Bebas berekspresi termasuk ke dalam HAM dan menjadi suatu hak yang istimewa. Namun, Fitrya Dahlan, Founder Lapak Putri Pak Tani Adonara mengatakan, kita tidak memiliki ruang sebebas-bebasnya untuk mengekspresikan diri di media sosial karena diberi batasan.
“Kita boleh bebas, tetapi kita juga harus bisa membatasi diri bahwa kebebasan kita itu tidak bisa mencederai kepentingan orang lain atau privasi orang lain,” ujar Fitri dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (28/9/2021).
Fitri mengatakan, generasi milenial dan Z menerjemahkan kebebasan berekspresi sebagai suatu hal yang positif. Akan tetapi, tetap ada yang menggunakannya untuk hal-hal negatif. Contohnya, orang yang saling menghujat di ruang digital. Orang-orang tersebut termasuk pengguna yang mengartikan kebebasan berekspresi pada sisi negatif.
Sebaliknya, pengguna yang mengartikan kebebasan berekspresi sebagai hal positif, yakni yang menganggap kebebasan sebagai suatu kesempatan untuk membenahi diri, bekarier, mempromosikan segala macam bentuk karya, hingga tempat berbisnis.
“Generasi milenial perlu menanggapi kebebasan berekspresi sebagai peluang. Karena kita sudah masuk pada satu kesempatan di mana ruang untuk berelasi dan berbisnis dibuka selebar-lebarnya,” ungkap Fitri.
Ia menyampaikan, beberapa akun Instagram masyarakat wilayah Flores Timur memanfaatkannya untuk berbisnis dan memberikan edukasi. Dengan demikian, masyarakat bisa membagikan informasi-informasi terkait pariwisata atau pendidikan. Bahkan Fitri mengatakan, media sosial tersebut bisa dijadikan sebagai tempat untuk membagikan karya-karya yang tidak pernah ditampilkan sebelumnya.
Menurut Fitri, di masa sekarang media sosial sangat besar manfaatnya. Hal tersebut dirasakan sendiri oleh Fitri secara langsung. Pasalnya, sebelum tahun 2016 ia menamakan akun Facebook miliknya sebagai “Putri Pak Tani” untuk membuat tulisan-tulisan.
Dari akun tersebut kemudian banyak orang yang mengenal Fitri. Lalu, ia pun mendirikan usaha dengan nama tersebut dan usahanya langsung dikenali banyak orang. Nama tersebut kini menjadi branding yang melekat pada diri Fitri. Dengan demikian, Fitri memanfaatkana adanya media sosial untuk berekspresi secara positif.
Media sosial sangat membantu Fitri yang bergerak di bidang bisnis berbasis budaya. Ia menggunakannya untuk media promosi dan jual beli.
Ia menyampaikan, apabila kita hidup di era digital tetapi belum memaksimalkan kesempatan seperti ini, kita akan mengalami ketertinggalan. Karena di masa depan tentu teknologi dunia akan semakin canggih.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Flores Timur, NTT, Selasa (28/9/2021) juga menghadirkan pembicara, Aditya Sani (Founder Briefer.id), Ody Waji (CEO Waji Travest), dan Putri Masyita (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (Kanalbali/rls)
Be the first to comment