
DENPASAR- Wishnutama resmi ditunjuk menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Rabu (23/10) di Istana Merdeka, Jakarta. Sementara Ketut Ardana selaku Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan dan Wisata Indonesia (ASITA) Bali, berharap terpilihnya Wishnutama bisa membuat kebijakan yang baik bagi pariwisata di Pulau Dewata.
“Harapannya lebih baik. Pertama beliau melanjutkan apa yang sudah dikerjakan oleh bapak menteri sebelumnya. Tugas-tugas yang belum selesai seperti destinasi baru yang masih belum kelihatan perkembangannya lebih difokuskan lagi, infrastrukturnya, SDM-nya dan konektifnya,” kata Ardana saat dihubungi, Kamis (24/10).
Ia juga menjelaskan, untuk pariwisata di Bali, Ardana berharap kebijakan dalam lima tahun kedepannya bisa lebih baik. Misalnya, untuk pariwisata adalah diperlukannya penataan tata niaga pariwisata. Sehingga, pemerintah bisa membatasi adanya perang harga di antara pengusaha pariwisata dan praktik negatif yang menurutnya telah lama berjalan.
Kemudian ia juga menjelaskan, hal itu bisa dilakukan dengan salah satu caranya adanya upaya standarisasi yang nantinya menertibkan pengusaha-pengusah pariwisata ilegal di Bali. Ia juga mencontohkan, misalnya soal jumlah kamar hotel di Bali yang berlebihan atau over supply hingga tidak terisi.
“Kalau untuk Bali sendiri ada beberapa hal kalau mau kita garis bawahi. pariwisata di Bali itu perlu dilakukan penataan terutama dari sisi tata niaganya. Sekarang ini di Bali terjadi over supplay kebanyakan kamar hotel,” ujarnya.
“Kalau tidak salah ada sekitar 40 persen kamar yang kosong sepanjang tahun. Kan itu sebenarnya tidak baik. Kalau seperti itu kan otomatis terjadi perang tarif dan hotel saling mendahului dan menjual harga yang lebih murah supaya hotel terisi kan itu realitanya terjadi,” imbuh Ardana.
Ardana juga menjelaskan, untuk mengatasi hal itu harus ada regulasi dari pemerintah. Selain itu, dengan adanya perang tarif bisa berdampak pada menurunnya pelayanan.
“Kalau kita ngomong pariwisata berkualitas salah satunya kan pelayanan yang baik. Kalau misalnya hotel murah bagaimana bisa mengaji pegawainya lebih baik bagus kan tidak bisa. Otomatis kan mengurangi kualitas pelayanan, termasuk juga prodak yang ditampilkan,” ujarnya.
Selain itu, persoalan lainnya adalah ketimpangan antara Bali Selatan dan Bali Utara. Hal itu, perlu dilakukannya terobosan sehingga Bali Utara juga bisa ramai dikunjungi. Salah satunya adalah pembangunan kapal pesiar berkelas internasional di Kabupaten Buleleng, Bali.
“Kalau pendapat saya sendiri cruise sekarang kan berhentinya di PadangBai (Kabupaten Karangasem) dan di Benoa (Denpasar) dan ada satu dua di Celukan Bawang (Buleleng). Karena itu, menyeimbangkan Selatan dan Utara bangung yang benar-benar kualitas internasional di Buleleng,” ujarnya.
“Di Celukan Bawang itu pantainya tenang airnya tenang kedalamannya bagus dan untuk pelabuhan sangat bagus. Jadi untuk wisata juga turis banyak (berkunjung) dan itu bisa menyeimbangkan,” jelas Ardana.
Ardana juga menawarkan untuk lebih memajukan pariwisata di Indonesia, ia melihat banyak Pulau-pulau Indah di timur Bali dan Jawa. Ia mengharapkan kedepannya ada Indonesia cruise lane dan itu menjadi potensi pariwisata bagi wisatawan yang akan berkeliling di pulau-pulau indah yang ada di Indonesia. Namun, juga disertai dengan pelabuhan yang juga baik dan bagus.
“Kita punya pulau-pulau yang begitu banyak dan indah-indah sekali terutama dari Jawa ke timur. Tapi kita tidak punya Indonesia cruise lane yang bertaraf internasional yang bisa dinaikian turis Indonesia dan internasional. Itu bisa laku dan itu menjadi potensi Indonesia dibanding negara lain,” ujarnya.(KAD).