
DENPASAR– Terowongan tua yang ditemukan di proyek pembangunan Bendungan Tamblang, di Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Buleleng, Bali, Sabtu (28/11) lalu, ada petunjuk peninggalan pada saat kerajaan Bali kuno.
Saat ditemukan, awalnya terowongan tersebut diduga dari peninggalan zaman Belanda. Kemudian, saat dilakukan penelitian lebih lanjut ada petunjuk bahwa terowongan itu dibuat pada abad ke-11 atau 900 tahun lalu pada saat kerajaan Bali kuno.
Kepala Balai Arkeologi Denpasar I Gusti Made Suarbahwa menerangkan, bahwa setelah pihaknya melihat dan memeriksanya pada Selasa (8/12) lalu, ada petunjuk dari dimensi dan penemuan-penemuan prasasti dan terowongan serupa di sekitar lokasi.
“Memperhatikan dimensi tinggi terowongan kemudian lebarnya ada kesamaan atau kemiripan dengan terowongan ditemukan (sebelumnya),” kata Suarbahwa di Denpasar, Bali, Kamis (10/12).
Terowongan itu, dari tingginya 170 centimeter, lebarnya 70 centimeter dan untuk panjangnya diperkirakan 480 meter. Ukuran itu, persis sama dengan terowongan yang sebelumnya ditemukan di sekitar Pura Lebah, Desa Suwug, Kecamatan Sawan dan juga di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali.
Kasih Ramadhan 9.0 Digelar Secara Virtual
Kemudian, untuk terowongan di Desa Sangsit ada prasasti yang menunjukkan tahun pembuatannya tahun saka 993 atau 1.011 Masehi. “Ini, ada indikasi di pertanggalannya di sana disebut di tahun saka di 933 atau 10.11 Masehi itu masa Raja Wungsu anakanya Raja Udayana,” jelasnya.
Kemudian, dari prasasti Bebetin menyebutkan bahwa salah satu keahlian masyarakat zaman itu Undahagi Arungan atau aktivitas membuat terowongan untuk keperluan pengairan.
“Ada aktivitas untuk membuat terowongan dalam keperluan pengairan. Dan, bisa jadi terowongan-terowongan di sekitar sana mulai di rintis pada abad 11 atau abad setelahya. Kami, melihat konteksnya dan lokasinya itu sangat memungkinkan itu adalah terowongan pada masa-masa Bali kuno,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan, dari penemuan terowongan tua artinya leluhur dahulu sudah memikirkan kesejahteraan dengan mengelola alam sekitar untuk meningkatkan kebutuhan hidup. Hal itu, bisa diambil pelajaran bagi generasi sekarang dan mendatang kendati proyek pembuat terowongan itu gagal ataupun berhasil. “Nilai pentingnya yakni semangat gotong royong dan kerja keras yang perlu kita warisi,” ujarnya.
Suarbhawa mengantakan, dari catatan sejarah dan sejumlah prasasi kerajaan Bali Kuno memerintah Bali dari abad ke-10 hingga 15 masehi. Kemudian, pihaknya mengaku akan segera melakukan penelitian lebih intensif di sekitar kawasan proyek bendungan Tamblang untuk menemukan sisa budaya yang ditinggalkan.
“Tentu kami berharap terjadi kerjasama antara pengelolaan proyek dengan lembaga-lembaga seperti kami. Untuk menginformasikan tentang perkembangan keberadaan terowongan atau pun hal yang berkaitan dengan terowongan itu,” ujar Suarbahwa.
Seperti yang diberitakan, penemuan terowongan saat proses pembangunan penggalian Bendungan Tamblang, di Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, sempat mengagetkan para pekerja. Terowongan itu, diketahui telah ada sejak zaman Belanda dan ditemukan saat para pekerjaan proyek sedang menggali. (kanalbali/KAD)