DPD GMNI Bali Desak Satukan Organisasi Lewat Forum Nasional Komunikasi Persatuan

Sekretaris DPD GMNI Bali, I Dewa Agung Putra Agung - IST
Sekretaris DPD GMNI Bali, I Dewa Agung Putra Agung - IST

DENPASAR, kanalbali.id – Perpecahan organisasi Gerakan Mahasiswa  Nasionalis Indonesia (GMNI) belum juga terselesaikan.

Karena itu Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Bali menghadiri Konsolidasi Nasional dan Ziarah Kebangsaan yang diselenggarakan oleh DPD Jatim di Kota Blitar, Jawa Timur, pada Jumat, 21 Juni 2024 bertepatan pada peringatan wafat Sang Proklamator.

“Konsolidasi sepakat membentuk Forum Nasional Komunikasi Persatuan,” kata Sekretaris DPD GMNI Bali, I Dewa Agung Putra Agung, dalam rilisnya Senin (23/6/20205)

Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah DPD dan DPC  dari berbagai wilayah sebagai bagian dari upaya merawat semangat kebangsaan dan menjawab kegelisahan kader di tengah konflik internal DPP GMNI yang tak kunjung terselesaikan.

Forum Nasional Komunikasi Persatuan sebagai wadah komunikasi alternatif dan gerakan penyatuan di tingkat nasional. Pembentukan forum ini dipandang sebagai bentuk tanggung jawab kolektif kader terhadap masa depan organisasi yang lebih solid dan independen.

Dewa Agung menegaskan bahwa pembentukan forum ini merupakan respons atas stagnasi penyelesaian konflik di tubuh DPP.

“Kami memandang bahwa kebuntuan konflik di DPP tidak boleh terus-menerus menjadi beban ideologis dan organisatoris bagi kader di daerah,” tegasnya.

Forum Nasional Komunikasi Persatuan hadir sebagai ruang baru untuk mengembalikan arah juang yang sehat, demokratis, dan berpijak pada semangat persatuan. GMNI tidak boleh disandera oleh konflik elite.

Dalam rangkaian kegiatan tersebut, seluruh peserta juga melakukan Ziarah Kebangsaan ke Makam Bung Karno sebagai bentuk penghormatan terhadap pemikiran dan perjuangan Sang Proklamator yang menjadi inspirasi utama perjuangan.

DPD GMNI Bali menyatakan bahwa konsolidasi ini merupakan titik awal dari penyatuan kekuatan basis kader yang muak dengan konflik kepentingan yang mencederai cita-cita besar organisasi. GMNI, menurutnya, harus kembali menjadi rumah ideologis yang mempersatukan, bukan memecah.

Dualisme DPP GMNI bermula dari Kongres XXI di Ambon, yang menjadi ajang pemilihan kepemimpinan baru.

Kongres tersebut diwarnai aksi intimidasi, kericuhan, dan pengambilan keputusan yang dianggap tidak adil oleh sebagian pihak. Ketegangan memuncak ketika sebagian peserta memutuskan untuk mengadakan kongres tandingan di lokasi lain.

Akibatnya, lahirlah dua kubu yaitu kubu Arjuna dan kubu Imanuel, kepemimpinan yang masing-masing mengklaim legitimasi. ( kanalbali/RLS?RFH)

Apa Komentar Anda?