Ketika Sains dan Seni Bersenyawa

oleh: Prof. Dr. Harno Dwi Pranowo

Ilustrasi - Pembelajaran seni dan teknologi - IST

MELIHAT  siswa dengan antusias mendengarkan penjelasan tentang karya seni modern di sebuah museum di Mumok Wina, menjadikan kita sangat paham tentang pendidikan dini bagi generasi penerus yang peduli pada sains dan seni sekaligus.

Mereka belajar seni modern langsung dari seniman, mendiskusikan materi sains yang diimplementasikan di seni, dan pada tahap selanjutnya siswa dapat menciptakan karya seni dan sekaligus memamerkannya.

Hal ini menjadikan sejak dini siswa sudah mengenal sains dan penerapannya lansung. Belajar fisika tidak hanya dari konsep dan teori tentang cahaya saja, belajar matematika tidak hanya dari persamaan matematika saja, belajar kimia tidak hanya tentang tabel periodik dan stoikiometrinya, tetapi lebih lengkap lagi tentang bagaimana konsep dan teori yang dipelajari itu diterapkan dalam penciptaan karya seni modern.

Konsep ini dikembangkan dengan istilah Cultural Collision yang bersifat interdisipliner.

Cultural Collisions adalah konsep pendidikan seni dan sains interdisipliner bagi kaum muda untuk mendekati topik ilmiah yang kompleks melalui pendekatan artistik dan kreatif.

Asumsi dasar dari program ini adalah bahwa paparan dini terhadap seni dan sains berdampak positif pada pendidikan lebih lanjut dan pilihan studi. Tujuan dari proyek ini adalah untuk menciptakan ruang belajar dan pertemuan (Science Art Education, SciArtEdu – HUB).

Cultural Collisions telah dicoba dan diuji secara internasional dan telah terbukti menjadi konsep yang sukses untuk mempromosikan dan mengajarkan keterampilan mengkombinasi seni dan sains.

Pendidikan STEM (Science Technology Engineering Mathematics) sangat penting bagi setiap individu. Selain pengetahuan teknis, MINT (mathematics, computer science, natural sciences, technology) juga berarti pengetahuan metodologis.

Ilustrasi – Pembelajaran seni dan teknologi – IST

Berpikir secara ilmiah berarti mengembangkan teori dari observasi yang dapat diuji, diverifikasi atau disangkal, semuanya terbuka untuk didiskusikan. Pendidikan MINT mempromosikan kemampuan memecahkan masalah dan berkontribusi pada literasi teknis dan sains dasar.

Dalam pandangan industri, meningkatnya digitalisasi perekonomian akan semakin meningkatkan pentingnya kualifikasi MINT dan mengarahkan fokus pada bidang ketenagakerjaan dan kualifikasi lintas disiplin.

Collision Art dibagi menjadi 3 tahap, yaitu inspirasi interdisipliner. Sebagai bagian dari inspirasi interdisipliner, sekolah diundang ke pameran yang dikembangkan dan dikurasi secara tematis sehingga menawarkan kerangka kerja yang bagus untuk diskusi tematik.

Para mahasiswa mempunyai kesempatan untuk menjalin kontak langsung dengan saintis dan seniman muda melalui kegiatan seperti tur berpemandu, ceramah dan lokakarya yang diselenggarakan dalam pameran. Tahap berikutnya adalah pengembangan topik di sekolah: Karya siswa dengan guru BE/WE berdialog dengan guru sains di sekolah.

Tahap terakhir adalah presentasi akhir karya siswa. Pameran karya seni siswa akan dipresentasikan di museum. Para siswa mengkurasi pameran bersama tim museum.

Dengan demikian siswa atau mahasiswa dapat belajar secara langsung tentang sains, melakukan praktek membuat karya seni, dan sekaligus pameran. Sebuah ide yang akan membangun kerjasama antara sains dan seni seperti jargon yang ditulis dalam kaos mereka “We are the architects of our future”. (KANALBALI/)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.