakasih. Dalam kepercayaan Hindu Bali, Anggara Kasih juga menjadi waktu ketika Sang Hyang Ludra melakukan yoga untuk menyucikan jagat, membawa energi positif bagi kehidupan.

Sementara itu, Kajeng Kliwon adalah hari suci yang datang setiap 15 hari sekali, ditandai dengan pertemuan Triwara Kajeng dan Pancawara Kliwon. Hari ini dianggap keramat karena diyakini sebagai saat Sang Hyang Siwa melaksanakan yoga semadi. Menurut buku Pokok-pokok Wariga karya I. B. Suparta Ardhana, Kajeng Kliwon Uwudan bahkan dianggap sebagai waktu yang baik untuk menghidupkan ilmu pengiwa, meskipun fokus utamanya adalah penyucian spiritual.

Upacara dan Persembahan

Kajeng Kliwon memiliki rangkaian upacara yang khas untuk menjaga keseimbangan spiritual di rumah dan lingkungan sekitar. Berdasarkan Lontar Sundarigama, pada hari ini umat Hindu dianjurkan untuk mempersembahkan wewangian di tempat suci seperti merajan (sanggah) dan tempat tidur. Selain itu, persembahan segehan kepel dua (nasi dengan lauk sederhana) yang disatukan dalam satu wadah atau atanding diletakkan di tiga lokasi strategis:

  1. Halaman merajan: Ditujukan untuk Sang Bhuta Bhucari.

  2. Pintu utama rumah: Ditujukan untuk Sang Durga Bhucari.

  3. Halaman rumah: Ditujukan untuk Sang Kala Bhucari.

Selain itu, disuguhkan pula telung tanding (tiga jenis persembahan) di setiap tempat tersebut, yang terdiri dari bawang, jahe, dan segehan lainnya. Persembahan ini dilakukan untuk memohon perlindungan bagi keluarga dan pekarangan rumah dari energi negatif.

Pada Kajeng Kliwon tertentu, seperti yang disebutkan dalam lontar, ada tambahan persembahan berupa segehan lima warna dalam lima tanding. Upacara ini juga mencakup canang lenga wangi, burat wangi, dan canang gantal, yang dipersembahkan untuk Dewi Durga, Sang Kala Bhucari, dan Sang Bhuta Bhucari. Tujuannya adalah menjaga harmoni rumah tangga, mencegah gangguan, serta memohon keselamatan dan kesejahteraan.

Makna Pertemuan Anggara Kasih Tambir dan Kajeng Kliwon

Ketika Anggara Kasih Tambir bertemu dengan Kajeng Kliwon, tercipta momen yang dianggap sangat istimewa. Pertemuan ini menggabungkan energi kasih sayang dari Anggara Kasih dengan kesucian Kajeng Kliwon. Anggara Kasih Tambir sendiri adalah perpaduan Saptawara Anggara, Pancawara Kliwon, dan Triwara Kajeng, yang menghasilkan hari penuh makna spiritual. Umat Hindu memanfaatkan momen ini untuk memperkuat hubungan dengan Tuhan, menjaga keharmonisan dengan sesama, dan membersihkan diri dari energi negatif.

Upacara yang dilakukan pada hari ini tidak hanya memperkuat nilai spiritual, tetapi juga menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan sang pencipta. Tradisi ini mencerminkan kearifan lokal Bali yang kaya akan filosofi dan makna, menjadikannya bagian penting dari budaya Hindu Bali.

Pentingnya Menjaga Tradisi

Baik Anggara Kasih maupun Kajeng Kliwon mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan spiritual dan harmoni dengan alam. Dengan melaksanakan upacara sesuai tradisi, umat Hindu di Bali percaya dapat memperoleh perlindungan, kedamaian, dan kesejahteraan. Tradisi ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga hubungan dengan leluhur, lingkungan, dan Tuhan Yang Maha Esa. ***

Apa Komentar Anda?