
DENPASAR, kanalbali.id – Setelah berkeliling di sejumlah kota, band folk dari Bali Dialog Dini Hari memilih Canggu untuk melakukan konser penutup, tepatnya di Black Sand Brewery, Canggu.
Acara pada 22 Juni itu mengakiri rangkaian tur bertajuk “Suara yang Bertumbuh”.
“Ini bukan sekadar penutupan tur, tapi juga sebuah momentum pulang,” kata Dadang Pranoto, vocalis dari grup ini.
Kumpul di Unud, Anggota DPRD Bali hingga Personel Nostress Tolak Intervensi Industri Rokok
“Sebuah peneguhan bahwa suara yang telah tumbuh di lima kota di Jawa kini kembali ke akar, ke tempat di mana semuanya bermula,” katanya dalam nada yang filosofis.
Adapun Tur telahd imulai pada 12 Juni 2025, menjelajahi lima kota besar di pulau Jawa: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, dan Gresik.
Dalam rentang waktu yang hanya enam hari, Dialog Dini Hari mempersembahkan pertunjukan intim yang tidak hanya menghibur, namun juga membangkitkan rasa dan kenangan. Setiap panggung menjadi ruang perjumpaan, tempat musik menjadi medium komunikasi tanpa batas.
“Ini adalah perjalanan spiritual bagi kami. Setiap kota memberi kami pelajaran, energi, dan cerita yang tidak akan kami lupakan,” ujar Dadang.

Berawal di Jakarta
Dengan tajuk “Suara yang Bertumbuh”, tur ini memang diniatkan sebagai proses pertumbuhan kolektif antara band dan pendengarnya.
Dari malam pertama di Jakarta yang penuh antusiasme, ke Bandung yang hangat dan reflektif, lalu Yogyakarta yang magis dengan publik yang begitu menghargai lirik dan nuansa, hingga Solo yang penuh kejutan, dan ditutup di Gresik, kota kecil dengan energi besar.
Salah satu momen yang paling berkesan terjadi pada malam pembuka di Jakarta, di Berkala Coffee, Jakarta Selatan. Jurnalis dan komedian Soleh Solihun yang turut hadir, mencatat pengalamannya dengan tajam dan jenaka.
“Aku lagi di cafe. Nunggu jam 8 mau meeting. Ini ternyata ada acara, band gitu. Ngobrol Dini Hari,” tulisnya, menirukan perbincangan seorang bapak-bapak di meja sebelah yang tampaknya belum pernah mendengar nama Dialog Dini Hari.
Ia menambahkan bagaimana konser malam itu bukan hanya musikal tapi juga personal, dengan celoteh Dadang yang canggung namun menghibur. “Konser malam itu memang dihiasi banyak celoteh Dadang yang canggung tapi cukup menggelitik. Mengimbangi seriusnya musik mereka.”
Band tampil selama 1 jam 50 menit malam itu, membawakan lagu-lagu seperti “Tentang Rumahku” hingga karya-karya baru dari album Renjana. Nyaris seluruh lagu diiringi nyanyian penonton, menciptakan pengalaman kolektif yang hangat dan akrab.
Berikut adalah beberapa lagu yang dibawakan sepanjang tur: Pohon Tua Bersandar, Temui Diri, Lengkung Langit, Kita & Dunia, Aku Dimana, Cahaya Perkasa, Sediakala, Renovasi Otak, Lagu Cinta, Durja, Pelangi, Pagi, Oksigen, Tentang Rumahku, Jerit Sisa.
Tur ini juga menjadi bukti bahwa Dialog Dini Hari bukan sekadar band, tapi juga penggerak budaya dan komunitas. Mereka menggandeng berbagai pihak lokal di setiap kota untuk menciptakan pertunjukan yang kontekstual dan membumi.
Diantaranya di Jakarta & Gresik bersama Melaya @bymelaya, Bandung dengan Rumah Kultur dan The Produksi @rumahkultur @_theproduksi, Yogyakarta bareng Blackhole dan Hook Space @blackhole.show @hookspace dan Solo bersama City of Laboratory @city_oflaboratory.
Kolaborasi ini membuat tiap panggung terasa berbeda. Penonton bukan hanya datang untuk menonton konser, tapi untuk mengalami sesuatu yang lebih dalam, lebih personal, dan lebih bermakna.
Salah satu elemen penting dalam keberhasilan tur ini adalah kemitraan strategis dengan Black Sand Brewery, yang tak hanya menjadi sponsor utama, tetapi juga teman seperjalanan dalam membawa semangat komunitas dan kebersamaan ke tiap kota.
Dukungan dari Black Sand Brewery mewujud dalam bentuk dukungan logistik, promosi, hingga kehadiran langsung di beberapa kota untuk memberikan pengalaman menyeluruh bagi para penggemar.
“Kami percaya bahwa musik adalah elemen penting dalam membentuk budaya dan mempererat komunitas. Itulah kenapa kami sangat bangga bisa menjadi bagian dari tur ‘Suara yang Bertumbuh’ ini. Ini bukan hanya tentang hiburan, tapi tentang merayakan kehidupan,” ujar Mian perwakilan dari Black Sand Brewery.
Penutupan yang Layak Dirayakan
Penutupan tur di Canggu, Bali, akan menjadi malam yang istimewa. Dialog Dini Hari akan tampil dengan set penuh, membawakan seluruh spektrum perjalanan musikal mereka dari awal berdiri hingga hari ini.
Lebih dari itu, malam penutupan ini juga akan menjadi pemutaran perdana eksklusif dari sebuah film dokumenter berjudul “Snakes & Surfbreaks”, disutradarai oleh pembuat film asal Australia, @luka.r_films.
Snakes & Surfbreaks: Sebuah kisah tentang persahabatan dan obsesi yang mengeksplorasi hubungan rumit antara satu sama lain dan alam.
Sebuah dokumenter tentang ekspedisi 3 bulan yang dilakukan oleh tim amatir yang berani ke daerah terpencil di Indonesia untuk mencari ular kobra! Sebuah penghormatan untuk alam Indonesia yang Indah. Lagu “Hiduplah Hari Ini” dari Dialog Dini Hari turut menjadi salah satu soundtrack dalam film ini, memperkuat nuansa petualangan dan persahabatan yang diangkat.
Bergabunglah dalam pemutaran perdana dokumenter ini di Black Sand Brewery pada 22 Juni 2025, sekaligus menjadi bagian dari malam selebrasi tur “Suara yang Bertumbuh.”
Tentang Dialog Dini Hari
Sejak 2008, Dialog Dini Hari telah menapaki jalur unik dalam lanskap musik independen Indonesia. Dengan perpaduan khas antara folk, blues, dan lirik-lirik puitis yang menyentuh, mereka telah membentuk komunitas pendengar yang loyal dan berkembang bersama mereka.
Lagu-lagu mereka tidak hanya didengar, tapi dirasakan, menjadi semacam penanda waktu dan emosi bagi banyak orang.
Band ini juga dikenal karena konsistensinya dalam menghadirkan pertunjukan live yang jujur dan penuh kehangatan. Mereka tidak mengejar popularitas instan, melainkan membangun hubungan jangka panjang dengan para pendengarnya, dari panggung kecil ke panggung besar, dari rilis independen hingga karya-karya matang seperti album Parahidup, Lengkung Langit, dan yang terbaru, Renjana. ( kanalbali/RLS/RFH )