DENPASAR, kanalbali.id – Kematian mahasiswa Fisip Universitas Udayana (Unud) Timothy Anugerah Saputra (21) meninggalkan sejumlah teka-teki, dari penyebab dia meloncat dari lantai atas gedung hingga ada tidaknya perundungan sebelum kejadian.
Soal Tekanan Skripsi
Sempat muncul dugaan bahwa almarhum melakukan bunuh diri karena tekanan skripisi. Mengenai hal itu, pihak Unud tegas membantah.
“Ada percakapan di sosial media atau komentar-komentar yang menyatakan bahwa almarhum meninggal karena tekanan dalam penyusunan skripsi,” kata Ketua Unit Komunikasi Publik Universitas Udayana, Dewi Pascarani, saat konferensi pers di Gedung Pascasarjana Kampus Sudirman Unud, di Denpasar, Bali, Senin (20/10) sore.
Kembangkan Medical & Wellness Tourism, Garuda Indonesia Jalin Kerja Sama Strategis Bersama The Sanur
Pihaknya telah mengklarifikasi langsung kepada dosen pembimbing skripsi almarhum Timothy dan selama ini pembimbingan skripsi berjalan dengan baik.
“Bahwa kami telah melakukan klarifikasi langsung kepada dosen pembimbing skripsi almarhum. Berdasarkan keterangan yang kami terima, proses pembimbingan skripsi secara formal baru berjalan sekitar 20 hari. Dan telah dilakukan pembimbingan sebanyak dua kali,” ujarnya.
Single Bucin, Momentum Sabia Coba Warna Baru
“Proses pembimbingan berjalan dengan baik, sangat komunikatif dan dosen pembimbing selalu mengakomodir topik yang diajukan almarhum,” lanjutnya.
Ia juga menyampaikan, jadi dari keterangan dosen pembimbing yang sudah diperiksa tidak ada catatan ataupun keluhan almarhum
Timothy selama proses pembimbingan kepada pembimbing skripsinya.
Soal CCTV yang tidak Berfungsi
“Kemudian, mengenai rekaman CCTV di gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di Kampus Sudirman, saat peristiwa meninggalnya almarhum Timothy masih berfungsi dengan baik,” lanjutnya.
“CCTV kami bisa berfungsi dengan baik. Namun ada blind spot yang tidak bisa menangkap kejadian secara utuh. Bahwa almarhum tertangkap kamera CCTV, berjalan di lorong, itu ada. Tapi setelah itu tidak tertangkap lagi CCTV, dan ini sudah dilakukan pengecekan juga dengan pihak kepolisian. Kami tadi baru saja juga sudah membuka rekaman CCTV-nya. Jadi tidak ada yang merusak,” jelasnya.
Soal Lantai Tempat Korban Melompat
Kemudian, terkait adanya perbedaan apakah korban diduga melompat dari lantai dua atau lantai empat, pihaknya menanggapi bahwa saat itu tidak ada saksi yang melihat.
“Kami tidak bisa mengonfirmasi, apakah itu lompat dari lantai dua atau empat, karena tidak ada bukti, tidak ada saksi yang melihat itu dari lantai berapa persisnya. Jadi di awal kami menemukan satu saksi yang melihat dari luar gedung, itu sudah almarhum posisinya sudah di lantai dua mau turun ke bawah,” ujarnya.
“Tapi pastinya dari lantai berapa, itu kami tidak bisa pastikan. Tapi sandal dan tasnya di lantai satu. Kami belum bisa juga mengonfirmasi hal itu,” ungkapnya.
Namun, pihaknya juga masih menunggu hasil dari penyelidikan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual dan Perundungan (PPKPT) yang dibentuk Unud Bali dan juga dari pihak kepolisian yang menangani.
“Tapi memang saat ini kami sedang melakukan pendalaman, tentu saja pasti akan ada hal-hal yang informasi-informasi tambahan yang nanti disampaikan oleh universitas. Makanya sekali lagi, kami mohon menahan diri, kita bersama-sama menahan diri untuk memberikan dugaan-dugaan, spekulasi-spekulasi yang bisa mengaburkan kejelasan informasi mengenai kejadian ini,” ujarnya.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian, tadi baru sudah ada juga pihak kepolisian yang datang ke kampus untuk masalah penyelidikan, tentu saja kami akan mendukung dan akan memberikan akses seluas-luasnya kepada kepolisian untuk melanjutkan investigasi,” ujarnya.
