Damai Tapi Waspada COVID-19 di Kampung Nelayan Jembrana

MENJELANG matahari terbenam, sejumlah pria tampak sibuk di tepi pantai di Desa Air Kuning, Jembrana, Bali. Dibantu para istri, para nelayan tersebut bergegas menuju perahunya untuk berangkat melaut. Masa pandemi COVID-19 sama sekali tak terasa di sana.

“Di tengah laut nggak ada corona pak, jadi biasa aja. Lagian, jarak perahu satu sama lainnya jauh-jauh,” ujar Saiful Bahri, salah seorang nelayan, santai. Mereka tetap bisa melaut seperti biasa.

POSKO Gotong-royong untuk penanggulangan COVID-19 juga didirikan di Desa Perancak, Jembrana, Bali – Foto : Dewa Darmada

Aktivitas perekonomian di Desa Air Kuning berjalan normal. Para nelayan biasanya menjual hasil tangkapannya kepada para pengepul yang setiap pagi menyambangi mereka. Tak sedikit pula pemilik pemilik warung makan yang biasanya menanti di tepi pantai untuk membeli hasil tangkapan nelayan.

“Intinya meskipun ada corona, kami masih bisa melaut karena cuacanya cukup baik dan lagi musim ikan layur. Kami juga tidak susah menjual hasil tangkapan karena banyak pengepul. Hanya saja harganya lebih murah dari sebelum corona,” tutur Dahlan, nelayan lainnya.

Toh demikian, warga Desa Air Kuning tetap melakukanupaya pencegahan COVID-19 di desa mereka. Posko penanganan COVID-19 di desa tersebut dibuat dengan sistem gotong royong, melibatkan aparat desa dan banjar, kepemudaan serta organisasi pemuda Masjid.

Mereka bergiliran berjaga di pos-pos yang ada di pintu masuk desa tersebut. Sedikitnya ada empat pos penjagaan. Petugas jaga selalu mengingatkan setiap warga yang keluar dan masuk desa tersebut wajib mengenakan masker. Terlebih bagi warga desa lain yang masuk untuk tujuan tertentu, termasuk para pengepul hasil tangkapan nelayan.

PARA nelayan bercengkerama menunggu matahari senja – foto : Dewa Darmada

Para petugas tidak segan-segan meminta warga desa lain yang masuk desanya tanpa mengenakan masker untuk kembali. Penyemprotan disinfektan juga kerap dilakukan di kampung tersebut secara berkala, termasuk terhadap kendaraan yang melintas.

Saifur Rahman (60), nelayan asal Desa Pekutatan, Jembrana, juga mengakui bahwa pandemic COVID-19 tak banyak mempengaruhinya. Terlebih dengan banyaknya hasil tangkapan ikan akibat cuaca yang mendukung belakangan ini.

BACA JUGA :

Hanya saja, diakuinya, harga ikan di pasaran turun hingga 50 persen dibandingkan sebelum pandemic. “Harga ikan saat corona ini memang menurun setengahnya dari sebelum corona. Tapi nelayan tertolong karena saat ini lagi musim ikan layur,” ujarnya.

Jika sebelum pandemi COVID-19 melanda, kata Saifur, harga ikan layur bisa mencapai lebih dari Rp 100 ribu per kilogram. Satu nelayan kecil paling banyak dapat 10 sampai 15 kilo untuk sekali melaut.

Namun belakangan, nelayan bisa mendapat hingga 20 kilogram ikan layur sekali melaut. “Jadi walaupun harganya turun, hasil tangkapan lumayan banyak,” kata Saifur. “Sekarang lagi musim ikan, jadi corona tidak begitu berpengaruh dengan pendapatan nelayan. Meskipun ada corona, kami tetap melaut selagi ada ikan dan gelombang bersahabat,” imbuh Saiful Bahri (53), nelayan Pekutatan lainnya.

PERAHU kecil ini menjadi sumber kehidupan bagi warga di Desa Nelayan – foto : Dewa Darmada

Saat ditanya apakah mengalami kesulitan jika melaut hingga keluar Bali dan apakah tidak takut tertular covid 19, sejumlah nelayan mengaku tidak mengalami kesulitan jika harus melaut sampai luar Bali. Ia juga mengaku tak khawatir tertular COVID-19 dari melaut, karena mereka tak pernah singgah ke mana mana saat melaut. “Kalau sudah mendapatkan ikan yang banyak, barulah kami pulang. Nggak pernah singgah singgah,” kata dia.

Sementara itu, di kampung nelayan lainnya, Desa Perancak ,  protokol kesehatan diterapkan lebih ketat. Pasalnya Desa Perancak kerap disinggahi oleh perahu-perahu besar dari Jawa untuk sekedar sandar. Pemerintah desa dinas dan desa setempat melarang kru perahu besar turun ke daratan untuk berbaur dengan warga, meskipun telah menggunakan masker.

  “Masa pandemi COVID-19 saat ini tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan nelayan. Masih berjalan normal seperti biasanya. Hanya saja harga ikan saat ini lebih murah dibandingkan sebelum COVID-19 melanda,” terang Perbekel Perancak I Nyoman Wijana. “Kami juga telah mendapatkan sembako dan bantuan langsung tunai dalam masa pandemic,” sebutnya. ( kanalbali/Dewa Darmada )

Apa Komentar Anda?