DENPASAR, kanalbali.id – Pemerataan wisata di Pulau Bali butuh waktu 5 hingga 10 tahun, hal itu terjadi karena aksesibilitas maupun infrastruktur di wilayah Bali Utara, barat dan timur belum memenuhi fasilitas untuk kebutuhan wisatawan seperti yang terjadi di Bali Selatan.
Sementara, selama ini wisatawan asing maupun lokal hanya menumpuk di Bali bagian selatan. Bali bagian selatan meliputi Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kota Denpasar, dan sekitar 70 persen wisatawan mengabiskan waktunya di Daya Tarik Wisata (DTW) di Bali bagian selatan.
“Kalau dari datanya memang 70 persen terkonsentrasi di selatan. Aksesibilitas dan sarana prasarana juga lengkap di selatan. Jadi lebih mudah (untuk wisatawan),” kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Bali, Tjokorda Bagus Pemayun saat dikonfirmasi, Selasa (13/8) sore.
Ia menyebutkan, bahwa butuh 5 hingga 10 tahun untuk melakukan pemerataan wisata di Bali. Tentu hal tersebut, didukung dengan aksesibilitas maupun infrastruktur yang saat ini sudah diupayakan oleh Pemerintah Provinsi Bali.
“Yang penting kalau itu memang bisa disesuaikan dipenuhi iya saya pikir lebih cepat itu. Dalam satu periode 5 sampai 10 tahun ini bisa, kalau aksesibilitas bisa terjangkau semua. Iya karena kunci dari perkembangan pariwisata itu kan disamping ada atraksi, atraksi itu bisa nature, culture, manage, juga ada aksesibilitas,” ujarnya.
“Iya betul 5 sampai 10 tahun. Artinya secara kasat mata kalau kita lihat, kalau itu sudah terpenuhi, saya pikir 5 tahun sudah cukup. Kalau jalan sudah aksesnya bagus, dan lebih memudahkan masuk ke sana dan sarana prasarana lebih lengkap,” lanjutnya.
Ia juga menerangkan, kendala pemerataan wisata di Bali tentu yang pertama adalah aksesibilitas dan sarana prasarana, dan itu memang perlu sebagai salah satu kemudahan untuk wisatawan bisa menuju ke tempat-tempat pariwisata lainnya di Bali selain di wilayah Bali Selatan.
Kemudian, untuk pemerataan wisata di Bali Dinas Pariwisata (Dispar) Bali telah membuat travel pattern atau peta perjalanan DTW untuk di Bali Utara atau di Kabupaten Buleleng, yang nantinya menjadi hub atau penghubung setiap destinasi wisata di Bali Utara, dan itu baru selesai tahun lalu dan sekarang tinggal menggarap travel pattern di Bali Barat, dan Bali Timur.
“Makanya kami, sudah membuat travel pattern sebagai acuan untuk menyusun pola perjalanan di Bali Utara tinggal di Bali Barat. Tahun lalu Bali Utara sudah (selesai) tinggal tahun ini di Bali Barat,” ungkapnya.
Sementara, di travel pattern untuk di wilayah Buleleng di bagi menjadi tiga klaster DTW yaitu Buleleng Timur, Buleleng Tengah dan Buleleng Barat, dengan sebanyak 86 DTW yang nantinya menjadi penghubung antara DTW lainnya.
“Kita buka semacam hub-lah. Kalau kita lihat dari DTW yang sesuai dengan peraturan Bupati Buleleng itu ada 86 DTW. Itu 45 DTW atau 52 persen DTW-nya adalah alam, 32 DTW atau 37 persen DTW-nya dari budaya. Sedangkan, DTW buatan ada 9 atau 11 persen. Ini hasil analisa dengan Kampus Udayana kerjasama, bahwa ada DTW kita buat hub-nya untuk darat, sehingga bisa terhubung dengan lainnya,” ujarnya.
Selain itu, untuk pemerataan wisata di Bali yang harus digencarkan ialah promosi DTW dan juga event-event yang berada di Bali Utara, Bali Barat dan Bali bagian timur dan event-event tersebut juga harus rutin dilakukan sehingga wisatawan lebih banyak mengetahuinya.
“Iya tentu promosi kita harus digencarkan terutama untuk di Bali Utara, Bali Barat, tentu event harus rutin dijalankan yang mempunyai keunggulan event itu. Misalnya di Bali Utara bagus event selain budaya ada agro wisata,” ujarnya.
“(Event-event itu) ada. Tetapi tidak sebanyak di Bali selatan termasuk Gianyar, Badung, Denpasar, itu kan eventnya paling banyak, kita punya calendar of events,” ujarnya.
Ia menilai sebenarnya pemerataan wisata di Bali tidak sulit selama aksesibilitas dan fasilitas untuk wisatawan di Bali itu terpenuhi.
“Kalau saya sih tidak (sulit). Pertama masing-masing di Bali sudah memiliki karakteristik wilayahnya, yang penting aksesibilitasnya mudah sarana dan prasarananya juga minimal memenuhi kelengkapan yang dibutuhkan wisatawan,” ujarnya. ( kanalbali/KAD )
Be the first to comment