
BADUNG – Ketua Pengurus Pusat Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) Gandjar Pranowo membuka Rakerda Kagama Bali pada Sabtu (24/10/2020). Rakerda ini akan menjadi dasar kinerja kepengurusan yang dipimpin Ketua Pengda IGN Agung Diatmika. Apa saja yang menarik?
1. Pujian dari Ganjar Pranowo
Sejak masa Pandemi, Kagama Bali adalah salah-satu yang paling aktif menginisiasi gerakan pemberdayaan dan bantuan sosial warga yang terdampak. “Saya heran kok ada saja kegiatannya, kayak gak punya pekerjaan saja, apa tak dimarahi anak dan istri atau suami,” candanya.
Ia berharap aktivitas ini akan terus dilanjutkan. Tidak harus yang muluk-muluk dan ruwet. Dia mencontohkan, kegiatan Kagama Orchid yang menemukan adanya petani pengumpul anggrek di lereng merapi. Nah, komunitas Kagama itu kemudian membantu menyediakan Wifi supaya si pemilik kegiatan bisa menyebarluaskan cerita mengenai aksinya ke segala penjuru dunia.
2. Penerapan Protokol Kesehatan
Rakerda Kagama digelar dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan CVID-19. Karena itu, bagi peserta juga disediakan fasilitas kehadiran online. “Kalau yang hadir di lokasi mungkin hanya 30-an saja agar bisa tetap jaga jarak, ” kata Diatmika. Bagi peserta juga disediakan hand sanitizer, faceshield dan tempat cuci tangan. “Kita ingin yang datang sehat dan saat pulang pun tetap sehat,” jelasnya.
3. Serius tapi santai
Suasana Rakerda Kagama terasa serius tapi juga santai. Komposisi yang terdiri dari separuh senior dan separuh Kagama muda, tak menghalangi keakraban sebagi keluarga. Padahal yang materi yang dibicarakan lumayan berat. Terbagai dalam 3 komisi bahasan, yakni Keorganisasian dan rekomendasi, program kerja dan dana usaha.
Soal rekomendasi dijadikan bahasan terakhir karena menyangkut masa depan Bali. Forum akhirnya menyepakati 4 rekomendasi yang akan diberikan kepada Pemerintah Daerah dari tingkat Provinsi dan Kabupaten/kota se-Bali. Intinya, masa pandemi harus menjadi momentum menata ulang kondisi Bali agar 4 pilar ekonomi Bali, yakni pertanian, ekonomi upakara, UMKM dan pariwisata bisa diperkuat dan diletakkan secara seimbang.
“Jangan lagi berpikir pariwisata menjadi tumpuan utama, bahkan pariwisata hanya bonus dari penguatan bidang yang lain, ” kata Iwan Dewantama, salah-satu pimpinan sidang Rakerda. ( kanalbali/RSL)