Pameran ROOTS Bakal Ramaikan Perayaan 100 Tahun Walter Spies di Bali

COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Walter_Spies_Oeboed_TMnr_60032101

DENPASAR, kanalbali.id –  Pameran kolaboratif yang menggabungkan pemutaran flim, seni instalasi, pameran lukisan dan grafis dengan desain yang menarik bakal digelar untuk merayakan 100 Tahun Walter Spies di Bali.

“Pameran akan diselenggarakan di ARMA Museum Ubud bertajuk ROOTS yang merupkan kelanjutan dari pameran yang telah dibuat sebelumnya yakni bulan Agustus sampai Nopember tahun lalu di Basel Swiss,” kata Project Manager Yudha Bantono, Sabtu (19/4/2025).

Pengaruh Walter Spies  terhadap lansekap budaya Bali masih terasa hingga kini dan  pameran ROOTS memiliki tujuan untuk menunjukkan pengaruh yang mendalam itu sambil menjelajahi warisan pascakolonial pulau ini selama seabad terakhir.

BACA JUGA: Fotografer Senior Rio Helmi Gelar Pameran “Taksu Tak Terduga”

Materi utama presentasi ROOTS adalah Villa Iseh, yakni tempat peristirahatan yang dibangun oleh Spies pada tahun 1937 di Iseh, Karangasem.

Villa ini awalnya merupakan tempat perlindungan bagi Spies, tempat ini kemudian menjadi tujuan untuk disinggahi dan tinggal dalam sementara waktu bagi orang-orang kaya dan terkenal, termasuk David Bowie, Yoko Ono, dan Mick Jagger.

Pameran ini kehadirannya juga akan membahas tema-tema tentang pariwisata massal, degradasi lingkungan, dan interaksi yang kompleks tentang identitas budaya di Bali.

Di balik proyek seni yang sangat luar biasa ini ternyata ada sosok penting yakni seorang penulis, pembuat film, dan kurator ternama Michael Schindhelm.

Cuplikan dari film dokumenter fiksi ROOTS karya Michael Schindhelm akan menyertai pameran ini. Film ini menampilkan Walter Spies sebagai sosok yang menghantui lansekap modern Bali.

Perupa Made Bayak (ujung kiri) dan Gus Dark (ujun kanan) bersama Project Maganegr Yudha Bantono – RFH

Melalui pertemuan dengan seniman dan tokoh terkemuka Bali, hantu Spies bergulat dengan warisan budaya Bali sendiri dan adanya dampak abadi peradaban Barat di pulau ini. Pengunjung akan diundang untuk menemaninya dalam perjalanannya melintasi pulau saat ini, 99 tahun setelah kunjungan pertama sang pelukis.

ROOTS menghormati warisan Spies yang penuh teka-teki, merangkai kisahnya ke dalam narasi kontemporer Bali, dan mengeksplorasi kompleksitas adanya pertukaran budaya.

Melalui kehadiran penari Dewa Ayu Eka Putri, musisi Putu Tangkas Adi Hiranmayena, dan kolaborator seniman Bali lainnya, termasuk koreografer terkenal berkelas internasional Wayan Dibia, pendiri dan pemilik Museum Arma Agung Rai, serta banyak lainnya, semangat Spies benar-benar akan bangkit kehadirannya dalam pameran ini.

Dua pelukis Made Bayak dan seniman grafis Gus Dark, akan mengeksplorasi perjuangan masyarakat Bali untuk melestarikan identitas budaya di tengah tantangan kontemporer.

Bersama dengan serangkaian kemasan film dan instalasi, mereka akan menyajikan momen-momen penting dalam sejarah Bali, termasuk genosida tahun 1965.

Michael Schindhelm, pembuat film dokumenter fiksi ROOTS tentang Walter Spies – IST

Tentang Walter Spies

Spies adalah seniman Jerman kelahiran Rusia Walter Spies  yang hidup antara 1895 – 1942. Pada tahun 1923, Walter Spies memulai perjalanan dari Eropa ke daerah tropis untuk mencari adanya dunia baru dan inspirasi artistik.

Meskipun pengaruhnya yang signifikan sebagai seniman, namun kisahnya sebagian besar telah memudar dari kesadaran Barat. Lahir di Moskow pada tahun 1895 dan meninggal secara tragis di laut lepas Sumatra pada tahun 1942.

Poster pameran ROOTS – IST

Warisan Spies tetap berpengaruh abadi di Bali seabad setelah kedatangannya. Keberadaan Spies juga telah dianggap oleh masyarakat Bali sebagai pelopor modernisme di pulau yang menjunjung warisan budaya luhur, Spies mengalami transformasi artistik yang mendalam di bawah pengaruh seni Bali yang meresap pada dirinya.

Meskipun pernah menggelar pameran di Berlin dan Dresden serta menjalin persahabatan dengan seniman ternama mulai dari Oskar Kokoschka dan Otto Dix hingga Friedrich Murnau, Margaret Mead, dan Charlie Chaplin, reputasi Spies di tanah kelahirannya tidak seberapa dibandingkan dengan statusnya yang disegani di Bali.

Michael Schindhelm mengatakan, “Pameran Roots dan dokumenter yang berjudul sama, harus dipahami sebagai proyek memori kolektif dalam membahas aspek penting sejarah pascakolonial Bali: Pengaruh budaya modern Barat terhadap tradisi budaya Bali.”

Sejarah Walter Spies yang penuh gejolak di Pulau Bali dan dampaknya terhadap transformasi Bali, selanjutnya berkembang menjadi destinasi wisata global dapat dipahami sebagai ‘warisan bersama’.

Kehadiran ROOTS dengan para tokoh utama budaya Bali saat ini, berupaya menempatkan warisan yang ditinggalkan Walter Spies dalam konteks sejarahnya dan sekaligus memahami signifikansinya terhadap perkembangan Bali saat ini.”

Film dokumenter fiksi ROOTS karya Michael Schindhelm akan ditayangkan di berbagai lokasi di Bali, antara tanggal 21 Mei sampai 14 Juni.

Film ini akan ditutup dengan pemutaran secara khusus dan serangkaian kegiatan seremonial dalam pemberian penghargaan bagi pelajar yang memenangkan kompetisi mengulas film, yang akan diselenggarakan pada tanggal 14 Juni di Museum Arma. ( kanalbali/RLS/RFH)

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.