Hadapi Krisis Iklim, Bali Diharap Jangan Terlena oleh Puja Puji

Iwan dewantama saat rembug Jurnalis dan Anak Muda soal Krisis Iklim - IST

DENPASAR, Kanalbali.com –– Wacana krisis iklim menjadi topik menarik jelang pelaksanaan KTT G20 di Bali. Baik organisasi pemerintah maupun organisasi masyarakat sipil menggelar berbagai forum diskusi.

Sejumlah isu yang mengemuka antara lain soal krisis air, ketersediaan pangan berkelanjutan, emisi karbon hingga partisipasi lintas komunitas dan sektoral dalam upaya mencegah krisis iklim.

Seperti diskusi yang digelar di Kubukopi, Denpasar pada Sabtu (3/9). Diskusi ini mengangkat teman tentang ‘Kolaborasi Jurnalis dan Kalangan Muda Dalam mitigasi Krisis Iklim’.

BACA JUGA: Jelang G20, Menteri Lingkungan Hidup dan Air Australia Beri Kuliah Umum di Unud

Penggiat lingkungan Iwan Dewatama mengatakan, Bali jangan sampai terlena menghadapi anacman krisis iklim itu. “Karena disini sering jadi tempat konferensi lingkungan, kemudian kita mendapat puja-puji dan akhirnya menjadi kurang kritis terhadap kondisi kita disini,” katanya.

Dai menyebut, berbagai ancaman pun menghadang Bali. Khususnya karena kebijakan pariwisata yang tetap mengedapankan pariwisata massal. Akibatnya, alih fungsi lahan, eksploitasi air tanah dan meningkatnya sampah plastik terus terjadi.

“Sementara pemerintah terus sibuk dengan pembangunan infrastruktur dan proyek besar demi pariwisata,” katanya.

Dia menekankan, kesadaran soal pembangunan berketahanan iklim  sudah dirumuskan oleh  Bappenas. Meliputi sektor kelautan dan pesisir, sektor air, sektor pertanian dan sektor kesehatan. Namun, perlu dikawal secara serius oleh generasi muda dan media.

“Bappenas sudah punya dokumen mengenai beberapa isu strategis, tapi apakah itu perlu dikawal oleh generasi muda dan media,” kata Iwan Dewatama.

Rembug Jurnalis dan Anak Muda soal Krisis Iklim – IST

Sementara itu jurnalis senior Irvan mengatakan pentingnya membumikan isu-isu perubahan iklim yang kini bergeser jadi krisis iklim. Pergeseran ini terlihat dari makin sering bencana yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

Daerah-daerah yang sebelumnya relatif aman kini ikut mengalami bencana dan krisis. Penyebabnya beragam. Mulai dari tingginya jumlah penduduk, kesadaran akan pentingnya isu lingkungan masih rendah hingga kebijakan yang tidak berpihak.

“Semuanya simultan baik itu faktor Lingkungan, politik, dan lain-lain. Perlu lakukan aksi nyata, ini (krisis iklim) harus diantisipasi,” ucap Irvan. Dia juga menekankan pentingnya kerja lintas sektoral. Baik organisasi masyarakat sipil maupun pemerintah.

Dia memberi penekanan khusus pada peran jurnalisme warga dalam isu lingkungan. “Jurnalisme warga sangat penting karena mereka menulis langsung apa yang mereka lihat dan rasakan. Bisa menggunakan berbagai platform media sosial atau kanal-kanal media yang khusus disiapkan untuk jurnalisme warga,” ucap Irvan.

Sementara itu I Gusti Ayu Diah Pramesti selaku perwakilan Idep Foundation mengatakan, perlu ada perhatian pada  masalah ketidak adilan iklim. Siapa berbuat dan siapa yang bertanggung jawab. Bukan hanya masalah lingkungan tapi sistem sosial seperti Ketimpangan ras, gender, generasi dan geografi.

“Diperlukan kerja kolektif membangun ketahanan pangan. Sebagai contoh kami sudah mendorong kebun pekarangan dan pertanian lingkungan,” ucap Diah. (KanalBali/ROB)

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.