Pasca Bencana Banjir, Sedimentasi di Waduk Muara Tukad Badung Bakal Dikeruk

Kepala BWS Bali-Penida, Gunawan Suntoro saat ditemui saat rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali, Kantor DPRD Bali, Rabu (17/9) - IST
Kepala BWS Bali-Penida, Gunawan Suntoro saat ditemui saat rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali, Kantor DPRD Bali, Rabu (17/9) - IST

DENPASAR, kanalbali.id – Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida, segera mengeruk sedimentasi di waduk muara yang berada di sungai atau Tukad Badung, di wilayah Kota Denpasar, Bali. Hal itu, untuk mencegah volume air meningkat bila terjadi hujan lebat di Pulau Bali dan juga mengantisipasi adanya banjir besar.

Kepala BWS Bali-Penida, Gunawan Suntoro mengatakan untuk ketebalan sendimentasi di muara waduk Tukad Badung itu sekitar 270 ribu meter kubik

“Sekitar 200 ribu kubik, besar, cukup banyak (sendimentasi). Karena waduk muara-nya cukup luas yah. Waduk Muara itu kan cukup luas dengan ketebalan sedikit saja di kali luasan itu akan besar itu, 270 ribu kubik. Itu di waduk muara saja,” kata Gunawan, saat rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali, Kantor DPRD Bali, Rabu (17/9).

Selain itu, ia menyampaikan berdasarkan rekomendasi atau permintaan permohonan Bapak Gubernur Bali, Wayan Koster kepada Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk melaksanakan permohonan normalisasi di enam sungai yang ada di Pulau Bali. Terutama sungai yang berada di sekitar Kota Denpasar.

Untuk saat ini, pihaknya sudah menganalisa dan sedang mengidentifikasi sungai-sungai di mana saja di Pulau Bali yang memang benar-benar diperlukan untuk
dinormalisasi.

“Ada sekitar enam (sungai di normalisasi). Permohonan dari Bapak Gubernur kepada Kementerian PU untuk dilaksanakan normalisasi di sungai-sungai tersebut. Ada Tukad Badung, Tukad Mati, Tukad Ayung. Kemudian Tukad Unda (dan lainnya). Dan nanti kita sedang identifikasi titik-titik yang benar-benar urgent untuk dilakukan normalisasi,” imbuhnya.

Kemudian, normalisasi juga akan dilakukan waduk muara Tukad Badung, karena di sana merupakan hilir dan sedimentasinya cukup besar untuk dilakukan normalisasi.

“Kita juga ada rencana untuk pembangunan fasilitas infrastruktur pengendali banjir, seperti ada check dam dan perbaikan tanggul di sana,” jelasnya.

Ia juga menerangkan, terkait kondisi sungai atau tukad di wilayah Bali. Menurutnya, untuk Tukad Badung sendimentasi tidak terlalu signifikan. Tetapi, sendimentasi yang besar ada di hilir atau muara waduk Tukad Badung, di Denpasar.

Namun, untuk pengerukan sendimentasi di Tukad Badung, Tukad Ayung, dan Tukad Mati, perlu juga dilakukan agar bisa menampung volume air saat hujan datang.

“Kalau di Tukad Badung sendiri tidak terlalu signifikan (sendimentasi). Hanya di muara waduk itu ada sedimentasi yang cukup besar di waduk muara itu perlu kita angkat. Kemudian di Tukad Ayung juga perlu dan di Tukad Mati juga perlu ada,” ujarnya.

“Memang, kalau melihat hujan yang cukup besar ini sebenarnya, kalau normal-normal saja itu tidak diperlukan. Tapi karena memang kita sudah melihat curah hujan yang cukup besar, cukup tinggi, sehingga diperlukan upaya-upaya khusus untuk penanganan di sana,” lanjutnya.

Kemudian, kapan dijadwalkan normalisasi sungai atau mengeruk sendimentasi di waduk muara Tukad Badung itu belum bisa dipastikan. Tetapi, usulan itu telah masuk ke Menteri PU.

“Kami belum tahu sebetulnya. Tapi usulan sudah masuk kepada Pak Menteri,” jelasnya.

Terkait anggaran normalisasi enam sungai di Bali dan mengeruk sendimentasi, dia mengatakan cukup besar dan untuk normalisasi waduk muara Tukad Badung itu saja perlu sekitar Rp 30 miliar.

“Tidak menyebut anggarannya. Tapi kami sedang analisa dan cukup banyak, cukup besar. Kalau untuk waduk muara sendiri itu (biayanya) bisa hampir Rp 30 miliar, untuk satu waduk muara saja perhitungan kami,” ujarnya.

“Sedangkan yang lain, kami sedang mengukur ketebalan-ketebalan (sendimentasi) dan titik-titiknya. Kami nggak bisa pastikan, takutnya kami sampaikan ternyata lebih dari itu. Tapi setidaknya di waduk muara itu sekitar hampir Rp 30 miliar,” ujarnya.

Ia menerangkan, tentu normalisasi sejumlah sungai tidak bisa dilakukan sekaligus dan akan bertahap dan waktunya tidak bisa dilakukan dalam satu tahun.

“Dan ini memang jangka menengah yang nggak cukup dilakukan dalam satu tahun.
Tapi setidaknya, Pak Menteri (PU) sudah sangat intens dan bisa distart di tahun depan. Untuk yang tahun ini sendiri, kita dengan adanya tanggap darurat bencana, kita perbaiki-perbaiki tanggul- tanggul yang jebol dengan anggaran dan bencana yang ada,” jelasnya.

Normalisasi sungai-sungai besar di Bali, saat ini sedang diusulkan dan ini sangat urgen sekali.

“Tapi yang pasti ini sangat urgent sekali, Pak Menteri sangat intens sekali, sangat responsif sekali untuk memperbaiki Bali. Terutama di sungai-sungai besar yang ada di Bali ini,” ujarnya.

Selain itu, dengan adanya normalisasi sejumlah sungai besar di Bali, apa bisa dipastikan mencegah banjir. Pihaknya menyatakan, kalau berdasarkan analisa memang diperlukan.

“Namanya usaha berdasarkan analisa dan identifikasi kami memang diperlukan. Tapi kalau dipastikan, kita namanya manusia yah, kita berusaha semaksimal mungkin berdasarkan analisa,” ujarnya.

Sebelumnya, BPBD Provinsi Bali mencatat 18 orang tewas akibat banjir di wilayah Bali yang terjadi pada Rabu (10/9). Empat orang masih dalam pencarian.

“Korban meninggal dunia tercatat 18 orang, dengan 12 di antaranya di Kota Denpasar, tiga di Kabupaten Gianyar, dua di Kabupaten Jembrana, dan satu di Kabupaten Badung,” kata Kepala UPTD Pengendalian Bencana Daerah BPBD Provinsi Bali, I Wayan Suryawan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/9). (kanalbali/KAD)

Apa Komentar Anda?