Ketahui Positif dan Negatif Penggunaan Gadget

pixabay by Victoria_Borodinova

DI era digital seperti sekarang ini, perkembangan informasi begitu cepat dan banyak penemuan baru yang mengubah perilaku manusia dari informasi yang berjalan lambat sekarang begitu cepat.

Menurut Yazid Yanwar Saputra, Founder Meraki Agency, perkembangan era digital bukan hanya mengubah teknologi manusia namun juga mengubah budaya dan perilaku masyarakat untuk beralih ke media yang cepat dan memudahkan.

“Gadget ibarat pisau bermata dua, yang bila digunakan dalam hal positif dia akan memberikan sesuatu hal yang positif, tetapi namun bila digunakan dalam hal negatif dia akan memberikan sesuatu hal yang negatif,” ujar Yazid saat menjadi nara sumber dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Jumat 24 September 2021

Dikatakannya juga bahwa gadget saat ini sudah menjadi gaya hidup bahkan sudah menjadi kebutuhan utama manusia. Meski banyak positifnya tapi dampak negatifnya pun tak kurang banyaknya. Apalagi di tangan anak dan remaja, dampak negatif ini amat merisaukan.

“Dampak positif gadget untuk anak dan remaja diantaranya adalah bisa mengasah kemampuan kognitif dan motorik halus pada anak dan melatih kemampuan problem solving pada anak,” imbuhnya.

Selain itu dengan perkembangan gadget, anak bisa latihan bersikap sportif dalam berkompetisi dan bisa cepat mendapatkan informasi serta membuat anak senang dan bahagia. Namun ada juga dampak negatif yang harus diwaspadai dengan perkembangan gadget. Yaitu kurangnya interaksi di dalam keluarga, kurang empati serta agresif dan terlibat kekerasan akibat meniru.

Bahkan karena terlalu banyak melihat gadget, anak juga bisa mengalami gangguan konsentrasi dan gangguan tidur juga karena banyaknya konten negatif sehingga membuat pengaruh yang tidak baik kepada anak.

Di tahun 2020 Universitas Indonesia membuat suatu penelitian yang mendapat kesimpulan gadget ini dapat menimbulkan gangguan yang berdampak pada kehidupan personal maupun relasi seseorang kepada orang lain. Sebanyak 6% dari pengguna internet mengalami kecanduan.

pixabay by cuncon

Kecanduan penggunaan internet berlebihan ini akibat kurangnya kemampuan dalam pengendalian diri. Ini harus diwaspadai sebab bisa mengganggu fungsi sehari-hari misalnya bolos kelas, penurunan prestasi sekolah dan tidur menjadi berkurang.

Dari penelitian juga diketahui bahwa remaja termasuk dalam kelompok usia yang rentan mengalami kecanduan internet. Faktanya sebanyak 31,4% remaja mengalami kecanduan internet.

Ada ciri-ciri seorang remaja telah kecanduan internet yaitu pikiran selalu fokus ke internet,  intensitas penggunaan internet yang tinggi, kontrol diri dan emosi yang lemah terhadap internet, tidak berinteraksi dengan lingkungan sosial serta gangguan emosi. Selain itu ciri lainnya adalah adanya rasa gelisah dan tidak nyaman jika tidak menggunakan internet.

Untuk mencegah kecanduan ini, setiap orang tua juga anak wajib mengupayakan hal berikut ini:

  • Memperkuat kesadaran dan spiritual anak.
  • Menyibukkan anak dalam berbagai kegiatan positif baik di dalam rumah ataupun di luar rumah.
  • Mendekatkan anak kepada alam
  • Batasi awasi dan edukasi anak tentang konten dan bahaya gadget
  • Block content yang berbahaya bagi anak.
  • Orang tua konsisten dengan perilaku dalam hal gadget, untuk tidak menggunakan gadget di hadapan anak.
  • Bangun komunikasi dan interaksi yang hangat di dalam keluarga ibadah bermain belajar dan makan bersama.
  • Buat kesepakatan dan aturan yang tegas juga jelas-jelas.
  • Libatkan anak dalam kampanye bebas adiksi gadget.

Selain Yazid pembicara lain yang turu berbagi wawasan tentang literasi digital adalah Yulia Dian, Sosial Media Specialist, Content Creator, RD.Krisantus K.Luan, S.Fil, MM, Kepala Sekolah SMA St Yoseph Kelabahi Alor dan Adelita sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (kanalbali/RLS)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.