DENPASAR, kanalbali.id – Konsorsium WRI Indonesia, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), dan Universitas Udayana bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali untuk memperkuat tata kelola rantai pasok beras di Bali
Kolaborasi dan komitmen ini diwujudkan melalui pengembangan fitur baru pada platform SiGapura dan aplikasi Sapatani yang diperkenalkan ke publik pada acara “Peluncuran dan Diseminasi Hasil Riset Proyek Solusi Digital untuk Penguatan Tata Kelola Rantai Pasok Beras di Provinsi Bali” di Denpasar, 11 November 2025.
“Ini menjadi contoh nyata sinergi lintas lembaga dalam memperkuat tata kelola rantai pasok beras yang berkelanjutan di Bali.” ujar Dr. I Wayan Sunada, SP., MAgb, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, yang turut hadir dan menyaksikan peluncuran Sapatani dan fitur baru SiGapura.
Fitur baru pada SiGapura ini meliputi tampilan yang lebih interaktif, integrasi dengan data spasial, serta penyajian informasi secara real-time yang menggunakan data di tingkat tapak.
Duet Unmas Denpasar dan STIMIK STIKOM Dampingi UMKM Jejukutan Pasarkan Produk Bubuk Sayur Kemasan
Pembaruan ini memungkinkan SiGapura menjadi pusat koordinasi utama untuk pemantauan pertanian padi dengan alur kerja yang terintegrasi, visualisasi yang lebih baik dan mudah ditindaklanjuti.
Di sisi lain, Sapatani adalah asisten pintar berbasis WhatsApp yang dirancang untuk membantu petani beras dalam menghadapi berbagai tantangan di lapangan. Melalui sinergi antara SiGapura dan Sapatani, mereka kini memiliki sistem pelaporan dan platform informasi yang lebih komprehensif serta mudah diakses.
Keterpaduan kedua platform ini juga mendorong terciptanya transparansi data dan penyaluran bantuan yang lebih tepat sasaran oleh pemangku kebijakan.
Ke depannya, SapaTani ditargetkan untuk terus dikembangkan menjadi platform yang lebih inklusif dan interaktif. Pengembangannya mencakup dukungan fitur pesan suara dan pelaporan berbasis foto, rekomendasi pertanian lokal yang disesuaikan dengan musim, kondisi tanah, dan lokasi subak, serta mekanisme umpan balik langsung dengan SiGapura.
Inisiatif ini didukung oleh KONEKSI, sebuah inisiatif kolaboratif di sektor pengetahuan dan inovasi yang mendukung kemitraan antara organisasi di Australia dan Indonesia untuk mendorong kebijakan serta teknologi yang inklusif dan berkelanjutan.
Didukung oleh Pemerintah Australia dan Indonesia, program ini mempromosikan kemitraan pengetahuan yang setara serta pemanfaatan pengetahuan lokal untuk menghadapi berbagai tantangan sosial dan ekonomi.
Dalam acara ini, dilaksanakan juga penandatanganan perjanjian kerja sama antara WRI Indonesia dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, sebagai bentuk komitmen untuk penyusunan strategi sektor pertanian dalam rangka implementasi kebijakan Bali Emisi Nol Bersih 2045.
Strategi ini meliputi melakukan kajian terhadap intervensi perbaikan rantai nilai komoditas padi, pengembangan solusi digital, hingga pengembangan kapasitas bagi para pemangku kebijakan, termasuk petani.
Tomi Haryadi, Direktur Pangan, Lahan, dan Air WRI Indonesia, mengatakan, “Kemitraan strategis antara WRI Indonesia dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali yang diwujudkan melalui perjanjian kerjasama, merupakan langkah penting untuk memastikan sektor pertanian di Bali dapat bertransformasi menuju sistem yang rendah emisi, tangguh, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Melalui kerja sama ini, kami berkomitmen untuk mengembangkan solusi digital yang dapat mendukung perbaikan basis data rantai nilai komoditas pertanian padi sekaligus berkolaborasi dalam pengembangan kapasitas para pemangku kepentingan rantai pasok beras di Bali.”
Selain peluncuran aplikasi dan penandatanganan kerja sama, acara ini juga menyelenggarakan lokakarya pemaparan sekaligus validasi hasil riset dengan mengundang berbagai pemangku kepentingan, mulai dari perwakilan pemerintah, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), pelaku usaha, petani, hingga akademisi.
Topik diskusi pada lokakarya ini mencakup hasil kajian riset pada empat tema utama, yaitu rantai pasok beras, Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI), analisis spasial dan penginderaan jauh untuk lahan sawah, serta pengembangan solusi digital untuk pertanian.
Kolaborasi ini menandai langkah penting bagi Bali dalam memperkuat tata kelola pertanian beras menuju Bali Era Baru yang hijau, tangguh, dan sejahtera. Melalui sinergi SapaTani, SiGapura, serta kemitraan strategis antara WRI Indonesia dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, upaya mewujudkan pertanian rendah emisi dan kedaulatan pangan nasional kini semakin nyata.
(kanalbali/RLS)