Sebelumnya, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan, terkait tewasnya mahasiswa Universitas Udayana (Unud) Timothy Anugerah Saputra (21).
Update Pihak Kepolisian
Kapolsek Denpasar Barat Kompol Laksmi Trisnadewi mengatakan, bahwa terkait tewasnya korban, pihaknya telah bertemu dengan orang tua korban.
“Jadi, update penyelidikan terkait kasus meninggalnya salah satu mahasiswa di Universitas Udayana. Itu yang pertama, tadi malam kami sudah bertemu dengan ayah kandung dari korban. Kami sudah menjelaskan juga rangkaian proses yang telah kami laksanakan dan beliau pada intinya memahami,” kata Kompol Laskmi, Senin (20/10).
Ia juga menerangkan, bahwa ayah korban menanyakan, sebenarnya korban itu jatuh dari lantai berapa, karena ada simpang siuran berita selama ini di media dari lantai dua atau lantai empat.
“Jadi kami sudah jelaskan juga, korban itu jatuh dari lantai empat. Kemudian, apakah benar tidak ada CCTV yang merekam kejadian tersebut?. Itu pertanyaan dari ayah korban. Kami jelaskan juga kalau CCTV di lobi pada saat korban itu datang, kemudian pada saat korban terjatuh, itu ada,” ujarnya.
“Jadi, terekam oleh CCTV pada saat korban masuk ke gedung, itu di lobi depan. Di CCTV yang sama juga merekam pada saat korban terjatuh. Namun memang di lantai empat itu ada CCTV tetapi CCTV-nya rusak. Kami sudah koordinasi dengan pihak kampus juga, rusaknya CCTV di lantai empat itu diperkirakan dari sekitaran tahun 2023,” lanjutnya.
Ia juga menyampaikan, apakah benar tidak ada saksi yang melihat, pihaknya telah menyampaikan saksi ada yang melihat pada saat korban itu keluar dari lift di lantai empat itu ada.
“Keluar dari lift, datang di lantai empat itu, kemudian berjalan. Dan kemudian korban duduk di lokasi di mana terakhir ditemukan ada tas dan sepatu milik korban. Jadi, ada tiga orang saksi yang melihat itu karena tidak saling kenal, jadi dibiarkan saja atau tidak terlalu menghiraukan kegiatan dari korban pada saat itu,” ungkapnya.
Kemudian, tiga orang saksi ini, melanjutkan pembicaraan mereka bertiga, tidak berapa lama, mungkin sekitar 10 hingga 15 menit kemudian, dilihat ada saksi yang menoleh ke arah tempat korban duduk terakhir, di situ ada sepatu yang dilihat.
“Dan, ada sepatu, jadi seperti itu salah satu saksi menyampaikan, oh yah mungkin punya yang tadi (korban) udah biarin saja karena tidak kenal, seperti itu,” jelasnya.
Kemudian, ada juga saksi yang melihat pada saat korban melepas sepatu di lokasi tersebut. Karena juga saksi tidak kenal dengan korban, jadi pada saat melihat korban melepas sepatu itu, saksi hanya sekedar melihat.
“Kemudian saksi masuk ke dalam kelas, meletakkan jaket dan peralatan-peralatan lainnya pada saat keluar lagi, sudah tidak ada korban di sana. Jadi, seperti itu,” sebutnya.
Mengenai korban melakukan dugaan bunuh diri, pihaknya menyampaikan, bahwa ada saksi yang melihat korban datang sendiri, kemudian ada saksi yang melihat korban duduk di situ dan melepas sepatu.
“Walaupun pada saat korban terjatuh atau melompat di situ, tidak ada saksi yang melihat. Itu yang pertama. Kemudian terkait masalah pembuktian apakah ada mungkin unsur perundungan atau pembullyan terhadap korban sehingga mengakibatkan (dugaan) korban bunuh diri, itu masih dalam proses penyelidikan dari kami,” ujarnya. (kanalbali/KAD)


