Libur Lebaran 2025, Okupansi Hotel di Bali Jauh di Bawah Harapan

Suasana wisatawan di DTW Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, Bali, saat libur lebaran Kamis (3/4). (FOTO dari Kadiv Humas DTW Tanah Lot) - IST
Suasana wisatawan di DTW Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, Bali, saat libur lebaran Kamis (3/4). (FOTO dari Kadiv Humas DTW Tanah Lot) - IST

DENPASAR, kanalbali.id – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali, menduga akibat ekonomi lesu tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel di Pulau Bali tidak naik signifikan pada saat momen libur lebaran Idul Fitri tahun 2025.

Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengatakan, untuk libur lebaran Idul Fitri di 2025 memang ada kenaikan okupansi hotel tetapi tidak signifikan, jika dibandingkan libur lebaran Idul Fitri pada tahun 2024 lalu.

“Tidak sebanyak liburan pada tahun lalu. Karena mungkin pertama ekonomi nasional juga lesuh dan global ekonomi juga mempengaruhi. Jadi orang berusaha menghemat,” kata Suryawijaya, saat dihubungi via telepon, Kamis (3/4).

BACA JUGA: Bakal Kembali Digelar, Bali and Beyond Travel Fair 2025 Dorong Pariwisata Berkelanjutan

“Jangankan keluarga, negara pun melakukan efesiensi. Menghemat, karena liburan itu kan bukan kebutuhan primer kebutuhan tersier itu, jadi mereka justru merayakan (liburan) yang dekat-dekat saja, yang mana biayanya agar jangan terlalu besar,” imbuhnya.

Ia memaparkan untuk kunjungan wisatawan domestik tercatat dari 12 hingga 15 ribu per hari ke Pulau Bali dan terjadi peningkatan kunjungan itu pun setelah satu hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Sebelumnya, kunjungan wisatawan domestik dibawah 12 ribu per hari. Sementara, untuk kunjungan wisatawan mancanegara masih normal seperti biasanya antara 16 hingga 17 ribu per hari.

“Kedatangan wisatawan, khususnya domestik itu hanya berkisar 12 ribu sampai 15 ribu tidak banyak. Jadi itu pun baru setelah hari lebaran plus satu. Jadi sebelumnya itu dibawah itu dan itu yang terjadi,” ujarnya.

“Kunjungan wisatawan mancanegara tetap berjalan seperti normal yaitu antara 16 sampai 17 ribu per hari itu yang terjadi. Domestiknya yang mengerem ini antara 12 sampai 14 ribu. Jadi mungkin dampak daripada pengaruh ekonomi nasional kita,” lanjutnya.

Menurutnya, kebijakan pemerintah pusat terkait efesiensi anggaran juga berdampak kepada tingkat hunian hotel di Pulau Dewata. Terutama hotel yang memiliki fasilitas meeting, incentives, conventions, and exhibitions (MICE) meskipun kebijakan pemerintah pusat terkait efesiensi anggaran ada juga dampak positifnya.

“Adanya efesiensi dari pemerintah pusat, yaitu Presiden Prabowo Subianto ada positif dan negatifnya. Jadi dampak positifnya kan bagus melakukan efisiensi, sehingga program beliau sesuai dengan visi-misi akan dialihkan anggaran itu ke makan siang gratis, subsidi pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan dan lain sebagainya itu kan sangat bagus,” ujarnya.

“Namun dampak negatifnya berpengaruh terhadap perekonomian di daerah. Jadi karena ditiadakan rapat-rapat di hotel jadi banyak pembatalan di 2025,” jelasnya.

Ia menilai, kebijakan efesiensi anggaran berdampak kepada hotel-hotel di Bali yang yang menghandle MICE di tahun 2025.

“Itu total berkurang sehingga mereka Losing potential review di bidang MICE itu yang terjadi sehingga tingkat hunian sekarang ini antara 60 sampai 70 persen. Jadi ekspetasi kita pada saat lebaran sepanjang 10 hari itu kan 80 persen ternyata tidak bisa tercapai. Jadi hanya berkisar 60 sampai 70 persen saja,” ujarnya.

Ia menyebutkan, di libur lebaran tahun 2024 itu okupansi hotel rata-rata di Bali mencapai 75 hingga 80 persen bahkan ada yang 90 persen dan saat ini hanya berkisar antara 60 sampai 70 persen okupansi hotel.

“Tahun lalu bisa mencapai 75 sampai 80 persen pas setelah lebaran itu yang terjadi, sampai ada beberapa hotel juga running bagus banget hampir 90 persen, itu perbedaannya,” ujarnya. (kanalbali/ KAD)

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.