Ini Dia Teaser Film “Orpa”: Film Papua Oleh Anak Papua

JAKARTA, kanalbali.id –  Qun Films merilis teaser poster untuk film “Orpa”. Ini adalah film pertama Papua yang disutradarai oleh pemuda asal Papua.

Orpa, karya sutradara dan penulis pendatang baru, Theogracia Rumansara. Perilisan teaser poster ini adalah langkah awal dari perjalanan film “Orpa” yang sebelumnya lahir dari program workshop Jendela Papua.

Film ini dibintangi oleh anak Papua asli Orsila Murib, Arnold Kobogau, Otiana Murib dan aktor Michael Kho. Film ini diproduseri Axel Putra, Dani Huda, Giovanni Rahmadeva, Cornelio Sunny dan produser eksekutif Axel Putra dan Ismail Basbeth.

Film “Orpa” berkisah tentang Orpa (16), seorang gadis Papua yang akan dinikahkan oleh ayahnya dengan orang kaya dari Jayapura.

Enggan dengan nasibnya untuk menjadi ibu rumah tangga, dia memutuskan untuk melarikan diri suatu malam untuk mengejar mimpinya bersekolah di Wamena, di mana dia ingin belajar lebih banyak tentang efek medis dari tanaman Papua.

 

Dalam perjalanannya ia berpapasan dengan Ryan (28), seorang calon musisi asal Jakarta dan setuju untuk membawanya ke Wamena. Tetapi perjalanan mereka menemui kesulitan saat mereka dikejar oleh ayah Orpa dan desa yang menuduh Ryan kabur dari kasus pembunuhan.

Kisah berawal dari Jendela Papua, sebuah sayembara pencarian 4 filmmaker terbaik Papua yang memproduksi 1 film panjang secara kolektif. Keempat orang pemenang sayembara Jendela Papua akan mendapatkan pelatihan atau workshop proses pembuatan film secara intensif di Jakarta selama 1 minggu.

Selain mendapatkan pelatihan tentang proses pembuatan film dari para mentor filmmaker terkemuka di Indonesia, para pemenang sayembara juga dibimbing oleh penulis naskah profesional untuk mengembangkan ide cerita mereka menjadi sebuah naskah skenario film yang siap diproduksi.

Dari keempat cerita, cerita milik Theogracia Rumansara yang dipilih untuk difilmkan. Giovanni Rahmadeva, mewakili dari Qun Films menjelaskan kenapa cerita Theo yang dipilih, “Dari awal ceritanya masuk, para juri sudah memiliki feeling kalau cerita ini lebih layak dieksekusi sebagai film panjang. Secara kematangan dalam visi penyutradaraan pun kami menilai Theo juga yang paling siap,” katanya.

“Secara tema, Orpa dirasa mewakili suara Papua secara universal dan kami anggap cukup berpotensi untuk dapat menyentuh banyak orang, baik di Papua sendiri maupun di luar Papua,” jelasnya.

Di satu sisi cerita yang Theo kembangkan juga dinilai cukup simpel, tapi bukan simplifikasi. Ceritanya tentu sangat penting karena membahas betapa sentralnya permasalahan khususnya mengenai pendidikan & peran perempuan di Papua.”

Theogracia Rumansara sebelumnya dikenal sebagai salah satu pelopor di kancah hip hop Papua. Dalam film panjang pertamanya ini ia memilih cerita yang menyinggung pendidikan di Papua didasarkan oleh keadaan nyata yang terjadi di wilayahnya.

“Hingga saat ini, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Papua adalah kurangnya infrastruktur. Dari segi jalan, listrik, rumah sakit atau internet, banyak provinsi di pulau asal saya masih kurang terhubung,” katanya.

Tapi tidak ada yang lebih berat di Papua selain minimnya infrastruktur pendidikan. Guru langka, sekolah dibangun jauh dari desa, jalan raya bagi mereka sering tidak dapat diakses dan belajar adalah suatu kemewahan, menjadi hak  istimewa hanya bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar.

“Saya selalu mencari cara untuk menyuarakan ini. Pada malam hari, istri saya memberi saya ide tentang Orpa. Saya telah melihat wajah Orpa di setiap tempat yang saya kunjungi,” katanya.

“Dari gadis kecil di desa tempat saya biasa mengantarkan buku ke tetangga saya yang dipaksa menikah dengan pria berusia 30 tahun ketika dia baru saja berumur 12. Bahkan salah satu kru film saya yang kabur dari rumah setelahnya ayah mencoba membuatnya menikah dengan gadis dari desa lain,” katanya. (kanalbali/RLS)

 

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.