
DENPASAR, kanalbali.id – Sebuah perahu dirangkai dari ribuan botol bekas minuman mengapung di Perairan Kanal Wisata di Desa Serangan, Denpasar Selatan, Bali.
Perahu botol plastik yang mempresentasikan perahu tradisional Bali berukuran panjang 5 meter dan lebar 80 centimeter. Namun, ada juga perahu dari botol plastik yang berukuran yang lebih besar dengan panjang 9 meter dan lebar 2 meter yang tergeletak di halaman
Kura-Kura Bali Turtle Island, di Desa Serangan, Denpasar Selatan.
Kedua perahu itu, rupanya hasil karya I Wayan Patut (51) dengan rekan-rekannya yang mereka buat pada tahun 2021 lalu.
“Awalnya, kita coba-coba dulu dan tujuannya dimanfaatkan. Kedepan, kita gunakan di kawasan lagun-lagun untuk mengambil plastik, justru untuk memungut sampah kembali,” kata Patut yang merupakan konsultan lingkungan Kura-Kura Bali Turtle Island, saat ditemui Senin (4/4).
Ia menceritakan, awalnya inspirasi membuat perahu dari botol plastik karena melihat rakit keramba di laut yang terbuat dari bambu dan mengapung dengan botol. Lalu, ia mendapat ide kenapa tidak membuat perahu dari botol plastik.
BACA JUGA: Kembangkan Wisata Surfing, Fakultas Pariwisata Unud Jajaki Kerjasama dengan Magic Wave
Kemudian, di tahun 2021 ia mencoba membuat perahu dari bahan botol plastik ukuran kecil dengan menggunakan 1.400 botol minuman bekas yang dicari sendiri serta membeli dari para pemulung.
“Ini botol bekas semua, kita coba koleksi dan kita beli di pemulung dan ada yang kita cari sendiri,” imbuhnya.

Sementara, untuk botol-botol yang digunakan membuat perahu itu dengan botol yang memiliki ketebalan plastik. Seperti, botol minuman merk fruity dan lemon water hal itu agar perahu itu kuat dan tidak bocor. Lalu, dengan waktu satu bulan dibantu dua kawannya akhirnya perahu itu selesai dikerjakan.
Tak puas dengan membuat ukuran yang kecil. Patut kembali membuat ukuran yang lebih besar dengan menggunakan 4. 800 botol dan selama empat bulan dibantu tiga rekannya akhirnya selesai.
“Kalau perahu kecil itu 1.400 botol dan yang besar 4. 800 botol. Kalau yang kecil satu bulan dikerjakan kalau yang besar empat bulan. Kalau yang kecil volumenya maksimal 3 orang. Kalau yang besar 15 orang, itu bisa dipakai mesin dan kita uji coba pakai mesin tampel 15 PK perahu yang besar,” ungkapnya.
Saat itu, Patut dan kawan-kawannya melakukan ujicoba perahu botol plastik dan akhirnya berjalan lancar dan bisa digunakan mengelilingi Kanal Wisata, di Desa Serangan.
Ia juga menjelaskan, proses pembuatan perahu tersebut. Pertama, adalah merangkai bentuk perahu dengan bambu setelah terbentuk lalu dia menempel ribuan botol dengan diikat dengan tali senar mengikuti bentuk perahu.
“Proses merangkainya juga tidak pakai besi, tidak pakai lem hanya pakai tali senar. Bambu kita bentuk rangkainya, baru botol ditempel,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan, selama ini sampah plastik menjadi sumber masalah tapi baginya justru sampah plastik adalah sumber inspirasi. Kemudian, selama ini ujarnya pengelolaan sampah plastik hanya memindahkan masalah bukan menyelesaikan masalah sampah plastik.
“Selama ini, yang bisa kita lakukan hanya memindahkan masalah tapi belum maksimal menyelesaikan masalah. Kami, mencoba di Kura-kura Bali bagaimana menyelesaikan masalah plastik, kita mencoba untuk berkreasi tentunya modal berkreasi itu adalah pertama 4E,” sebutnya
Ia menerangkan, 4E adalah Ekologi, Edukasi, Estetika dan Ekonomi. Ekologi adalah kalau plastik bisa dikelola dengan baik, bisa dimanfaatkan, bisa diproses, menjadi sesuatu yang bernilai tentunya lingkungan bisa sehat dan tidak tercemari sampah plastik.
Kemudian, edukasinya adalah tahap pembelajaran. Bagaimana kedepannya menjadi tempat pembelajaran, belajar mengelola plastik, belajar berinovasi, salah satunya dengan sampah plastik ini bisa berinovasi.
“Di Bali, kita kan dikenal dengan pariwisata, tentunya nilai estetika dan keindahannya kita kedepankan. Di Bali kalau tidak indah nilai ekonominya kecil, baru ekonominya kelihatan pemanfaatan pengelolaan plastik berksenimbungan tentunya ada nilai ekonomi. Itulah modal utama kita untuk mengelola plastik,” ujarnya. (kanalbali/KAD)