Lewat Batik, Devi Ingin Ajak Anak Muda Kembali ke Akar Budaya

Komang Devi Permata Suci - RFH
Komang Devi Permata Suci - RFH

DENPASAR, kanalbali.id – Kain batik belum cukup populer di Bali khususnya di kalangan anak muda untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari.

Batik selama ini identik dengan pakaian formal, baik untuk acara resmi maupun ke kantor.

Situasi itu menjadi tantangan bagi brand Batik Jepun Bali yang menawarkan batik sebagai busana sehari-hari.

Bran ini dimunculkan oelh  Komang Devi Permata Suci (28), bersama partnernya Luh Relo Sri Ningsih (33) yang sejak tahun 2018 memperkenalkan konsep batik yang lebih kasual dan ramah anak muda.

“Batik itu sebenarnya keren, klasik, dan tidak lekang waktu. Sayangnya masih banyak orang menganggap batik hanya untuk acara formal, padahal bisa dipakai sehari-hari,” ujar Devi di dalam perbincangan di Kubukopi, Denpasar, Kamis (25/9/2025).

Inspirasi ini ia dapatkan saat berkunjung ke Yogyakarta, di mana anak muda terbiasa mengenakan batik untuk nongkrong di kafe hingga berkegiatan sehari-hari.

“Dari situ saya berpikir, Bali juga bisa memulai tren pop culture batik seperti di Jogja dan Solo,” tambahnya.

Ubah Mindset

Menurut Devi, tantangan terbesar adalah mengubah mindset masyarakat Bali yang masih melihat batik sebagai busana jadul. Karena itu, Batik Jepun Bali hadir dengan desain yang lebih modern dan motif yang ringan, tanpa meninggalkan proses batik tradisional.

“Orang sering salah kaprah, mengira batik hanya sekadar motif. Padahal batik adalah proses pembuatannya. Kami tetap menggunakan teknik cap batik agar ada nilai tradisional, tapi motifnya kami sesuaikan dengan gaya kekinian,” jelasnya.

Produk yang ditawarkan pun beragam, mulai dari dress, setelan, blazer, hingga aksesori seperti totebag dan pouch, dengan harga terjangkau dari Rp50 ribu hingga Rp500 ribu.

“Kami ingin batik bisa diakses semua kalangan, terutama anak muda. Dari Singaraja, tempat kami memulai, harapannya bisa menyebar ke Bali dan luar daerah,” kata Devi.

Pusatnya di Buleleng

Saat ini penjualan merambah berbagai platform marketplace maupun media sosial, sementara toko fisik ada di Jalan Bekisar No.22, Baktiseraga, Kabupaten Buleleng.

Devi menambahkan bahwa batik juga bisa menjadi kebanggaan lokal sekaligus nasional.

“Kalau endek sudah sangat banyak di Bali, maka kami memilih batik karena ini kain nasional. Kami ingin mengedukasi masyarakat bahwa batik tak hanya soal formalitas atau filosofi yang berat, tapi juga bisa dipakai dengan santai sehari-hari,” ujarnya.

Melalui Batik Jepun Bali, dia berharap generasi muda di Bali bisa lebih percaya diri memakai batik, tidak hanya pada momen formal, melainkan juga untuk aktivitas harian.

“Batik sudah mendunia. Masa kita sendiri di Indonesia masih malu-malu untuk memakainya sehari-hari?” tutup Devi. ( kanalbali/RFH )

Apa Komentar Anda?