
BANGLI, kanalbali.id – Bekerja di luar negeri, kini menjadi salah-satu pilihan favorit anak muda Bali. Ada yang kemudian kecewa karena pekerjaan dan penghasilan berbeda dengan yang dijanjikan. Namun, sebagain besar bisa sukses meraup cuan di negeri orang.
Ni Made Wargiani salah-satunya. Gadis berusia 24 tahun asal Bangli ini, berangkat ke Turki sebagai pekerja migran pada 2016 silam. “Awalnya hanya mengantar kakak ke sebuah akademi spa,” jelasnya, Senin (9/1/2023).
Gelar Veterinary Aware and Care, BEM FKH Unud Ajak Beri Makan Monyet di Monkey Forest Sangeh
Kemudian dia memutuskan ikut belajar disana. Setelah itu dia pun mengikuti seleksi dimana dilakukan interview secara langsung atau melalui skype dari pihak hotel yang membutuhkan.
BACA JUGA: Alumni Unud bagi Kunci Tembus Kerja di Jepang: Saring Hoaks, Jangan Terburu-buru
“Sebelum mengikuti interview saya diberi gambaran tentang nama company / hotel tempat saya akan bekerja, gaji nya berapa, termasuk tempat tinggal dan akomodasi,” jelasnya.
“ Setelah itu saya mencari informasi dari senior yang sedang bekerja di tempat itu, atau yang pernah bekerja di tempat itu,” jelasnya.
Karena banyaknya siswa yang sudah bekerja di luar negeri memudahkannya untuk mengetahui informasi dan gambaran tentang tempat bekerja saya nantinya.
“Setelah saya lulus interview, saya melengkapi dokumen yang kurang seperti, pas photo biometric untuk keperluan visa, SKCK, medical, kartu Ak 1 atau pencari kerja, dan paspor, serta membuat asuransi ketenagakerjaan,” paparnya.
Untuk gaji biasanya digunakan standar dollar, tapi ada juga menggunakan mata uang di negara masing.
“Biaya yang saya keluarkan waktu itu dari belajar sampai berangkat dan uang saku sekitar 25 juta. Visa yang saya gunakan adalah visa kerja,” paparnya lagi.

Setelah bekerja, informasi yang diberikan di kampus sama dengan kondisi di luar negeri tempat saya bekerja.
Akhirnya dia bekerja sebagai spa therapist selama 2 tahun 6 bulan di Turki.
“Kontrak pertama saya 1 tahun, dan setelah selesai kontrak saya memperpanjang kontrak lagi selama 1 tahun,” katanya.
Setelah itu, dia sempat pulang dan kemudian mencoba mencari pengalaman baru di tempat yang berbeda.
“Akhirnya saya mendapatkan tempat kerja yang hanya buka di musim panas selama 6 bulan,” katanya.
Setelah kontrak selesai, ia pulang untuk liburan dan berencana bekerja kembali di musim panas berikutnya, namun karena virus corona akhirnya saya tidak bekerja kembali.
Penghasilan sebagai spa therapist sekitar 600 dollar belum terhitung tiping, komisi dan tunjangan hari raya jika kita bekerja di hari raya
“Penghasilan yang saya dapatkan saya simpan sebagai tabungan, dan saat ini membuka toko tanaman hias sambil membantu orang tua di ladang,” jelasnya.
Terkait banyaknya korban penipuan, ia mengaku hanya pernah mendengar sekilas di berita, atau di Facebook.
“Sebagian besar mereka ditipu oleh agen. informasi terkait pekerjaan yang diberikan tidak sama dengan kenyataan saat mereka bekerja di luar negeri,” jelasnya.
“Saran dari saya adalah, carilah agen atau lembaga yang memiliki izin untuk memberangkatkan pekerja migran, gunakan visa kerja jika kita akan bekerja di luar negeri,” jelasnya.
“Cari tahu apakah tempat kita bekerja memiliki senior atau orang yang sudah pernah bekerja disana,” katanya.
Tidak usah malu untuk menanayakan secara detail mengenai perusahaan, situasi di tempat kerja termasuk sistem gaji dan akomodasi.
“Jika informasi yang kita Terima sama dengan yang mereka bilang kita berani untuk mengambil job tersebut, jika terdapat kejanggalan lebih baik di pertimbangkan dulu,” katanya. (kanalbali/LSU)
Be the first to comment