Soroti Kerauhan, PKHI Gelar Edukasi Hipno Spiritual di Tabanan

Sosialisasi hipno spiritual oleh PKHI Tabanan - IST
Sosialisasi hipno spiritual oleh PKHI Tabanan - IST

TABANAN, kanalbali.id –  Fenomena kerauhan yang kerap muncul saat masyarakat melaksanakan sembahyang di pura, belakangan menimbulkan kekhawatiran sebagian warga.

Bahkan, ada yang memilih tidak bersembahyang karena takut mengalami kerauhan.

Melihat kondisi tersebut, Bendesa Adat Yeh Silah, Selemadeg Barat, Tabanan, I Wayan Sugiarsa, mengundang Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI) untuk memberikan pemahaman mengenai Hypno Spiritual. Kegiatan ini diikuti para serati dan pemangku desa adat setempat.

Ketua DPC PKHI Tabanan, Dr. I Wayan Ritiaksa, S.Ag., M.Ag., CHt., CI, dalam pemaparannya menegaskan bahwa kerauhan, banten, serta rangkaian upacara dan upakara yang dilaksanakan masyarakat Bali merupakan bagian dari fenomena hipnosis klasik atau hipnosis tradisional.

Menurutnya, fenomena ini pada dasarnya memiliki tujuan positif, namun tidak jarang disalahgunakan untuk kepentingan tertentu.

“Misalnya dalam upacara mecaru, bahan-bahan serta tahapan ritual yang digunakan merupakan simbol-simbol yang berhubungan dengan pikiran bawah sadar manusia. Ada yang membawa sapu, memukul ketongan, hingga memukul tanah. Semua itu adalah simbol untuk menyeimbangkan energi positif dan negatif,” jelas Master Ritiaksa, yang juga dikenal sebagai akademisi teologi ini.

Sosialisasi hipno spiritual oleh PKHI Tabanan - IST
Sosialisasi hipno spiritual oleh PKHI Tabanan – IST

Sementara itu, Sekretaris DPD PKHI Bali, I Nyoman Sudiasa, menyoroti aspek psikologis dari ritual masyarakat Bali. Ia menyebut praktik adat dan upacara dapat dipandang sebagai bentuk hipnosis untuk mencapai kenyamanan dan kebahagiaan batin. Salah satunya diwujudkan melalui forgiveness therapy atau terapi pemaafan.

“Dalam tradisi Bali, bentuk forgiveness therapy itu dikenal dengan Guru Piduka, sebuah simbol untuk melepaskan energi negatif dengan jalan memaafkan,” ujarnya.

Para narasumber juga memaparkan berbagai jenis kerauhan, mulai dari yang dianggap sebagai kerauhan dewa hingga kerauhan pathogen, yang kerap memunculkan pro dan kontra di masyarakat.

Di tempat terpisah, Ketua DPD PKHI Bali, Grand Master Lan Ananda, menegaskan bahwa kegiatan edukasi dan sosialisasi semacam ini merupakan program resmi seluruh DPC PKHI di Bali.

Tujuannya, agar masyarakat tidak lagi salah kaprah terhadap hipnosis, termasuk kasus-kasus penipuan atau kecopetan yang sering dikaitkan dengan istilah hipnotis.
“Hipnotis adalah profesi resmi yang diakui negara dan telah tercantum dalam Kitab Baku Jabatan Indonesia. Karena itu, masyarakat perlu mendapatkan edukasi yang benar,” tegasnya. (kanalbali/RLS)

Apa Komentar Anda?