SANUR, kanalbali.id – InJourney Hospitality melakukan kolaborasi bersama Universitas Udayana yang ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) Kolaborasi Riset di Ethnobotanical Garden Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur.
Kolaborasi Riset di Ethnobotanical Garden The Sanur ini mencakup pelaksanaan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama untuk kegiatan yang berada di Ethnobotanical Garden The Sanur.
Kerja sama ini bertujuan untuk mendukung hadirnya taman etnobotani berstandar internasional yang berbasis riset, edukasi, dan prinsip keberlanjutan, mendukung penguatan posisi KEK Sanur sebagai International Health & Wellness Destination, sekaligus memperkuat peran Indonesia dalam pengembangan pariwisata kesehatan berbasis ilmu pengetahuan dan kearifan lokal.
Melalui penandatanganan MoU ini, Universitas Udayana akan berperan aktif dalam pelaksanaan riset multidisiplin, meliputi kajian etnobotani, konservasi tanaman, biodiversitas, lanskap berkelanjutan, riset kesehatan berbasis alam (nature-based healing).
Tujuan dari kolaborasi riset ini adalah hadirnya Ethnobotanical Garden yang dikelola berbasis sains, terkurasi, dan berkelanjutan, serta mampu memberikan added value bagi kawasan KEK Sanur.
Riset yang dihasilkan juga diharapkan dapat mendorong inovasi pemanfaatan tanaman obat dan tanaman budaya, pengembangan modul edukasi bagi masyarakat dan pelajar, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui keterlibatan dosen, peneliti, dan mahasiswa dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Prof. Ir. I Ketut Sudarsana, S.T., Ph.D., selaku Rektor Universitas Udayana, dalam sambutannya menyampaikan bahwa “Dalam mewujudkan program Kampus Berdampak, perguruan tinggi tidak dapat berjalan sendiri.
Kolaborasi erat antara akademisi dan praktisi agar ilmu pengetahuan dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Penandatanganan Nota Kesepahaman ini menjadi bagian penting dalam implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berdampak langsung bagi pembangunan nasional.”
Christine Hutabarat, Direktur Utama InJourney Hospitality menyampaikan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah strategis dalam mendukung visi KEK Sanur sebagai destinasi kesehatan dan pariwisata berkelas dunia.
“Kami mengucapkan terima dan apresiasi atas kolaborasi strategis dengan Universitas Udayana ini. Kolaborasi ini sebagai bagian dari upaya kami mewujudkan visi KEK Sanur sebagai International Health & Wellness Destination. Sinergi antara akademisi dan praktisi menjadi elemen penting dalam menghadirkan kawasan berbasis riset, inovasi, dan berdaya saing global,” ujar Christine.
KEK Sanur merupakan Proyek Strategis Nasional yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2022, dikembangkan di atas lahan seluas 41,26 hektare dengan visi sebagai International Health & Wellness Destination.
Kawasan ini mengintegrasikan layanan kesehatan berstandar internasional dan pariwisata dalam satu ekosistem holistik bernama The Sanur. Kawasan ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto, pada 25 Juni 2025 sebagai pemain strategis dalam sektor pariwisata kesehatan internasional.
Sebagai Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) KEK Kesehatan Sanur, PT Hotel Indonesia Natour mengembangkan Ethnobotanical Garden The Sanur di atas lahan seluas 4,9 hektar yang terletak tepat di jantung kawasan. Taman ini berfungsi sebagai paru-paru kawasan, sekaligus sebagai elemen pengikat seluruh fasilitas kesehatan, pariwisata, dan wellness di The Sanur.
Taman ini dirancang dan dikembangkan sebagai pusat pelestarian keanekaragaman hayati dan budaya lokal Bali. Beragam koleksi tanaman di dalamnya telah dikurasi sebagai representasi budaya, sesuai dengan daftar tanaman obat yang tercatat dalam naskah kuno Nusantara berjudul Taru Pramana.
Naskah ini disebut sebagai warisan dari Mpu Kuturan, seorang tokoh besar, pendeta, dan penasihat kerajaan Bali Kuno dan Kahuripan-Kediri sekitar tahun 990–1049 M. Terdapat 202 tanaman obat herbal Nusantara yang tercatat dalam naskah Taru Pramana tersebut.
Selain itu, Ethnobotanical Garden ini menjadi jantung kawasan The Sanur dengan mengintegrasikan fungsi edukasi, konservasi, dan relaksasi. Taman ini juga menjadi suaka bagi burung lokal serta kolam retensi kawasan.
Dirancang inklusif bagi semua kalangan, taman ini menjadi ruang interaksi antara pengunjung dan alam yang mendukung percepatan recovery pasien yang menjalankan perawatan di fasilitas medis internasional.
Selain itu juga berfungsi sebagai sarana penunjang fasilitas wellness experience di hotel The Meru Sanur, diantaranya wellness activity di Spa in The Forest, aktivitas melukat di purification pond, Yoga, Meditasi, Akupuntur serta Spiritual Treatment yang menghadirkan pengalaman wellness yang unik, holistik, menciptakan perjalanan well being dan memorable journey.
Beragam fasilitas lainnya juga dapat ditemui, seperti tanaman usada, museum lontar, SPKLU dengan panel surya, amplitheatre, restaurant dan lain-lain. Selain itu, juga terdapat front pond yang juga fungsi sebagai resapan air di kawasan.
Di Ethnobotanical Garden, telah tertanam ribuan pohon yang telah dikurasi sebagai representatif budaya, wilayah, dan tradisi diantaranya pohon iconic & giant trees diantaranya Pohon Ficus religiosa, Pohon Alstonia scholaris, Tanaman Buah, Herbal, Bodhi, Flamboyan, Tabebuya, Mangga, Kersen, Jambu Air, Jeruk Bali, hingga tanaman air seperti Victoria amazonica dan Nymphaea pubescens, serta tanaman herbal Pandan Bali, Sirih Gading, dan Alokasia kuping gajah, dan berbagai varietas lainnya mewarnai lanskap taman ini.
Ethnobotanical Garden ini juga dirancang sebagai kawasan yang inklusif, aksesibel dengan jalur pedestrian ramah disabilitas, pathway dan open space sehingga pengunjung dapat terkoneksi dengan berbagai fasilitas kawasan, serta fasilitas penunjang seperti restoran, area nutrisi dan suplemen, sehingga pengunjung dapat menikmati kuliner khas Indonesia. Selain itu, juga terdapat public area diantaranya lobby, toilet umum, dan buggy parking.
Pengembangan Ethnobotanical Garden ini juga mengusung prinsip pembangunan berkelanjutan untuk mendukung pengurangan emisi karbon dan pencapaian target Net Zero Emission 2060. Dengan dukungan riset akademik, taman ini menjadi implementasi nyata konsep Sustainable Tourism Destinations dan Sustainable Environment di kawasan pariwisata terpadu. ( kanalbali/RLS )


